4. Hari
Sabtunya Bani Isra'il
Di antara ajaran-2 Nabi Musa a.s. kepada Bani Isra'il ialah bahawa mereka
mewajibkan untuk mengkhususkan satu hari pada tiap minggu bagi melakukan ibadah
kepada Allah mensucikan hati dan fikiran mereka dengan berzikir, bertahmid dan
bersyukur atas segala kurnia dan nikmat Tuhan, bersolat dan melakukan
perbuatan-2 yang baik serta amal-2 soleh. Diharamkan bagi mereka pada hari yang
ditentukan itu untuk berdagang dan melaksanakan hal-hal yang bersifat duniawi.
Pada mulanya hari Jumaatlah yang ditunjuk sebagai hari keramat dan hari ibadah
itu, alan tetapi mereka meminta dari Nabi Musa agar hari ibadah itu dijatuhkan
pada setiap hari Sabtu, mengingatkan bahwa pada hari itu Allah selesai
menciptakan makhluk-Nya. Usul perubahan yang mereka ajukan itu diterima oleh
Nabi Musa, maka sejak itu, hari Sabtu pada setiap minggu daijadikan hari mulia
dan suci, di mana mereka tidak melakukan perdagangan dan mengusahakan urusan-2
duniawi. Mereka hanya tekun beribadah dan ebrbuat amal-amal kebajikan yang
diperintahkan oleh agama. Demikianlah hari berganti hari, bulan berganti bulan
dan tahun berganti tahun namun adat kebiasaan mensucikan hari Sabtu tetap
dipertahankan turun temurun dan generasi demi generasi.
Pada masa Nabi Daud berkuasa di suatu desa bernama "Ailat" satu diantara
beberapa desa yang terletak di tepi Laut Merah bermukim sekelompok kaum dari
keturunan Bani Isra'il yang sumber percariannya adalah dari penangkapan ikan,
perdagangan dan pertukangan yang dilakukannya setiap hari kecuali hari Sabtu.
Sebagai akibat dari perintah mensucikan hari Sabtu di mana tiada seorang
malakukan urusan dagangan atau penangkapan ikan, maka pasar-pasar dan tempat-2
perniagaan di desa itu menjadi sunyi senyap pada tiap hari dan malam sabtu,
sehingga ikan-2 di laut tampak terapung-apung di atas permukaan air, bebas
berpesta ria mengelilingi dua buah batu besar berwarna putih terletak ditepi
laut dekat desa Ailat.Ikan-ikan itu seolah-olah sudah terbiasa bahwa pada tiap
malam dan hari Sabtu terasa aman bermunculan di atas permukaan air tanpa
mendapat gangguan dari para nelayan tetapi begitu matahari terbenam pada Sabtu
senja menghilanglah ikan-ikan itu kembali ke perut dan dasar laut sesuai dengan
naluri yang dimiliki oleh tiap binatang makhluk Allah.
Para nelayan desa Ailat yang pd hari-hari biasa tidak pernah melihat ikan begitu
banyak terapung-apung di atas permukaan air, bahkan sukar mendapat menangkap
ikan sebanyak yang diharapkan, menganggap adalah kesempatan yang baik dan
menguntungkan sekali bila mereka melakukan penangkapan ikan pada tiap malam dan
hari Sabtu. Fikiran itu tidak disia-siakan dan tanpa menghiraukan perintah agama
dan adat kebiasaan yang sudah berlaku sejak Nabi Musa memerintahkannya, pergilah
mereka ramai-ramai ke pantai menangkap ikan di malam dan hari yang terlarang
itu, sehingga berhasillah mereka menangkap ikan sepuas hati mereka dan sebanyak
yang mereka harapkan, Berbeda jauh dengan hasil mereka di hari-hari biasa.
Para
penganut yang setia dan para mukmin yang soleh datang menegur para orang fasiq
yang telah berani melanggar kesucian hari Sabtu. Mereka diberi nasihat dan
peringatan agar menghentikan perbuatan mungkar mereka dan kembali mentaati
perintah agama serta menjauhkan diri dari semua larangannya, supay menghindari
murka Allah yang dapat mencabut kurnia dan nikmat yang telah diberikan kepada
mereka.
Nasihat dan peringatan para mukmin itu tidak dihiraukan oleh para nelayan yang
membangkang itu bahkan mereka makin giat melakukan pelanggaran secara
demonstratif karena sayang akan kehilangan keuntungan material yang besar yang
mereka perolrh dan penangkapan ikan di hari-hari yang suci. Akhirnya
pemuka-pemuka agama terpaksa mengasingkan mereka dari pergaulan dan melarangnya
masuk ke dalam
kota
dengan menggunakan senjata kalau perlu.
Berkata para nelayan pembangkang itu memprotes: "sesungguhnya kota Ailat adalah
kota dan tempat tinggal kami bersama kami mempunyai hak yang sama seperti kamu
untuk tinggal menetap di sini dan sesekali kamu tidak berhak melarang kami
memasuki kota kami ini serta melarang kami menggali sumber-2 kekayaan yang
terdapat di sini bagi kepentingan hidup kami. Kami tidak akan meninggalkan kota
kami ini dan pergi pindah ke tempat lain. Dan jika engkau enggan bergaul dengan
kami maka sebaiknya
kota
Ailat ini di bagi menjadi dua bahagian dipisah oleh sebuah tembok pemisah,
sehingga masing-2 pihak bebas berbuat dan melaksanakan usahanya tanpa diganggu
oleh mana-mana pihak lain."
Dengan adanya garis pemisah antara para nelayan pembangkang yang fasiq dan
pemeluk-pemeluk agama yang taat bebaslah mereka melaksanakan usaha penangkapan
ikan semahu hatinya secara besar-besaran pada tiap-tiap hari tanpa berkecuali.
Mereka membina saluran-2 air bagi mengalirkan air laut ke dekat rumah-2 mereka
dengan mengadakan bendungan-2 yang mencegahkan kembalinya ikan-2 le laut bila
matahari terbenam pada setiap petang Sabtu pada waktu mana biasanya ikan-2 yang
terapung-apung itu meluncur kembali ke dasar laut.
Para
nelayan yang makin manjadi kaya karena keuntungan besar yang meeka peroleh dari
hasil penangkapan ikan yang bebas menjadi makin berani melakukan maksiat dan
pelanggaran perintah-2 agama yang menjurus kepada kerusakkan akhlak dan moral
mereka.
Sementara para pemuka agama yang melihat para nelayan itu makin berani melanggar
perintah Allah dan melakukan kemungkaran dan kemaksiatan di daerah mereka
sendiri masih rajin mendatangi mereka dari masa ke semasa memperingatkan mereka
dan memberi nasihat , kalau-2 masih dapat ditarik ke jalan yang benar dan
bertaubat dari perbuatan maksiat mereka. Akan tetapi kekayaan yang mereka
peroleh dari hasil penangkapan yang berganda menjadikan mata mereka buta untuk
melihta cahaya kebenaran, telinga mereka pekak untuk mendengar nasihat-2 para
pemuka agama dan lubuk hati mereka tersumbat oleh nafsu kemaksiatan dan
kefasiqan, sehingga menjadikan sebahagian dari pemuka dan penganjur agaam itu
berputus asa dan berkata kepada sebahagian yang masih menaruh harapan: "Mengapa
kamu masih menasihati orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan
ditimpahi hati orang-orang yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan ditimpahi
azab yang sangat keras."
Demikianlah pula Nabi Daud setelah melihat bahawa segala nasihat dan peringatan
kepada kaumnya hanya dianggap sebagai angin lalu atau seakan suara di padang
pasir belaka dan melihat tiada harapan lagi bahwa mereka akan sedar dan insaf
kembali maka berdoalah beliau memohon kepada Allah agar menggajar mereka dengan
seksaan dan azab yang setimpal.
doa Nabi Daud dikabulkan oleh Allah dan terjadilah suatu gempa bumi yang dahsyat
yang membinasakan orang-orang yang telah membangkang dan berlaku zalim terhadap
diri mereka sendiri dengan mengabaikan perintah Allah dan perintah para
hamba-Nya yang soleh. Sementara mereka yang mukmin dan soleh mendapat
perlindungan Allah dan terhindarlah dari malapetaka yang melanda itu.