3. Nabi
Daud mendapat Godaan
Daud dapat menangani urusan pemerintahan dan kerajaan, mengadakan peraturan dan
menentukan bagi dirinya hari-hari khusus untuk melakukan ibadah dan bermunajat
kepada Allah, hari-hari untuk peradilan, hari-hari untuk berdakwah dan memberi
penerangan kepada rakyat dan hari-hari menyelesaikan urusan-urusan peribadinya.
Pada hari-hari yang ditentukan untuk beribadah dan menguruskan urusan-2
peribada, ia tidak diperkenankan seorang pun menemuinya dan mengganggu dalam
khalawatnya, sedang pada hari-hari yang ditentukan untuk peradilan maka ia
menyiapkan diri untuk menerima segala lapuran dan keluhan yang dikemukan oleh
rakyatnya serta menyelesaikan segala pertikaian dan perkelahian yang terjadi
diantara sesama mereka. Peraturan itu diikuti secara teliti dan diterapkan
secara ketat oleh para pengawal dan petugas keamanan istana.
Pada suatu hari di mana ia harus menutup diri untuk beribadah dan berkhalwat
datanglah dua orang lelaki meminta izin dari para pengawal untuk masuk bagi
menemui raja. Izin tidak diberikan oleh para pengawal sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, namun lelaki itu memaksa kehendaknya dan melalui pagar yang
dipanjat sampailah mereka ke dalam istana dan bertemu muka dengan Daud.
Daud yang sedang melakukan ibadahnya terperanjat melihat kedua lelaki itu sudah
berada di depannya, padahal ia yakin para penjaga pintu istana tidak akan dapat
melepaskan siapa pun masuk istana menemuinya. Berkatalah kedua tamu yang tidak
diundang itu ketika melihat wajah Daud menjadi pucat tanda takut dan terkejut:
"Janganlah terkejut dan janganlah takut. Kami berdua datang kemari untuk meminta
keputusan yang adil dan benar mengenai perkara sengketa yang terjadi antara kami
berdua."
Nabi Daud tidak dapat berbuat selain daripada menerima mereka yang sudah berada
didepannya, kendatipun tidak melalui prosedur dan protokol yang sepatutnya.
Berkatalah ia kepada mereka setelah pulih kembali ketenangannya dan hilang rasa
paniknya: "Cubalah bentangkan kepadaku persoalanmu dalam keadaan yang
sebenarnya." Berkata seorh daripada kedua lelaki itu: "Saudaraku ini memilki
sembilan puluh sembilan ekor domba betina dan aku hanya memilki seekor sahaja.
Ia menuntut dan mendesakkan kepadaku agar aku serahkan kepadanya dombaku yang
seekor itu bagi melengkapi perternakannya menjadi genap seratus ekor. Ia membawa
macam-macam alasan dan berbagai dalil yang sangat sukar bagiku untuk menolaknya,
mengingatkan bahawa ia memang lebih cekap berdebat dan lebih pandai bertikam
lidah daripadaku."
Nabi Daud berpaling muka kepada lelaki yang lain yang sedang seraya bertanya:
"Benarkah apa yang telah diuraikan oleh saudara kamu ini?" "Benar" ,jawab lelaki
itu.
"Jika memang demikian halnya" , kata Daud, dengan marah "maka engkau telah
berbuat zalim kepada saudaramu ini dan memperkosakan hak miliknya dengan
tuntutanmu itu. Aku tidak akan membiarkan engkau melanjutkan tindakanmu yang
zalim itu atau engkau akan menghadapi hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu.
Dan memang banyak di antara orang-orang yang berserikat itu yang berbuat zalim
satu terhadap yang lain kecuali mereka yang benar beriman dan beramal soleh."
"Wahai Daud" , berkata lelaki itu menjawab, "sebenarnya engkaulah yang sepatut
menerima hukuman yang engkau ancamkan kepadaku itu. Bukankah engkau sudah
mempunyai sembilan puluh sembilan perempuan mengapa engkau masih menyunting lagi
seorang gadis yang sudah lama bertunang dengan seorang pemuda anggota tenteramu
sendiri yang setia dan bakti dan sudah lama mereka berdua saling cinta dan
mengikat janji."
Nabi Daud tercengang mendengar jawapan lelaki yang berani, tegas dan pedas itu
dan sekali lagi ia memikirkan ke mana sasaran dan tujuan kata-kata itu,
sekonyong-konyong lenyaplah menghilang dari pandangannya kedua susuk tubuh kedua
lelaki itu. Nabi Daud berdiam diri tidak mengubah sikap duduknya dan seraya
termenung sedarlah ia bahawa kedua lelaki itu adalah malaikat yang diutuskan
oleh Allah untuk memberi peringatan dan teguran kepadanya. Ia seraya bersujud
memohon ampun dan maghfirah dari Tuhan atas segala tindakan dan perbuatan yang
tidak diredhai oleh-Nya. Allah menyatakan menerima taubat Daud, mengampuni
dosanya serta mengangkatnya ke tingkat para nabi dan rasul-Nya.
Adapun gadis yang dimaksudkan dalam percakapan Daud dengan kedua malaikat yang
menyerupai sebagai manusia itu ialah "Sabigh binti Sya'igh seorang gadis yang
berparas elok dan cantik, sedang calon suaminya adalah "Uria bin Hannan" seorang
pemuda jejaka yang sudah lama menaruh cinta dan mengikat janji dengan gadis
tersebut bahwa sekembalinya dari medan perang mereka berdua akan melangsungkan
perkhawinan dan hidup sebagai suami isteri yang bahagia. Pemuda itu telah secara
rasmi meminang Sabigh dari kedua orang tuanya, yang dengan senang hati telah
menerima baik uluran tangan pemuda itu.
Akan tetapi apa yang hendak dikatakan sewaktu Uria bin Hannan berada di negeri
orang melaksanakan perintah Daud berjihad untuk menegakkan kalimah Allah,
terjadilah sesuatu yang menghancurkan rancangan syahdunya itu dn menjadilah
cita-citanya untuk beristerikan Sabigh gadis yang diidam-idamkan itu,
seakan-akan impian atau fatamorangana belaka.
Pada suatu hari di mana Uria masih berada jauh di negeri orang melaksanakan
perintah Allah untuk berjihad, tertangkaplah paras Sabigh yang ayu itu oleh
kedua belah mata Daud dan dari pandangan pertama itu timbullah rasa cinta di
dalam hati Daud kepada sang gadis itu, yang secara sah adalah tunangan dari
salah seorang anggota tenteranya yang setia dan cekap. Daud tidak perlu berfikir
lama untuk menyatakan rasa hatinya terhadap gadis yang cantik itu dan segera
mendatangi kedua orang tuanya meminang gadis tersebut.
Gerangan orang tua siapakah yang akan berfikir akan menolak uluran tangan
seorang seperti Daud untuk menjadi anak menantunya. Bukankah merupakan suatu
kemuliaan yang besar baginya untuk menjadi ayah mertua dari Daud seorang pesuruh
Allah dan raja Bani Isra'il itu. Dan walaupun Sabigh telah diminta oleh Uria
namin Uria sudah lama meninggalkan tunangannya dan tidak dapat dipastikan bahwa
ia akan cepat kembali atau berada dalam keadaan hidup. Tidak bijaksanalah fikir
kedua orang tua Sabigh untuk menolak uluran tangan Daud hanya semata-mata karena
menantikan kedatangan Uria kembali dari medan perang. Maka diterimalah
permintaan Daud dan kepadanya diserahkanlah Sabigh untuk menjadi isterinya yang
sah.
Demikianlah kisah perkhawinan Daud dan Sabigh yang menurut para ahli tafsir
menjadi sasaran kritik dan teguran Allah melalui kedua malaikat yang merupai
sebagai dua lelaki yang datang kepada Nabi Daud memohon penyelesaian tentang
sengketa mereka perihal domba betina mereka.