Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!

Kisah Dewa Ruci


 

Atas permintaan kaum Kurawa, Durna memasang muslihat untuk melenyapkan Bima dengan menugasinya mencari Tirta Prawita Adi sebagai sarana pembuka pengetahuan sejati yang bertempat di hutan Tibrasara, di gunung Candramuka.

Setelah mengirim barisan-pendem untuk mencelakakan Arya Sena, Suyudana pulang ke permaisuri Banowati dan putrinda Leksmanawati sementara Sangkuni dan Kurawa lengkap berangkat berkuda pada saat yang sama di Saptapratala. Batara Anantaboga dan Dewi Suparti menerima Sasmita dewata bahwa Bima menantu mereka akan menerima cobaan.

Dewi Suparti segera silih warna sebagai naga berangkat untuk membantu sang menantu di perjalanan bersua para Kurawa dan bertempur, namun para Kurawa segera menyimpang jalan naga jelmaan segera melanjutkan langkah dan bertapa di gua Sigrangga

Di Sapta Arga, Resi Abyasa sedang dihadapkan pada Arjuna dan para punakawan melaporkan bahwa Aryasena hendak dicelakakan danghyang Durna.

Abyasa menyuruhnya mencegah, namun bila berkeras, doakanlah agar semua langkahnya membawa hasil sepadan di tengah rimba dalam perjalanan pulang. Arjuna dan punakawan bertemu sepasang macan, yang kesana dan kemari. Macan ditewaskan menjelma menjadi Batara Brahma dan Dewi Saraswati. Batara Brahma memberi wangsit bahwa Bima akan memperoleh nugraha brahma dan isteri kembali ke kahyangan.

Yudistira, Bima, Nakula dan Sadewa dan Kresna di Amarta Kresna ikut menahan Bima agar membatalkan niatnya namun Bima berkeras bahwa mencari tirta adi di gunung Candramuka adalah bukti baktinya pada guru Durna serta demi mengejar pemahaman inti pengetahuan sejati. Arjuna datang dan melaporkan semua yang diketahuinya, Bima tetap tidak bisa ditahan dan pamit berangkat.

Di gunung Candramuka sang sena bertindak membabibuta segala bukit batu dan pohon besar dibongkar berantakan namun apa yang dicari tetap tak bersua, juga Rukmuka dan Rukmakala, sepasang raksasa di gunung Candramuka murka melihat Arya Sena membongkar hutan semena-mena pertarungan tak terelakkan dan kedua raksasa musnah kembali ke wujud semula: Hyang Indra dan Hyang Bayu yang memberikan ajian Jalasengara dan senjata Cikal Druwendra kemampuan memasuki air tanpa kesulitan (Jalasengara) kedua batara memberi wisikan pula bahwa sebenarnya permintaan Durna hanyalah tipu daya namun semua usaha yang dilakukan secara bersungguh-sungguh senantiasa akan berbuah sepadan sang Bima segera kembali ke Hastina untuk menanyakan pada sang guru

Sekembali di Hastina, Durna memberitahu bahwa tugas terdahulu hanyalah penguji tekad muridnya tempat yang sebenarnya adalah di tengah samudra. Bima segera kembali ke Amarta untuk pamit kedua kalinya. Di Amarta kembali semua menahan kepergian Bima namun sekali lagi Bima tak bisa ditahan dan berangkat segera.

Sesampai di gua Sigrangga, Bima disambar oleh naga Suparti bertempur sejenak naga kalah dan kembali ke wujud aslinya kemudian membisikkan tentang muslihat Durna namun jangan menurunkan semangat bukti bakti sang menantu agar tetap memperoleh nugraha. Bima diminta segera meneruskan ke samudera lalu lenyaplah sang dewi dan sekejap saja, arya sena (Bima) sudah berada di tepian samudera.

Dengan benak hanya terisi satu tujuan menaati permintaan guru Durna, sang Bima mencebur ke tengah samudera ombak menyaput sampai ke leher dan kepala termangu sejenak sang Bima membayangkan ancaman maut namun teringat pada Aji Jalasengara pemberian dewata seekor naga raksasa, sang nemburnawa, datang menghadang, pertarungan di air membuat seisi samudera bergolak namun akhirnya sang naga tewas oleh kuku pancanaka.

Samudera kembali hening tenteram sunyi, tak lama kemudian tampaklah seorang anak bajang di atas air melambai pada bima agar menghampirinya, lalu memberikan wejangan dengan berbagai ilmu sejati penguak segala rahasia alam semesta. Usai memberikan wejangan, musnahlah sang Dewa Ruci dan Bima sudah kembali berada di alam nyata, kembali ke Amarta.

Di tepi samudera menunggu Arya Sangkuni dan para Kurawa, menduga sudah tewaslah sang tonggak Pandawa. Melihat munculnya sang Bima, para Kurawa maju mengerubuti. Bima berhasil menghindar, dan hendak segera kembali ke Amarta. Para Kurawa segera membuntuti dan mengejar. Murung yang terjadi di Amarta sirna seketika oleh munculnya Arya Bima, yang sehat tak kurang suatu apa. Wajahnya tampak bersinar cemerlang oleh cahaya surgawi. Kerusuhan di belakangnya oleh ulah para kurawa segera berhasil dipadamkan oleh sang Bima. Kurawa bubar berantakan tanpa sisa, Bima segera menyampaikan segala yang dialaminya kepada Kresna dan kalangan Pandawa semua berbahagia. Keceriaan alam telah kembali mewarnai istana Amarta, sang Bima telah menemukan segala yang dikehendakinya pengetahuan tentang hakekat hidup.

 

Top

Back