|
|
KONSEP KETUHANAN
I. Definisi Ketuhanan - mengapa Nibbana ?
Asankhata Dhamma : -> Nibbana , tidak berkondisi [TL, TD, TM] Adukkha
Sankhata Dhamma : Berkondisi, mengandung L, D, M , Dukkha
Konsep ketuhanan dalam agama Buddha adalah Nibbana, karena Nibbana
adalah tujuan akhir dari agama Buddha -> saat masih hidup Konsep
- konsep agama lain : " Kembali ke rumah Bapa di Surga "
" Pulang ke Rahmatullah setelah meninggal "
" Bersatu dengan Brahma"
II. Sifat - sifat Ketuhanan
Maha Esa = satu - satunya yang
tidak berkondisi Maha Suci = terbebas dari L, D, M Tidak berpribadi
= Impersonal : Tidak bersifat manusia Tidak berwujud manusia Bukan
makhluk
III. Bolehkah konsep Impersonal digunakan di Indonesia ?
Menurut UUD 1945 Pasal 29 ayat 1 dan 2 : Ayat 1 : Negara berdasarkan
Ketuhanan YME. Ayat 2 : Negara menjamin kemerdekaan tiap - tiap
penduduk untuk memeluk agama-nya masing - masing dan beribadah menurut
agama dan kepercayaan-nya. Pancasila Sila 1 : Ketuhanan YME. Contoh
konsep agama lain : " Islam : Tauhid (satu Tuhan) = Subahanahuwataallah
" Kristen : Trinitas = Bapa, Putra, Roh kudus " Hindu : Trimurti
= Brahma, Wisnu, Syiwa " Buddhis : Asankhata (Nibbana) = Impersonal,
Esa, Suci
IV. Siapakah Yang Maha Pencipta dalam agama Buddha ?
Menurut
pandangan Buddhis : alam semesta beserta isinya terbentuk oleh kondisi
- kondisi (sebab) Tidak ada 'Causa Prima' / sebab awal Misal : tata
surya yang mana tercipta dahulu dari 4 milliar tata surya dalam
galaksi Bima Sakti ?
V. Apakah Nibbana ada ?
ada tiga jawaban yang
bertahap, yaitu : 1. Dalam kitab suci agama Buddha Tipitaka Udana
8 ayat 3 tertulis : O para Bhikkhu ada yang tidak dilahirkan, tidak
menjelma, tidak tercipta, tidak berkondisi, mutlak adanya [Nibbana]
karena ada hal - hal yang demikian maka ada kemungkinan kita terbebas
dari kelahiran, sakit, tua, mati (Dukkha). Telah dialami oleh Guru
kita Sang Buddha pada usia 35 tahun (merealisasi Nibbana)
2. Menurut logika : kita tidak bisa menyatakan sesuatu tanpa perbandingannya.
Contohnya satu garis ,tidak bisa dikatakan panjang atau pendek jika
tidak ada perbandingan. Garis tersebut bisa dikatakan pendek jika
melihat , konsep pendek muncul karena ada panjang. Karena ada yang
berkondisi maka ada yang tidak berkondisi. Buddhis -> konsep Anumana
: melihat yang tidak terlihat dari yang terlihat
3. Merealisasi langsung Dengan
cara melaksanakan Sila, Samadhi, Panna. L, D, M terkikis habis,
Sang Buddha mengalami Nibbana saat hidup.
VI. Apakah dengan merealisasi Ketuhanan (Nibbana) kita menjadi
Tuhan ?
Dengan melaksanakan Sila,
Samadhi, Panna kita akan mengalami Ketuhanan, mengalami Ketuhanan
tidak sama, dengan menjadi Tuhan. Analoginya demikian : Kebun Raya
Bogor, dengan masuk Kebun Raya Bogor, kita mengalami keindahan Kebun
Raya Bogor, tidak berarti menjadi keindahan Kebun Raya Bogor.
VII. Apakah sesudah Parinibbana (wafatnya Arahat) kita masih
ada ?
Sebenarnya
kasus ini tidak tepat ditanyakan, jadi, pertanyaannya salah, pertanyaan
masih ada atau tidak ada ini hanya mewakili yang berkondisi sedangkan
Nibbana tidak berkondisi .Kontradiksi dengan subbab VI ,tetapi ada
metode lain untuk menerangkannya yaitu, Apakah sesudah Perinibbana
kita masih ada ?
|
|
|
|
|
Sie
Kerohanian :
Diskusi Dhamma setiap minggu ke dua (bahan diskusi ringan-sedang-berat),
..
Sie Pendidikan :
Asistensi angkatan 39 IPB dan angkatan 2002 Pakuan, ..
Sie Dana Usaha :
Bazar lebaran, parcel natal, tanaman hias, voucher, ..
Sie Kaderisasi dan Humas :
Pendataan anggota baru, Dies Natalis, pengobatan gratis di,..
Sie Informasi dan Komunikasi :
Homepage KMBB ; media penyampaian informasi dalam dunia maya internet,
..
Sie Olahraga, Kesenian, dan Rekreasi :
Olah raga bersama, rekreasi ke Dufan, ..
|
|