ILMU BEDAH SARAF


Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon.
saanin@padang.wasantara.net.id
Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang.

Cari dalam ejaan/bahasa Indonesia di situs ini :
Search term:
Case-sensitive - yes
exact fuzzy

4. TUMOR INTRAKRANIAL
**Pendahuluan
A. Tumor Intrinsik Hemisfer Serebral
B. Tumor Ekstrinsik Hemisfer Serebral
C. Tumor Intrinsik Fossa Posterior
D. Tumor Ekstrinsik Fossa Posterior
E. Tumor Seller/Supraseller
F. Tumor Regio Pineal
G. Tumor Sistema Ventrikuler
H. Tumor Orbita
 
KEMBALI KEHALAMAN UTAMA
 
        
        4. TUMOR INTRAKRANIAL
        
        ______________________________________________________________________
        
        
        PENDAHULUAN
        
        
        Insidens
        
        Tumor  otak primer terjadi pada sekitar enam kasus  per 
        100.000 populasi per tahun. Lebih sedikit pasien dengan 
        tumor metastatik yang datang kepusat bedah-saraf, walau 
        insidens  sebenarnya harus sebanding,  bahkan  melebihi 
        tumor primer. Sekitar 1 dari tumor otak primer  terjadi 
        pada anak-anak usia dibawah 15 tahun.
        
        
        Lokasi
        
        Pada dewasa, 80-85 persen terjadi supratentorial. Tumor 
        terbanyak adalah glioma, metastase dan meningioma.
             Pada  anak-anak 60 persen terjadi  infratentorial. 
        Medulloblastoma  dan astrositoma serebeler adalah  pre- 
        dominan.
        
        
        Patologi
        
        Tumor intrakranial sering diuraikan sebagai 'jinak' dan 
        'ganas', namun istilah ini tidak dapat langsung  diban- 
        dingkan dengan tumor yang terjadi ekstrakranial:
             Tumor intrakranial jinak mempunyai efek membinasa- 
        kan karena ia berkembang didalam rongga tengkorak  yang 
        berdinding kaku. Astrositoma jinak bisa  menginfiltrasi 
        jaringan  otak secara luas hingga mencegah untuk  peng- 
        angkatan  total,  atau mengisi daerah  neurologis  yang 
        kritis yang bahkan mencegah pengangkatan parsial  seka- 
        lipun.
             Tumor intrakranial ganas berarti pertumbuhan  yang 
        cepat,  diferensiasi yang buruk, selularitas yang  ber- 
        tambah, mitosis, nekrosis dan proliferasi vaskuler. Na- 
        mun metastasis kedaerah ekstrakranial jarang terjadi.
        
        
        Klasifikasi Patologis
        
        Tahun 1979, WHO mengajukan dan disetujui secara  inter- 
        nasional,  klasifikasi tumor  intrakranial  berdasarkan 
        pada jaringan asal tumornya. Ini mencegah pemakaian is- 
        tilah  'glioma', yang sebelumnya mencakup  astrositoma, 
        oligodendroglioma, ependimoma, dan glioblastoma  multi- 
        forme.  Karena sel asal glioblastoma yang sangat  ganas 
        tidak diketahui, ia diklasifikasikan kedalam tumor yang 
        berasal embrionik.
        
        
        KLASIFIKASI PATOLOGIS
        
        
        Neuroepitelial
        
        Astrosit
        Astrositoma: Adalah  tumor otak primer yang paling  se- 
        ring terjadi. Gambaran histologis memungkinkan pemisah- 
        an kedalam empat tingkat tergantung tingkat  keganasan. 
        Penderajatan  ini ketepatannya terbatas dan  hanya  me- 
        nunjukkan gambaran contoh biopsi dan tidak selalu mewa- 
        kili tumor keseluruhan. Jenis paling ganas, astrositoma 
        anaplastik  (derajat  IV), terjadi  paling  sering  dan 
        menginfiltrasi jaringan sekitarnya secara luas.  Astro- 
        sitoma derajat rendah yang lebih jarang terjadi,  anta- 
        ranya  jenis pilositik (juvenil) dan  fibriler,  proto- 
        plasmik  dan gemistositik.
        
        Oligodendrosit
        Oligodendroglioma: Biasanya tumbuh lambat, tumor berba- 
        tas tegas. Variannya antara lain bentuk anaplastik (ga- 
        nas) dan 'campuran' astrositoma oligodendroglioma.
        
        Sel ependimal dan pleksus khoroid
        Ependimoma: Terjadi dimana saja sepanjang sistema  ven- 
        trikuler  dan kanal spinal, namun terutama terjadi pada 
        ventrikel  keempat dan kauda ekuina. Ia  menginfiltrasi 
        jaringan sekitarnya dan mungkin menyebar melalui  jalur 
        CSS.  Variannya antara lain jenis anaplastik dan  sube- 
        pendimoma yang berasal dari astrosit subependimal.
        Papiloma pleksus khoroid: Tumor yang jarang dan  terka- 
        dang sebagai penyebab hidrosefalus akibat produksi  CSS 
        yang  berlebihan. Biasanya jinak namun terkadang  dalam 
        bentuk ganas.
        
        Sel saraf
        Ganglioglioma/Gangliositoma/Neuroblastoma: Tumor jarang 
        berisi  sel ganglion dan neuron abnormal. Terjadi dalam 
        berbagai tingkat keganasan.
        
        Sel pineal
        Pineositoma/Pineoblastoma:  Tumor yang  sangat  jarang. 
        Yang disebut terakhir kurang berdiferensiasi dengan ba- 
        ik dan memperlihatkan pertumbuhan yang lebih ganas.
        
        Sel berdiferensiasi buruk dan sel embrionik
        Glioblastoma multiforme: Tumor sangat ganas. Dengan ti- 
        dak adanya diferensiasi sel, mencegah identifikasi  ja- 
        ringan asal.
        Medulloblastoma:  Tumor  ganas anak-anak  berasal  dari 
        vermis serebeler. Kelompok kecil sel yang terkumpul pa- 
        dat sering membentuk roset sekeliling akson yang rusak. 
        Mungkin menyebar melalui jalur CSS.
        
        
        Mening
        
        Meningioma: Berasal dari granulasi arakhnoid,  biasanya 
        sangat  dekat dengan sinus venosa namun juga  ditemukan 
        diatas konveksitas hemisferik. Tumor lebih bersifat me- 
        nekan  dari  pada menginvasi otak sekitarnya.  Ia  juga 
        terjadi pada orbit dan tulang belakang. Kebanyakan  ji- 
        nak (walau cenderung menginvasi tulang berdekatan)  na- 
        mun  beberapa mengalami perubahan  sarkomatosa.  Secara 
        histologis memperlihatkan whorls jaringan fibrosa serta 
        sel  kumparan. Tampak badan psammoma  dan  kalsifikasi. 
        Histologis terdiri jenis sinsitial, transisional,  fib- 
        roblastik, dan angioblastik.
        Sarkoma meningeal dan Melanoma meningeal primer:  Tumor 
        yang sangat jarang. 
        
        
        Sel Selubung Saraf
        
        Tumor intrakranial sel selubung saraf yang biasanya me- 
        ngenai saraf akustik, dan terkadang saraf trigeminal.
        Neurinoma (sin. shwannoma, neurilemmoma): Tumor  tumbuh 
        lambat,  non invasif, terletak erat pada sisi saraf  a- 
        salnya. Histologis terdiri dari Antoni jenis A;  kelom- 
        pok  padat  sel yang dangkal atau  berbentuk  lingkaran 
        ('whorl'),   berkelompok atau membentuk pallisade,  dan 
        Antoni jenis B; jaringan kelompok sel stelata yang ber- 
        hubungan secara renggang.
        Neurofibroma: Tumor difusa, meluas keseluruh saraf, me- 
        lalui  mana serabut saraf lewat. Tumor ini  berhubungan 
        dengan sindroma von Recklinghausen dan mempunyai kecen- 
        derungan yang besar menjadi ganas dibanding neurinoma.
        
        
        Pembuluh Darah
        
        Hemangioblastoma: Terjadi didalam parenkhima  serebeler 
        atau  cord  spinal. 1926, Lindau  menguraikan  sindroma 
        yang berkaitan dengan hemangioblastoma serebeler dan a- 
        tau spinal dengan tumor yang serupa pada retina (penya- 
        kit  von Hippel) serta lesi sistik dipankreas dan  gin- 
        jal. 
        
        
        Sel Germinal
        
        Germinoma: tumor sel sferoid primitif sejenis  seminoma 
        testis.
        Teratoma:  Tumor mengandung campuran jaringan  berdife- 
        rensiasi baik; dermis,otot,tulang.
        Keduanya  adalah tumor jarang pada regio  pineal  (yang 
        tidak berasal dari sel pineal).
        
        
        Tumor Karena Gangguan Perkembangan
        
        Kraniofaringioma:  Asal dari sisa sel epitel bukal  dan 
        terletak dalam hubungan yang erat dengan tangkai pitui- 
        tari.  Biasanya nonnoduler dengan daerah sistik  berisi 
        cairan kehijauan serta material kholesteatomatosa.
        Sista epidermoid/dermoid: Tumor sistik jarang,  berasal 
        dari sisa sel yang akan membentuk epidermis/dermis.
        Sista koloid: Tumor sistik berasal dari sisa  embriolo- 
        gis pada atap ventrikel ketiga.
        
        
        Kelenjar Pituitari Anterior
        
        Adenoma pituitari: Tumor jinak, biasanya mengsekresikan 
        jumlah  yang berlebihan dari hormon prolaktin,  pertum- 
        buhan dan adrenokortikotropik.
        Adenokarsinoma: Tumor ganas yang terkadang terjadi pada 
        pituitari.
        
        
        Ekstensi Lokal Dari Tumor Berdekatan
        
        Khordoma:  Tumor  jarang,  berasal dari sisa  sel noto- 
        khord. Mungkin terjadi dimana saja dari sfenoid  hingga 
        koksiks,  namun tersering didaerah  basi-oksipital  dan 
        sakrokoksigeal, menginvasi dan menghancurkan tulang se- 
        kitarnya.
        Tumor glomus jugulare (sin. khemodektoma): Tumor vasku- 
        ler berasal dari jaringan glomus jugulare yang terletak 
        baik pada bulbus vena jugular internal atau pada mukosa 
        telinga tengah. Tumor menginvasi tulang petrosa dan bi- 
        sa meluas kefossa posteior atau leher.
        Tumor lokal lainnya: Antara lain khondroma, khondrosar- 
        koma, dan silindroma.
        
        
        Limfoma Maligna Primer (sin. mikrogliomatosis): Terben- 
        tuk sekitar pembuluh darah parenkhimal. Bisa soliter a- 
        tau  multifokal. Sebagian pasien  kelainannya  mengenai  
        ekstrakranial;  yang mana yang merupakan  fokus  primer 
        (intra atau ekstrakranial) tetap belum diketahui.
        
        
        Tumor metastatik: Bisa berasal dari semua fokus primer, 
        namun paling sering berasal dari brokhus atau mamma.
        
        
        
        KLASIFIKASI MENURUT LOKASI
        
        Hemisfer Serebral
        ekstrinsik: meningioma
                    sista (dermoid, epidermoid, arakhnoid)
        intrinsik : astrositoma
                    glioblastoma
                    oligodendroglioma
                    ganglioglioma
                    limfoma
                    metastasis
        
        Hipotalamus
        astrositoma
        
        Daerah Seller/Supraseller
        adenoma pituitari
        kraniofaringioma *
        meningioma
        glioma saraf optik *
        sista episermoid/dermoid
        
        Dasar Tengkorak dan Sinus
        karsinoma: nasofaringeal    / bisa berakibat
                   sinus, telinga   / meningitis karsinomatosa
        khordoma
        tumor glomus jugulare
        osteoma (mukosel)
        
        Sistema ventrikuler
        sista koloid
        papiloma pleksus khoroid
        ependimoma
        germinoma
        teratoma
        meningioma
        pineositoma/pineoblastoma
        astrositoma
        
        Daerah Pineal
        ependimoma
        germinoma
        teratoma
        meningioma
        pineositoma/pineoblastoma
        astrositoma
        
        Fossa Posterior
        ekstrinsik: neurilemmoma (VIII, V)
                    meningioma 
                    sista epidermoid/dermoid
                    sista arakhnoid
        intrinsik : metastasis
                    hemangioblastoma
                    medulloblastoma *
                   astrositoma * : serebelum
                                   batang otak

        * predominan pada anak-anak.
        
        
        ETIOLOGI
        
        Penyebab  dari kebanyakan tumor otak tetap tidak  dike- 
        tahui, namun beberapa tumor, faktor predisposisinya di- 
        ketahui:
        Iradiasi Kranial: Pengamatan jangka panjang setelah ra- 
        diasi kepala menyeluruh (antaranya untuk tinea kapitis) 
        memperlihatkan  peninggian insidens tumor jinak  maupun 
        ganas; astrositoma, meningioma.
        Terapi  Immunosupressif: Meninggikan  insidens  limfoma 
        dan tumor limforetikuler.
        Neurofibromatosis: Berkaitan dengan peninggian insidens 
        glioma saraf optik serta meningioma.
        Sklerosis Tuberosa: berhubungan dengan pembentukan  as- 
        trositoma subependimal.
        
        
        INSIDENS
        
        Sebagai  contoh,  tabel  berikut  diambil  dari  Adams, 
        Graham dan Doyle,'82, populasi 2.7 juta, dalam persen:
        
        Supratentorial                  Dewasa            Anak
          Astrositoma anaplastik        40                 7
          (termasuk glioblastoma 
           multiforme)
          Meningioma                    15                 -
          Metastasis                    12                 -
          Astrositoma                    8                 7   
          Adenoma pituitari              4                 -  
          Kraniofaringioma               1                13  
          Oligodendroglioma              1                 1  
          Sista koloid                  <1                 - 
          Limfoma                       <1                 -      
          Lain-lain                      1                 9  
        
        Infratentorial                  Dewasa            Anak
          Neurilemmoma                   6                 -
          Metastasis                     4                 -
          Hemangioblastoma               2                 -
          Astrositoma                    1                27
          Meningioma                     1                 -
          Medulloblastoma                1                24
          Dermoid/epidermoid             1                 1
          Ependimoma                     1                 6
          Lain-lain                      1                 4
        
        -------------------------------------------------------
        Total Pasien dalam 5 tahun     876                70
        
        
        GAMBARAN KLINIS
        
        Gejala cenderung timbul perlahan, bertahap memburuk da- 
        lam beberapa minggu atau beberapa tahun, tergantung de- 
        rajat keganasan (bandingkan dengan onset akut yang ter- 
        jadi  pada cerebrovascular accident  diikuti  perbaikan 
        bertahap bila pasien bertahan hidup). Kadang-kadang tu- 
        mor menampilkan gejala akut akibat perdarahan atau ter- 
        bentuknya hidrosefalus.
        
        
           Tumor supratentorial        Tumor infratentorial
        
                    /------- Efek massa -------/ obstruksi
                    |                          | jalur CSS
                    |---> Tanda dan gejala <---|
                    |     peninggian TIK       |
                    |                          |
                    /---> Herniasi tentorial   |
                                  |            |
                                  !            |
                          Herniasi tonsiller <-/
        
                    /------ Kerusakan fokal ---/
                    |                          |
                    |-------> Epilepsi         |
                    |                          |
                    /-----> Gangguan fungsi <--/
                             |   |   |   |
                             |   |   |   |
           Kerusakan saraf <-/   |   |   /-> Kerusakan saraf
           kranial I - VI        !   !       Kranial III - XII
                          Serebral   Serebeler
        
        
        Efek Klinis (lihat bab-bab sebelumnya)
        
        Peninggian TIK:  nyeri kepala, muntah, edema papil.
        
        Pergeseran otak: perburukan tingkat kesadaran, dilatasi 
                         pupil.
        
        Epilepsi: terjadi pada 30 persen pasien dengan tumor o- 
        tak. Bisa umum, fokal, atau fokal berkembang menjadi u- 
        mum. 
             Bangkitan  parsial membantu lokalisasi lokasi  tu- 
        mor:
        - Bangkitan motor Jacksonian timbul dari korteks motor, 
          tonik atau klonik, dimuka atau anggota kontralateral. 
        - Bangkitan sensori timbul dari korteks sensori dan me- 
          nyebabkan baal dan tingling muka dan anggota  kontra- 
          lateral.
        - Bangkitan visual atau auditori sejati jarang.
        - Bangkitan  partial kompleks (lobus  temporal)  timbul 
          dari lobus temporal medial, membentuk halusinasi  vi- 
          sual atau auditori, perasaan rasa abnormal,  perasaan 
          cemas,  deja vu, tidak familier atau  depersonalisasi 
          serta automatisme.
        
        Gangguan Fungsi:
        
        Supratentorial
        
        Lobus Frontal:
        - Kelemahan muka, lengan, tungkai kontralateral
          Disfasia ekspresif (hemisfer dominan)
          Perubahan personalitas:
             tabiat antisosial
             kehilangan inhibisi
             kehilangan inisiatif
             gangguan intelektual
             --? ditemukan demensia terutama bila korpus kalo- 
                 sum terkena
          (terkenanya jalur fronto-ponto-serebeler mungkin  me- 
          nyerupai penyakit serebeler)
        
        Lobus Temporal:
        - Disfasia reseptif (hemisfer dominan)
          Defek lapang pandang, kuadrantanopia homonim atas
        
        Lobus Oksipital:
        - Defek lapang pandang, hemianopia homonim
        
        Korpus Kalosum:
        - Sindroma diskoneksi
          Apraksia
          Buta kata-kata
        
        Lobus Parietal:
        - Gangguan sensasi:
             lokalisasi sentuh
             diskriminasi dua titik
             gerak pasif
             astereognosis
             inatensi sensori
          Gangguan lapang pandang, kuadrantanopia homonim bawah 
          Hemisfer dominan: disfasia reseptif
                            konfusi kiri/kanan
                            agnosia jari
                            akalkulia
                            agrafia
          Hemisfer nondominan: apraksia
                               agnosia
        
        Hipotalamus/Pituitari:
        - Disfungsi endokrin
        
        Tumor  supratentorial  mungkin langsung  merusak  saraf 
        kranial I dan II. Penekanan atau invasi pada sinus  ka- 
        vernosus mungkin mengenai saraf kranial III-VI.


        Infratentorial
        
        Otak Tengah/Batang Otak:
        - Lesi saraf kranial III-XII
          Tanda traktus panjang, motor dan sensori
          Perburukan tingkat kesadaran
          Tremor (nukleus merah)
          Gangguan gerak mata
          Abnormalitas pupil
          Muntah, tersedu (medulla)
        
        Serebelum:
        - Langkah ataksik
          Tremor intensi
          Inkoordinasi
          Disartri
          Nistagmus
        
        Tumor batang otak intrinsik berlawanan dengan yang eks- 
        trinsik, lebih sering menimbulkan tanda traktus panjang 
        (motor dan sensori) pada awal perjalanan penyakit.
        
        
        PEMERIKSAAN
        
        Foto toraks dan LED: Tingginya insidens tumor  metasta- 
        tik menyebabkan pemeriksaan ini diwajibkan pada  pasien 
        yang diduga dengan tumor intrakranial.
        
        Foto tengkorak: 
        
        Kalsifikasi
          oligodendroglioma
          meningioma (cari juga hiperostosis tulang sekitarnya)
          kraniofaringioma
        
        Lesi Osteolitik
          tumor tulang primer atau sekunder
          dermoid/epidermoid
          khordoma
          karsinoma nasofaringeal
          mieloma
          retikulosis
        
        Tanda Peninggian TIK
          diastasis sutura (pada bayi)
          gambaran  'beaten  brass', nilainya  terbatas  karena 
             bisa terjadi secara normal pada anak-anak dan  be- 
             berapa orang dewasa
          erosi klinoid posterior (mungkin juga terjadi  akibat 
             tekanan lokal, misalnya kraniofaringioma
          pergeseran pineal (pastikan bukan karena rotasi film)
        
        CT scanning 

        Lokasi
          misalnya frontal, oksipital dll
          - ekstrinsik: diluar jaringan otak, misal meningioma
          - intrinsik: didalam jaringan otak, misal astrositoma
        
        Efek Massa
          pergeseran garis tengah
          kompresi ventrikuler
          hidrosefalus (sekunder terhadap lesi ventrikel ketiga 
             atau fossa posterior)
          
        Efek Terhadap Tulang Berdekatan
          misal hiperostosis akibat meningioma
        
        Lesi Singel atau Multipel
          misal multipel, kemungkinan metastasis
        
        Efek Penguatan Kontras
          misal tak ada: astrositoma derajat rendah
                irreguler: astrositoma ganas
                homogen: meningioma
        
        CT scan definisi tinggi (lebar antar slice sempit)
          Berguna untuk mendeteksi tumor orbital, pituitari dan 
          fossa posterior
        
        Rekonstruksi Koronal dan Sagital,  
        CT scan koronal langsung
          Berguna  untuk memperlihatkan perluasan vertikal  dan 
          hubungan  tumor, terutama bila intraventrikuler  atau 
          timbul dari fossa pituitari atau dasar tengkorak.
        
        Angiografi: 
          Walau  angiografi bisa menampilkan  blush tumor  atau 
          pergeseran  pembuluh, hanya kadang-kadang  diperlukan 
          untuk  melengkapi hasil CT scan. Pada beberapa  kasus   
          diperlukan untuk informasi prabedah seperti  mengeta-   
          hui pembuluh pencatu tumor, atau terkenanya atau kon-   
          striksi pembuluh utama oleh tumor.
        
        M.R.I
          Mungkin lebih baik dari CT scan, terutama basis teng- 
          korak.
        
        Sidik Isotop
          Berguna  bila tidak memiliki CT scanner, namun  tidak 
          bisa membedakan asal tumor.
        
        Pemeriksaan CSS
          Pungsi  lumbar kontra indikasi bila ada dugaan  tumor 
          intrakranial. Bila CSS didapat dari sumber lain,  mi- 
          sal  drainase ventrikuler atau saat  operasi  pintas, 
          pemeriksaan  sitologis mungkin akan  menampilkan  sel 
          tumor.

        Penanda Tumor
          Usaha  untuk mencari substansi yang menunjukkan  per- 
          tumbuhan tumor spesifik dari darah atau CSS  terbatas 
          pada hubungan antara peninggian alfa feto protein dan 
          gonadotrofin khorionik manusia dengan germinoma  ven- 
          trikel  ketiga yang membantu diagnosis.  Perkembangan 
          antibodi monoklonal, dengan perbaikan pada sensitivi- 
          tasnya mungkin memberikan pendekatan yang  bermanfaat 
          untuk  lokalisasi tumor serta identifikasinya  dimasa 
          yang akan datang.
        
        
        PENYEBAB LAIN LESI MASSA INTRAKRANIAL SELAIN TUMOR
        
        Vaskuler
          hematoma
          aneurisma raksasa
          malformasi arteriovenosa
          infark dengan edema
          trombosis vena
        
        Trauma
          hematoma
          kontusi
        
        Infeksi
          abses
          tuberkuloma
          sarkoidosis
          ensefalitis
        
        Sista
          arakhnoid
          parasitik (hidatid)
        
        
        PENGELOLAAN
        
        
        Terapi Steroid
        
        Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tu- 
        mor intrakranial, namun tidak berefek langsung terhadap 
        tumor.
             Dosis pembebanan dekasametason 12 mg. iv,  diikuti 
        4  mg. q.i.d. sering mengurangi perburukan klinis  yang 
        progresif  dalam  beberapa jam. Setelah  beberapa  hari 
        pengobatan, dosis dikurangi bertahap untuk menekan  ri- 
        siko efek samping yang tak diharapkan.
             Tumor seller atau paraseller kadang-kadang  tampil 
        dengan  insufisiensi steroid. Pada pasien  ini  perlin- 
        dungan steroid merupakan sarat mutlak tindakan  aneste- 
        tik atau operatif.
        
        Tindakan Operatif
        
        Kebanyakan pasien dengan tumor intrakranial  memerlukan 
        satu atau lebih pendekatan bedah-saraf. Contohnya anta- 
        ra lain sebagai berikut:
        Kraniotomi:  Flap  tulang dipotong  dan  dibuka  dengan 
                     melipat.
        Burr hole: Untuk biopsi langsung atau stereotaktik.
        Pendekatan Transsfenoid: Melalui sinus sfenoid  kefossa 
                                 pituitari.
        Pendekatan Transoral: Membuang arkus atlas, peg   odon- 
          toid dan klivus memberikan jalan mencapai aspek ante- 
          rior batang otak dan cord servikal atas. Jarang digu- 
          nakan. Biasanya  untuk tumor letak depan seperti  ne- 
          urofibroma, khordoma.
        Kraniektomi: Burr hole diikuti pengangkatan tulang  se- 
          kitarnya untuk memperluas bukaan, rutin digunakan un- 
          tuk pendekatan pada fossa posterior.
        
        Prosedur biopsi, pengangkatan tumor parsial/ dekompresi 
        internal atau pengangkatan total tumor tergantung  asal 
        dan  lokasi tumor. Tumor ganas primer yang  infiltratif 
        mencegah pengangkatan total dan sering operasi  dilaku- 
        kan terbatas untuk biopsi atau dekompresi tumor.  Pros- 
        pek pengangkatan total membaik pada tumor jinak seperti 
        meningioma  atau  kraniofaringioma; bila  banyak  tumor 
        yang  terabaikan, atau bagian tumor  mengenai  struktur 
        dalam, bisa berakibat rekurensi.
        
        Radioterapi
        
        Saat ini tindakan terhadap tumor intrakranial mengguna- 
        kan salah satu dari cara berikut:
          
          sinar-x megavoltase
          sinar gama dari kobalt60
          berkas elektron dari akselerator linear
          partikel yang dipercepat dari siklotron, seperti  ne- 
             utron, nuklei dari helium, proton
        
             Sebagai  alternatif,  tumor  ditindak  dari  dalam 
        (brakhiterapi) dengan mengimplantasikan butir  radioak- 
        tif seperti ytrium90.
             Kontras  dengan metoda tua dengan 'terapi  sinar-x 
        dalam', tehnik modern memberikan penetrasi jaringan le- 
        bih dalam dan mencegah kerusakan radiasi terhadap  per- 
        mukaan kulit.
             Efek radioterapi tergantung dosis total,  biasanya 
        hingga 6.000 rad, dan durasi pengobatan. Harus terdapat 
        keseimbangan  terhadap risiko pada struktur normal  se- 
        kitar.  Umumnya, makin cepat sel membelah, makin  besar 
        sensitivitasnya. Radioterapi terutama bernilai pada pe- 
        ngelolaan tumor ganas; astrositoma maligna, metastasis, 
        medulloblastoma dan germinoma, namun juga berperan pen- 
        ting pada beberapa tumor jinak; adenoma pituitari, kra- 
        niofaringioma.  Karena beberapa tumor menyebar  melalui 
        jalur CSS seperti medulloblastoma, iradiasi seluruh ak- 
        sis  neural menekan risiko terjadinya  rekurensi  dalam 
        selang waktu singkat.
        
        Komplikasi  Radioterapi: Setelah  tindakan,  perburukan 
        pasien bisa terjadi karena beberapa hal:
           
          selama tindakan: peningkatan edema, reversibel
          setelah beberapa minggu/bulan: demielinasi
          enam bulan-10 tahun: radionekrosis, irreversibel
          (biasanya satu hingga dua tahun)
        
        Komplikasi serupa mungkin mengenai cord spinal  setelah 
        iradiasi tumor spinal.
        
        Sensitiser  sel hipoksik: Saat radioterapi, bagian dari 
        proses  destruktif adalah konversi oksigen ke ion  hid- 
        roksil. Adanya area hipoksik didalam jaringan tumor me- 
        nambah  radioresistensi. Penggunaan sensitiser sel  hi- 
        poksik seperti misonidazol, bertujuan meningkatkan sen- 
        sitivitas didalam regio ini. Manfaat zat ini masih  da- 
        lam pengamatan.
        
        
        Khemoterapi
        
        Manfaatnya belum jelas. Yang biasanya digunakan  adalah 
        BCNU, CCNU, metil CCNU, prokarbazin, vinkristin dan me- 
        totreksat.
             Obat khemoterapeutik ideal adalah membunuh sel tu- 
        mor  secara selektif; namun respon sel tumor  berkaitan 
        langsung  dengan  dosis. Tak dapat  dihindarkan,  dosis 
        tinggi  menyebabkan  toksisitas  'bone  marrow'.  Dalam 
        praktek,  kegagalan menimbulkan tanda depresi  'marrow' 
        (antara  lain leukopenia) menunjukkan dosis yang  tidak 
        adekuat.
             Efek samping merintangi pemakaian khemoterapi pada 
        tumor  jinak atau 'derajat rendah'. Pada pasien  dengan 
        tumor  ganas,  beberapa penelitian  menunjukkan  terapi 
        tunggal atau kombinasi menghasilkan beberapa remisi tu- 
        mor,  namun penelitian terkontrol  acak  memperlihatkan 
        hasil  yang tak sesuai. Pada astrositoma maligna,  BCNU 
        mungkin bermanfaat sedang. Pada medulloblastoma, terapi 
        kombinasi CCNU dan vinkristin mungkin memperlambat  re- 
        kurensi.
        
        
        Antibodi Monoklonal
        
        Tehnik  produksi  antibodi monoklonal  memberi  harapan 
        yang  lebih  baik dalam mengelola  tumor  ganas,  walau 
        pengangkutan  dan lokalisasinya masih  merupakan  masa- 
        lah.  Antibodi monoklonal berperam sebgai karier,  yang 
        membawa obat sitotoksik, toksin atau radionuklida lang- 
        sung kedaerah tumor.
        
        
        PROGNOSIS
        
        Tergantung jenis tumor spesifik.

Adenoid cystic, Arteriovenous malformation venous, Astroblastoma, Astrocytic, Astrocytoma grade I and II grade III and IV Fibrilary Protoplasmic Gemistocytic Pilocytic giant cell tuberous sclerosis anaplastic, Capilary telangiectasis, Cavernous hemangioma angioma, Chordoma, Chondroma, Chondrosarcoma, Chorio, Choroid plexus papiloma, Choroid plexus carcinoma, Chorstoma, Colloid cyst, Craniopharyngioma, Dermoid, Desmoplastic, Embryonal, Enterogenous cyst, Ependymoma myxopapilary subependymoma, Ependymoblastoma, Epidermoid, Gangliocytoma, Ganglioglioma, Ganglioneuroblastoma, Ganglioneuroma, Germinoma, Giant cell tumor, Glial heterotopia, Glioblastoma multiforme sarcomatous, Gliomatosis, Hamartoma, Glomus jugulare, Hemangioblastoma, Leptomeningeal melanoma, Lipoma, Medulloblastoma, Medullomyoblastoma, Meningioma, Melanotic, Mesenchymoma, Metastatic, Mixed glioma, Monstrocellular, Neurilemmoma, Neuroastrocytoma grade I grade III to IV,  Neuroblastoma olfactory, Neurofibroma, Oligodendroglioma grade I to IV, Papiloma, Pinealoma, Pineoblastoma, Pineocytoma, Pituitary adenoma adenocarcinoma, Primitive neuroectodermal tumor, Primitive polar spongioblastoma, Rathke's cleft, Sarcoma, Schwannoma, Sturge Weber, Sympathicoblastoma, Teratoma Benign malignant, Unclassified, Unverified, Xanthomatous,