3. Musa bertemu Jodoh di kota
Madyan
Dengan berdoa kepada Allah: "Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari segala tipu daya
orang-orang yang zalim" keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir seorang diri, tiada
pembantu selain inayahnya Allah tiada kawan selain cahaya Allah dan tiada bekal
kecuali bekal iman dan takwa kepada Allah. Penghibur satu-satunya bagi hatinya
yang sedih karena meninggalkan tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan
oleh Allah dari buruan kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.
Setelah menjalani perjalanan selama lapan hari lapan malam dengan berkaki ayam
{tidak berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya, tibalah Musa di kota
Madyan iaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah Sinai dan teluk
Aqabah di selatan Palestin.
Nabi Musa beristirehat di bawah sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan
rasa letihnya karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri karena nasibnya
sebagai salah seorang bekas anggota istana kerajaan yang menjadi seorang
pelarian dan buruan. Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi dan kepada siapa ia
harus bertamu, di tempat di mana ia tidak mengenal dan dikenal orang, tiada
sahabat dan saudara. Dalam keadaan demikian terlihatlah olehnya sekumpulan
penggembala berdesak-desak mengelilingi sebuah sumber air bagi memberi minum
ternakannya masing-masing, sedang tidak jauh dari tempat sumber air itu berdiri
dua orang gadis yang menantikan giliran untuk memberi minuman kepada
ternakannya, jika para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan tugasnya.
Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang menanti lalu
dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kamu tunggu di sini?" Kedua
gadis itu menjawab: "Kami hendak mengambil air dan memberi minum ternakan kami
namun kami tidak dapat berdesak dengan lelaki yang masih berada di situ. Kami
menunggu sehingga mereka selesai memberi minum ternakan mereka. Kami harus
lakukan sendiri pekerjaan ini karena ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak
dapat berdiri, jangan lagi datang ke mari" . Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata
dua pun diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian
dikembalikannya kepada mrk setelah terisi air penuh sedang sekeliling sumber air
itu masih padat di keliling para pengembala.
Setibanya kedua gadis itu di rumah berceritalah keduanya kepada ayah mrk tentang
pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya yangbtidak diminta itu
mrk dapat lebih cepat kembali ke rumah drp biasa. Ayah kedua gadis yang bernama
Syu'aib itu tertarik dengan cerita kedua puterinya. Ia ingin berkenalan dengan
orang yang baik hati itu yang telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada
kedua puterinya dan sekaligus menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah
seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke
rumah.
Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih berada di bawah
pohon yang masih melamun. Dalam keadaan letih dan lapar Musa berdoa: "Ya Tuhanku
aku sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan kebaikan sedikit brg makanan
yang Engkau turunkan kepadaku."
Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya: "Ayahku mengharapkan
kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta memberi engkau
sekadar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air bagi kami dan ternakan
kami."
Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan
dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu dengan senang
hati. Ia lalu mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke rumah ayahnya yang
bersedia menerimanya dengan penuh ramah-tamah, hormat dan mengucapkan
terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang dab bercakap-cakap dengan Syu'aib ayah kedua gadis yang
sudah lanjut usianya itu Musa mengisahkan kepadanya peristiwa yang terjadi pd
dirinya di Mesri sehingga terpaksa ia melarikan diri dan keluar meninggalkan
tanah airnya bagi mengelakkan hukuman penyembelihan yang telah direncanakan oleh
kaum Fir'aun terhadap dirinya.
Berkata Syu'aib setelah mendengar kisah tamunya: "Engkau telah lepas dari
pengejaran dari orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah berkat rahmat Tuhan
dan pertolongan-Nya. Dan engkau sudah berada di sebuah tempat yang aman di rumah
kami ini, di man engkau akan tinggallah dengan tenang dan tenteram selama engkau
suka."
Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai tamu yang
dihormati dan disegani Musa telah dapat menawan hati keluarga tuan rumah yang
merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan jasmaninya, perilakunya
yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus serta akhlaknya yang luhur. Hal
mana telah menimbulkan idea di dalam hati salah seorang dari kedua puteri
Syu'aib untuk mempekerjakan Musa sebagai pembantu mereka. Berkatalah gadis itu
kepada ayahnya: "wahai ayah! Ajaklah Musa sebagai pembantu kami menguruskan
urusan rumahtangga dan penternakan kami. Ia adalah seorang yang kuat badannya,
luhur budi perkertinya, baik hatinya dan boleh dipercayai."
Saranan gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang sudah
menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah, menunjukkan sikap
bergaul yang manis perilaku yang hormat dab sopan serta tangan yang ringan suka
bekerja, suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai Musa!
Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak
dan budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di rumah ini kami dan
mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut, maka aku ingin sekali
mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau dengan salah seorang dari kedua
gadisku ini. Jika engkau dengan senang hati menerima tawaranku ini, maka sebagai
maskahwinnya, aku minta engkau bekerja sebagai pembantu kami selama lapan tahun
menguruskan penternakan kami dan soal-soal rumahtangga yang memerlukan tenagamu.
Dan aku sangat berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu
menambah dua tahun di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu."
Nabi Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah darahnya dan berada di
negeri orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada sahabat telah menerima
tawaran Syu'aib iut sebagai kurniaan dari Tuhan yang akan mengisi kekosongan
hidupnya selaku seorang bujang yang memerlukan teman hidup untuk menyekutunya
menanggung beban penghidupan dengan segala duka dan dukanya. Ia segera tanpa
berfikir panjang berkata kepada Syu'aib: "Aku merasa sgt bahagia, bahwa pakcik
berkenan menerimaku sebagai menantu, semuga aku tidak menghampakan harapan
pakcik yang telah berjasa kepada diriku sebagai tamu yang diterima dengan penuh
hormat dan ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu, suami kepada anak
puterinya. Syarat kerja yang pakcik kemukakan sebagai maskahwin, aku setujui
dengan penuh tanggungjawab dab dengan senang hati."
Setelah masa lapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib ditambah dengan suka
rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia dengan puterinya yang bernama
Shafura. Dan sebagai hadiah perkahwinan diberinyalah pasangan penganti baru itu
oleh Syu'aib beberapa ekor kambing untuk dijadikan modal pertama bagi hidupnya
yang baru sebagai suami-isteri. Pemberian beberpa ekor kambing itu juga
merupakan tanda terimaksih Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah
pengurusannya, penternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan
memberi hasil serta keuntungan yang berlipat ganda.
Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di dalm ayat 22 sehingga ayat 28,
surah "Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi sebagai berikut :~
"22.~ Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}:
"Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan tatkala ia
sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai di sana sekumpulan orang
yang sedang memberi minum {ternakannya} dan ia menjumpai di belakang orang ramai
itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternakannya. Musa berkata: "Apakah
maksudmu {dengan berbuat begitu}?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat
meminumkan {ternakan kami} sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan
{ternakkannya} sedang bapa kami orang tua yang telah lanjut umurnya."24.~ Maka
Musa memberi minum ternakan itu {utk menolong} keduanya, kemudian kembali ke
tempat yang teduh, lalu berdoa: " Ya Tuhanku! Sesungguhnya aku memerlukan
sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku."25.~ Kemudian datanglah kepada
Musa salah seorang daripada kedua wanita itu dengan malu-malu ia berkata:
"Sesungguhnya bapaku memanggilmu agar ia memberi pembalasan {kebaikanmu} memberi
minum {ternakan} kami." Maka tatkala Musa mendatangi bapanya {Syu'aib} dan
menceritakan kepadanya cerita {mengenai dirinya}. Syu'aib berkata: "Janganlah
kamu takut, kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu."26.~ Salah
seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapaku, ambil ia sebagai orang yang
bekerja {dengan kita}. karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu
ambil untuk bekerja {dengan kita} ialah orang yang kuat lagi dpt
dipercayai."27.~ Berkatalah dia {Syu'aib}: " Sesungguhnya aku bermaksud
menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa
kamu bekerja denganku lapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu
adalah dari kemahuanmu, maka aku tidak mahu memberati kamu. Dan kamu insya-Allah
kelak akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik."28.~ Dia berkata: "Itulah
{perjanjian} antara aku dan kamu, mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu
aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku {lagi}. Dan Allah
adalah saksi atas apa yang kita ucapkan." {
Al-Qashash : 22 ~ 28 }