MA'RIFATULLAH

Mengenal Allah adalah pengetahuan yang tertinggi dan ter-pokok, menjadi sendi dasar tempat berdirinya seluruh kehidupan ruhaniyah. Dari mengenal Allah timbullah cabang-cabang pengertian untuk mengenal kitabullah, para Nabi, Rasul-rasul dan segala yang bersangkut paut dengan Nabi-nabi dan Rasul-rasul itu, seperti persoalan terpeliharanya mereka dari dosa, tugas kewajiban mereka (fungsi para Rasul), sifat-sifat mereka, betapa perlunya risalah (keutusan) mereka dan segala yang bersangkut paut dengan ke-kuatan risalah itu seperti: mu'jizat, pembelaan Allah, kepemim-pinan,keistimewaan dan timbul pengertian untuk mengenal kitab yang turun dari langit.

Kemudian bercabang kepada mengenal hal-hal yang di luar alam fisik biasa (tidak dapat dikenal dengan mata, telinga dan pancaindera lain), seperti persoalan Malaikat, Jin dan Ruh.

Selanjutnya ditambah lagi dengan pengertian tentang ujung dari hidup ini, kemana, sampai dimana, hidup dialam barzakh (antara hari kematian sampai hari kiamat), kehidupan di akhirat nanti, pahala, 'ikab, sorga (jannah) dan neraka.

A. JALAN MENGENAL ALLAH

Untuk mengenal Allah ada dua jalan:
Pertama: Dengan memperhatikan dan memikirkan apa-apa yang dijadikan Allah.

Kedua: Dengan mengenal asma dan sifat-sifat Allah.

Manusia dapat mengenal Tuhannya dan mendapat petunjuk untuk itu dari jurusan pemakaian akal dan dari jurusan mengenal asma dan sifat-sifat Allah.
Berikut ini kita terangkan cara pemakaian masing-masing jalan untuk mengenal Allah yaitu:

1. Mengenal Allah dengan mempergunakan akal

Fungsi akal:

Setiap peralatan tubuh manusia mempunyai fungsi (pekerjaan) yang dapat dikerjakannya. Fungsi akal ialah menanggapi, mengenali, mengenangkan, memperhatikan dan memikirkan. Kalau kekuatan-kekuatan itu tidak bekerja, kerja akal tidak benar lagi (bathal) dan fungsinya yang terpenting tidak berjalan dengan wajar, kegiatan hidup jadi terhenti, maka terjadi kebekuan, mati hati dan lama-lama jadi lenyap musnah.

Islam menghendaki supaya akal dilepaskan dari segala ikatan yang mengikat dan disadarkan dari tidurnya. Dari itu Islam menyerukan supaya manusia memperhatikan dan berfikir, kedua-duanya ini dianggap jauhar ibadah.

a. Firman Tuhan:

"Katakan kepada orang ramai itu ya Muhammad ! Hendaklah kamu perhatikan apa yang ada di langit dan di bumi. " (Surat Yunus ayat 101).

b. Firman Tuhan:

"Aku hanya memberikan kepadamu satu pengajaran saja, yaitu: Hendaklah kamu bergerak bangun karena Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri lantas hendaklah kamu tafakkur (berfikir-fikir mengenangkan ajaran agama Allah). "          (Surat Saba' ayat 46).

Manusia-manusia yang tidak menghargai nikmat akal, atau tidak memakai akal menurut tujuan untuk apa akal itu diciptakan dan melengahkan ayat-ayat Allah, dicela dan dimaki Allah, KataNya :

"Berapa banyaknya ayat-ayat (pertanda) yang ada di langit dan di bumi yang membuktikan kebesaran Tuhan - yang mereka lalui, dan mereka hanya melengah-lengah saja. " (Surat Yusuf ayat 105).

Kata Tuhan lagi :

"Setiap datang kepada mereka satu ayat dari ayat-ayat Allah, mereka hanya melengah - memalingkan muka. "(Surat Yasin ayat 46).

d. Tidak memakai akal menurut fungsinya berarti menurunkan harga manusia sampai ke tingkat hewan, dan itulah yang menjadikan orang-orang dahulu tertutup akal, tidak bisa menembus hakekat yang ada dalam diri manusia dan di dalam penjuru-penjuru alam.


Tuhan berfirman :

"Kami siapkan untuk menjadi penduduk neraka Jahannam golongan terbanyak dari jin dan manusia - karena - mereka ada berhati jantung tetapi tidak digunakan untuk berfikir, mereka mempunyai telinga, tetapi tidak digunakan untuk mendengar, mereka mempunyai mata tetapi tidak digunakan untuk melihat. Mereka itu tak obahnya seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Merekalah orang yang lalai. "                    (Surat Al A'raaf ayat 179).