MULAI MENYIMPANG DARI SISTEM YANG DILAKSANAKAN OLEH RUSULULLAH

Mulai dari berdirinya Daulah Tauhid di bawah pimpinan Nabi-nabi dan Rasul-rasul Allah, 'aqidah tetap mendapat nur kesucian dari suara wahyu Ilahi dan ajaran-ajaran dari langit, dan bertitik tolak dari kitab dan sunnah. Tujuannya yang utama ialah menumbuhkan/mendidik watak, meningkatkan mutu naluri-naluri (kodrat yang tersimpan dalam jiwa), menghapuskan adat istiadat sehingga manusianya naik kepada martabat yang sesuai dengan manusia terhormat. Dan dari 'aqidah yang tepat dan suci disusunlah kekuatan yang aktif positif dalam kehidupannya.

Kemudian sesudah terjadi kegiatan-kegiatan politik khilafah, dan sesudah terjadi hubungan kontak dengan bermacam-macam buah pikiran dan ajaran-ajaran agama lain dan ketika akal sudah dipergunakan untuk memikirkan hal-hal yang di luar kekuasaan akal, . . . terjadilah penyelewengan/penyimpangan dari sistem/cara yang dikerjakan para Nabi dan karenanya ajaran keimanan telah berubah pula dari sifat kesederhanaannya, yang mudah difahami dari kepositifan dan ketinggiannya, menjadi ajaran yang didasarkan kepada dalil-dalil filosofi, kepada ketentuan-ketentuan logika (mantiqi) dan kepada percakapan- percakapan tanding omong (munaqasyah kalamiyah) yang mirip kepada debat orang Byzantium (debat kusir).

Karenanya keimanan yang bertumbuh bukan lagi keimanan yang bisa membersihkan rohani, tidak bisa memperbaiki mutu amal atau meningkatkan mutu pribadi atau dengan kata lain tidak bisa menghidupkan ummat lagi.

Selanjutnya karena telah terjadi politik kekhalifahan, penyimpangan dari sistem yang dipimpinkan oleh Nabi-nabi, penggunaan aliran fikiran-fikiran lain dalam kehidupan masyarakat dan penggunaan sistem berdasarkan kepada akal semata dalam menilai persoalan-persoalan hidup, maka penganut-penganut akidah ini terpecah-pecah kepada berbagai-bagai aliran dan setiap aliran itu mempelopori corak pemikiran tersendiri, yang masing-masingnya menganggap bahwa hanya alirannyalah yang benar, sedang yang lain salah. Maka barang siapa yang tidak mengikuti aliran pengajiannya dianggapnya keluar dari agama Islam.

Di waktu itu bangunlah; aliran Ahli Hadits, aliran Asy-'Ariyah, aliran Al- Maturidiyah, aliran Mu'tazilah, aliran Syi'ah, aliran Jahmiyah dan bermacam- macam aliran lain, yang berbeda-beda sistem dan cara pemikirannya.

Setiap orangnya mengatakan dicintai si Laila, . . . tetapi si Laila tidak mengakuinya.

Perselisihan paham yang paling memperluas jurang yang merenggangkan kesatuan ummat ber'aqidah Islam ini adalah perselisihan paham antara pengikut Asy-'Ariyah dengan pengikut Mu'-tazilah.

Yang menjadi pokok dari perbedaan yang terpenting ialah:

1. Apakah iman itu cukup dengan tashdiq (membenarkan saja). ataukah wajib bersifat membenarkan dengan amalan ?

2. Apakah sifat yang mengenai zat Allah tetap ataukah bisa berpisah dari zat Allah ?

3. Apakah manusia digerakkan ataukah boleh memilih ( berikhtiar)?

4. Apakah Allah itu wajib melakukan yang baik dan yang lebih baik ataukah tidak wajib ?

5 Apakah yang baik atau yang jelek diketahui dengan akal atau dengan syari'at?

6. Apakah Allah wajib memberi pahala terhadap yang taat dan mengazab yang berbuat maksiat ataukah tidak wajib ?

7. Apakah Allah bisa dilihat di akhirat ataukah Allah mustahil bisa dilihat ?

8. Apakah seseorang yang berbuat dosa besar yang tidak taubat sampai matinya, masuk syurga atau neraka ?

9. Dan berbagai masalah lain yang menyebabkan perpecahan ummat Islam, sehingga terbagi-bagi menjadi bergolong-golongan, berpuak-puak secara fanatik.

Pertikaian paham dan perpecahan itu telah menyebabkan kaum Muslimin berbuat kesalahan-kesalahan/pelanggaran-pelanggaran besar, antara lain 'aqidah tidak menguasai akhlak anggota masyarakat lagi dan keimanan tidak lagi menjiwai gerak kehidupan mereka.

Karena 'aqidah sudah lemah, maka timbullah kelemahan-kelemahan pribadi, kelemahan di rumah tangga, kelemahan dalam masyarakat, kelemahan dalam pemerintahan dan kelemahan total dalam segala bidang kehidupan.

Kelemahan itu menjalar ke seluruh penjuru dunia Islam, sehingga ummat Islam tidak berdaya lagi bergerak maju dan menanggulangi persoalan hidup mereka di dalam dan di luar negeri. Mereka tidak lagi menjadi ummat yang dikehendaki Allah; yaitu satu ummat yang layak untuk menjadi teladan dan pemimpin bagi bangsa-bangsa di dunia.

Kalau sudah disadari, bahwa sebab-sebab yang terpokok dari tidak berdayanya ummat Islam dalam mencapai tujuan-tujuan Islam yang tinggi dan luhur itu bersumber dari kelemahan 'aqidah, maka seharusnyalah dalam rangka usaha kita mau mengembalikan kemegahan ummat kita ini dengan jalan menuruti khittah yang telah digariskan oleh Rasulullah untuk merawat, melatih dan menumbuhkan 'aqidah itu sampai ke puncak kekuatan keyakinan yang menggerakkan ummat ke puncak kebahagiaan hidup dan meningkatkan mereka ke tingkatan ummat yang benar-benar bermutu tinggi dan terhormat.

Risalah ini tidak lain dari salah satu usaha untuk menjelaskan bidang 'aqidah dan menguraikan pengaruhnya ke dalam jiwa dan kehidupan. Dalam penyusunannya kami berpegang kepada sumber-sumber dasar dari agama Islam, yaitu kitabullah dan sunnatur-rasul.

Kami berdoa kepada Allah dan berharap semoga mendapat sambutan yang baik dan berguna untuk mewujudkan 'aqidah hidup yang kita pergunakan buat membesarkan diri dan ummat Islam di dunia dan buat menjadikan kita sekalian berbahagia di akhirat.