Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!

 

PUISI TALKIN UNTUK IBU KANDUNG

(episod terakhir)

Karya Saudara Naapie Mat.

 

Ibu,tika usiamu semakin sayup

melewati tujuh puluh lima tahun

engkau tetap menawan dan rupawan

kami sesungguhnya masih mahu

menghirup harum kasturi nafasmu

kerana kami tahu dalam pelukanmulah

panas darahmu mengalir sebati

dalam banir akar darah kami

panas darahmu menyusur pekat

dalam gelabut siratan siratan nafsu kami

panas darahmu menempiasi

tebing nurani kami

 

Ibu,hulurkan tangan lembutmu

peganglah tangan kecilku ini,Akulah

pewaris yang tidak kesampian tapi aku

tahu rahsia kesumat batinmu betapa hayatmu

semakin meruncing dititipi waktu

 

Ibu,dalam nazak sebelum usiamu dicantas

biarlah kami dodoikan lenamu

biarlah kami pangku tidurmu

biarlah angin tujuh banjaran

mengusupi azab derita batinmu

kerana hakikat semakin nyata.

 

Kami tahu mulut yang bermain kata-kata

dengan lembut bicara menikam bunda

kami tahu siapa yang menabur santau

meracuni seluruh sungai darah nafasmu.

Kami tahu siapa yang mengasah belati

lalu menusuk menembusi dada nuranimul

sehingga terburai perut warisan

dan kau mengerang kesayuan

dan kau mengerang kesakitan

dan kau mengerang kepiluan,

dan air matamu yang tumpah

adalah airmata kami

akan kami hirup airmatamu

sebagai serbat azimat meniti zaman.

 

Ibu,hulurkan tangan sucimu

biar kami usap dan belaikan

kami tahu kesakitanmu

biarlah kami tanggung deritamu

biarlah kami sama derita seksamu

ibu,hulurkan tanganmu

 

Ibu,kami tahu betapa seksanya hidupmu

menanti hari-hari terakhirmu

sebelum engkau menghembus nafas terakhir

ketahuilah ibu,kami meraung kepedihan

betapa seksa kami kehilangan belaian kasihmu

kami kehilangan tempat bermanja

kami kehilangan pelukan mesra

kami kehilangan nafas restumu.

Ibu,inilah nasib di bumi sendiri

ada rumah dibakarkan

ada anak dicampakkan

ada ibu dibunuhkan,

Ibu,bangkitlah dalam pelukan kami

Ibu,bangunlah dengan airmata kami

Kami merindui kasih sayangmu

Kami tak redha pemergianmu

Kami tak redha kematianmu

Kami tak redha kematianmu

Kami tak redha kematianmu

 

Ibu Kandung Suluh Budiman

sebelum harum nafasmu berlalu

bersama angin dingin banjaran

yang tahu rahsia dan jasamu

kami telahpun sulami cindai kasih

berbunga putih semangkuk air mawar

dan segenggam asap dupa kencana

sesungguhnya nafasmu

sesungguhnya semangatmu

sesungguhnya belaianmu

akan kami pasak dalam kalbu nurani

biar semerbak seluruh nusantara

biar rohmu segar di langit buana

 

Ibu,pejamkan matamu dalam senyum

biar kami tatap wajahmu sepuas hati

akan kami tangisi akhir hayatmu

dengan sayu talkin yang panjang

yang tiada berpenghujung

 

amin, semoga rohmu selamat

dan bersemadi dalam roh kami.

 

NAAPIE MAT

Tg.MALIM