1.Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya
Raja Fir'aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi Musa, adalah
seorang raja yang zalim, kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia memerintah
negaranya dengan kekerasan, penindasan dan melakukan sesuatu dengan
sewenang-wenangnya. Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan rasa tidak aman tentang
jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Isra'il yang menjadi hamba kekejaman,
kezaliman dan bertindak sewenang-wenangnya dari raja dan orang-orangnya. Mereka
merasa tidak tenteram dan selalu dalam keadaan gelisah, walau pun berada dalam
rumah mereka sendiri. Mereka tidak berani mengangkat kepala bila berhadapan
dengan seorang hamba raja dan berdebar hati mereka karena ketakutan bila
kedengaran suara pegawai-pegawai kerajaan lalu di sekitar rumah mrk, apalagi
bunyi kasut mrk sudah terdengar di depan pintu.
Raja Fir'aun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas itu, bergelimpangan
dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada taranya, bahkan mengumumkan
dirinya sebagai tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. Pd suatu hari beliau
telah terkejut oleh ramalan oleh seorang ahli nujum kerajaan yang dengan
tiba-tiba dtg menghadap raja dan memberitahu bahwa menurut firasatnya falaknya,
seorang bayi lelaki akan dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il yang kelak akan
menjadi musuh kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.
Raja Fir'aun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang dilahirkan
di dalam lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan agar diadakan pengusutan yang
teliti sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa terkecuali, terhindar
dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah raja oleh para pengawal dan
tenteranya. Setiap rumah dimasuki dan diselidiki dan setiap perempuan hamil
menjadi perhatian mereka pada saat melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang kembali dan merasa aman tentang kekebalan
kerajaannya setelah mendengar para anggota kerajaannya, bahwa wilayah
kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang
masih hidup. Ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dpt dibendung dan
bahwa takdirnya bila sudah difirman "Kun" pasti akan wujud dan menjadi kenyataan
"Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan bagaimana pun besarnya dan kekuatan bagaimana
hebatnya dapat menghalangi atau mengagalkannya.
Raja Fir'aun sesekali tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan zalim itu
bahwa kerajaannya yang megah, menurut apa yang telah tersirat dalam Lauhul
Mahfudz, akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan
di dalam istananya sendiri akan diwarisi kelak oleh umat Bani Isra'il yang
dimusuhi, dihina, ditindas dan disekat kebebasannya. Bayi asuhnya itu ialah
laksana bunga mawar yang tumbuh di antara duri-duri yang tajam atau laksana
fajar yang timbul menyingsing dari tengah kegelapan yang mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk seorang diri di
salah satu sudut rumahnya menanti dtgnya seorang bidan yang akan memberi
pertolongan kepadanya melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu.
Bidan dtg dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama sembilan bulan dalam
keadaan selamat, segar dan sihat afiat. Dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah
rasa sakit yang luar biasa dirasai oleh setiap perempuan yang melahirkan namun
setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut
kembali. Ia merasa sedih dan khuatir bahwa bayinya yang sgt disayangi itu akan
dibunuh oleh orang-orang Fir'aun. Ia mengharapkan agar bidan itu merahsiakan
kelahiran bayi itu dari sesiapa pun. Bidan yang merasa simpati terhadap bayi
yang lucu dan bagus itu serta merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan
kehilangan bayi yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan
merahsiakan kelahiran bayi itu.
Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan selalu berada
dalam keadaan cemas dan khuatir terhadap keselamatan bayinya. Allah memberi
ilham kepadanya agar menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti yang tertutup
rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu terapung di atas sungai
Nil. Yukabad tidak boleh bersedih dan cemas ke atas keselamatan bayinya karena
Allah menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya
sebagai salah seorang rasul.
Dengan bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap jaminan Illahi,
mak dilepaskannya peti bayi oleh Yukabad, setelah ditutup rapat dan dicat dengan
warna hitam, terapung dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa diperintahkan oleh
ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti rahsia itu agar diketahui di mana ia
berlabuh dan ditangan siapa akan jatuh peti yang mengandungi erti yang sgt besar
bagi perjalanan sejarah umat manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang
diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di tepi sungai Nil
bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana dan
diserahkan kepada ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad yang segera diberitahu oleh
anak perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi kosonglah hatinya karena sedih
dan cepat serta hampir saja membuka rahsia peti itu, andai kata Allah tidak
meneguhkan hatinya dan menguatkan hanya kepada jaminan Allah yang telah
dinerikan kepadanya.
Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang bayi laki-laki
yang ditemui di dalam peti yang terapung di atas permukaan sungai Nil, segera
memerintahkan membunuh bayi itu seraya berkata kepada isterinya: "Aku khuatir
bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab
kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami y besar ini." Akan tetapi
isteri Fir'aun yang sudah terlanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi
yang lucu dan manis itu, berkata kepada suaminya: "Janganlah bayi yang tidak
berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai
anak, kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sgt
tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu". Demikianlah
jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka dilincinkanlah jalan bagi
terlaksananya takdir itu. Dan selamatlah nyawa putera Yukabad yang telah
ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi rasul-Nya, menyampaikan amanat wahyu-Nya
kepada hamba-hamba-Nya yang sudah sesat.
Nama Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga Fir'aun, bererti
air dan pohon {Mu=air , Sa=pohon} sesuai dengan tempat ditemukannya peti bayi
itu. Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa inang untuk menjadi ibu susuan
Musa. Akan tetapi setiap inang yang mencuba dan memberi air susunya ditolak oleh
bayi yang enggan menyedut dari setiap tetk yang diletakkan ke bibirnya. Dalam
keadaan isteri Fir'aun lagi bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan
menetek dari sekian banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah kakak
Musa menawarkan seorang inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu.
Atas pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi itu,
berkatalah kakak Musa: "Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini.
Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh
anak, kalau-kalau bayi itu dpt menerima air susu ibu keluarga itu" .
Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah
dijemput ibu kandung Musa sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir sang bayi
menyentuh tetek ibunya, disedutlah air susu ibu kandungnya itu dengan sgt
lahapnya. Kemudian diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama
masa menetek dengan imbalan upah yang besar. Maka dengan demikian terlaksanalah
janji Allah kepada Yukabad bahwa ia akan menerima kembali puteranya itu.
Setelah selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya ke istana, di
mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana anak-anak raja yang lain. Ia
mengenderai kenderaan Fir'aun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir'aun
berpakaian sehingga ia dikenal orang sebagai Musa bin Fir'aun.
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam Al-Quran dari ayat 4 hingga ayat 13
dalam surah "Al-Qashash" sebagai berikut :~
"4.~ Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan
menjadikan penduduknya berpecah belah dengan menindas segolongan dari mrk,
menyembelih anak lelaki mrk dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.
Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.5.~ Dan Kami
hendak memberi kurnia kepada orang-orang yang tertindas di bumi {Mesir} itu dan
hendak menjadi mrk pemimpin dan menjadikan mrk orang-orang yang mewarisi
{bumi}.6.~ Dan Kami akan teguhkan kedudukan mrk di muka bumi dan akan Kami
perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman berserta tenteranya apa yang selalu mereka
khuatirkan dari mereka itu.7.~ Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa,"susukanlah
dia, dan apabila kamu khuatir terhadapnya, maka jatuhkan dia ke dalam sungai
{Nil}. Dan janganlah kamu khuatir dan janganlah pula bersedih hati, karena
sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya {salah
seorang} dari para rasul.8.~ Maka pungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang
akibatnya ia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan
Haman berserta tenteranya adalah orang-orang yang bersalah.9.~ Dan berkatalah
isteri Fir'aun: "Ia {Musa} biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu
membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi
anak," sedang mrk tiada menyedari.10.~ Dan menjadi kekosongan hait ibu Musa,
seandainya Kami tidak teguhkan hatinya, spy ia termasuk orang-orang yang percaya
{kepada janji Allah}.11.~ Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang
perempuan: "Ikutilah dia". Maka kelihatan olehnya Musa dari jauh, sedang mereka
tidak mengetahuinya.12.~ Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada
perempuan-perempuan yang nahu menyusukannya sebelum itu, maka berkatalah saudara
Musa: "Mahukah kamu aku tunjukkan kepada kamu ahlul-bait yang akan
memeliharakannya utkmu dan mrk dpt berlaku baik kepadanya?"13.~ Maka Kami
kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan
supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi manusia
kebanyakan tidak mengetahuinya." { Al-Qasha