1.
Daud Dan
Raja Thalout
Ketika raja Thalout raja Bani Isra'il mengerahkan orang supaya memasuki tentera
dan menyusun tentera rakyat untuk berperang melawan bangsa Palestin, Daud
bersama dua orang kakaknya diperintahkan oleh ayahnya untuk turut berjuang dan
menggabungkan diri ke dalam barisan askar Thalout. Khusus kepada Daud sebagai
anak yang termuda di antara tiga bersaudara, ayahnya berpesan agar ia berada di
barisan belakang dan tidak boleh turut bertempur. Ia ditugaskan hanya untuk
melayani kedua kakaknya yang harus berada dibarisan depan, membawakan makanan
dan minuman serta keperluan-2 lainnya bagi mereka, di samping ia harus dari
waktu ke waktu memberi lapuran kepada ayahnya tentang jalannya pertempuran dan
keadaan kedua kakaknya di dalam
medan perang.
Ia sesekali tidak diizinkan maju ke garis depan dan turut bertempur,
mengingatkan usianya yang masih muda dan belum ada pengalaman berperang sejak ia
dilahirkan.
Akan tetapi ketika pasukan Thalout dari Bani Isra'il berhadapan muka dengan
pasukan Jalout dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala
mendengar suara Jalout yang nyaring dengan penuh kesombongan menentang mengajak
berperang, sementara jaguh-jaguh perang Bani Isra'il berdiam diri sehinggapi
rasa takut dan kecil hati. Ia secara spontan menawarkan diri untuk maju
menghadapi Jalout dan terjadilah pertempuran antara mereka berdua yang berakhir
dengan terbunuhnya Jalout sebagaimana telah diceritakan dalam kisah sebelum ini.
Sebagai imbalan bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka dijadikan menantu oleh
Thalout dan dikahwinkannya dengan puterinya yang bernama Mikyal, sesuai dengan
janji yang telah diumumkan kepada pasukannya bahwa puterinya akan dikahwinkan
dengan orang yang dapat bertempur melawan Jalout dan mengalahkannya.
Di samping ia dipungut sebagai menantu, Daud diangkat pula oleh raja Thalout
sebagai penasihatnya dan orang kepercayaannya. Ia disayang, disanjung dan
dihormati serta disegani bukan sahaja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh rakyat
Bani Isra'il yang melihatnya sebagai pahlawan bangsa yang telah berhasil
mengangkat keturunan serta darjat Bani Isra'il di mata bangsa-2 sekelilingnya.
Suasana keakraban, saling sayang dan saling cinta yang meliputi hubungan sang
menantu Daud dengan sang mertua Thalout tidak dapat bertahan lama. Pada akhir
waktunya Daud merasa bahwa ada perubahan dalam sikap mertuanya terhadap dirinya.
Muka manis yang biasa ia dapat dari mertuanya berbalik menjadi muram dan kaku,
kata-katanya yang biasa didengar lemah-lembut berubah menjadi kata-kata yang
kasar dan keras. Bertanya ia kepada diri sendiri gerangan apakah kiranya yang
menyebabkan perubahan sikap yang mendadak itu? Adakah hal-hal yang dilakukan
yang dianggap oleh mertuanya kurang layak, sehingga menjadikan ia marah dan
benci kepadanya? Ataukah mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan dan
fitnahan orang yang sengaja ingin merusakkan suasana harmoni dan damai di dalam
rumah tangganya? Bukankah ia seorang menantu yang setia dan taat kepada
mertuanta yang telah memenuhi tugasnya dalam perang sebaik yang oa harapkan? dan
bukankah ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya untuk membela dan
mempertahankan kekekalan kerajaan mertuanya?
Daud tidak mendapat jawapan yang memuaskan atas pertanyaan-2 yang melintasi
fikirannya itu. IA kemudian kembali kepada dirinya sendiri dan berkata dalam
hatinya mungkin apa yang ia lihat sebagai perubahan sikap dan perlakuan dari
mertuannya itu hanya suatu dugaan dan prasangka belaka dari pihaknya dan kalau
pun memang ada maka mungkin disebabkan oleh urusan-2 dan masalah-2 peribadi dari
mertua yang tidak ada sangkut-pautnya dengan dirinya sebagai menantu.
demikianlah dia mencuba menenangkan hati dan fikirannya yang masyangul yang
berfikir selanjutnya tidak akan mempedulikan dan mengambil kisah tentang sikap
dan tindak-tanduk mertuanya lebih jauh.
Pada suatu malam gelap yang sunyi senyap, ketika ia berada di tempat tidur
bersam isterinya Mikyal. Daud berkata kepada isterinya: "Wahai Mikyal, entah
benarkah aku atau salah dalam tanggapanku dan apakah khayal dan dugaan hatiku
belaka atau sesuatu kenyataan apa yang aku lihat dalam sikap ayahmu terhadap
diriku? Aku melihat akhir-2 ini ada perubahan sikap dari ayahmu terhadap diriku.
Ia selalu menghadapi aku dengan muka muram dan kaku tidak seperti biasanya.
Kata-katanya kepadaku tidak selamah lembut seperti dulu. Dari pancaran
pandangannya kepadaku aku melihat tanda-2 antipati dan benci kepadaku. Ia selalu
menggelakkan diri dari duduk bersama aku bercakap-cakap dan berbincang-bincang
sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku berada di sekitarnya."
Mikyal menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata yang
terjatuh di atas pipinya: "Wahai Daud aku tidak akan menyembunyikan sesuatu
daripadamu dan sesekali tidak akan merahsiakan hal-hal yang sepatutnya engkau
ketahui. Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahawa keturunanmu makin naik di mata
rakyat dan namamu menjadi buah mulut yang disanjung-sanjung sebagai pahlawan dan
penyelamat bangsa, ia merasa iri hati dan khuatir bila pengaruhmu di kalangan
rakyat makin meluas dan kecintaan mereka kepadamu makin bertambah, hal itu akan
dapat melemahkan kekuasaannya dan bahkan mungkin mengganggu kewibawaan
kerajaannya. Ayahku walau ia seorang mukmin berilmu dan bukan dari keturunan
raja menikmati kehidupan yang mewah, menduduki yang empuk dan merasakan manisnya
berkuasa. Orang mengiakan kata-katanya, melaksanakan segala perintahnya dan
membungkukkan diri jika menghadapinya. Ia khuatir akan kehilangan itu semua dan
kembali ke tanah ladangnya dan usaha ternaknya di desa. Kerananya ia tidak
menyukai orang menonjol yang dihormati dan disegani rakyat apalagi dipuja-puja
dan dianggapnya pahlawan bangsa seperti engkau. Ia khuatir bahawa engkau
kadang-2 dapat merenggut kedudukan dan mahkotanya dan menjadikan dia terpaksa
kembali ke cara hidupnya yang lama sebagaimana tiap raja meragukan kesetiaan
tiap orang dan berpurba sangka terhadap tindakan-2 orang-2nya bila ia belum
mengerti apa yang dituju dengan tindakan-2 itu."
"Wahai Daud" , Mikyal meneruskan ceritanya, "Aku mendapat tahu bahawa ayahku
sedang memikirkan suatu rencana untuk menyingkirkan engkau dan mengikis habis
pengaruhmu di kalangan rakyat dan walaupun aku masih merayukan kebenaran berita
itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari sekarang berlaku waspada dan
hati-hati terhadap kemungkinan terjadi hal-hal yang malang bagi dirimu."
Daud merasa hairan kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya kepada dirinya
sendiri dan kepada isterinya: "Mengapa terjadi hal yang sedemikian itu? Mengapa
kesetiaku diragukan oleh ayah mu, padahal aku dengan jujur dan ikhlas hati
berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan memerangi kebathilan
serta mengusir musuh ayahmu, Thalout telah kemasukan godaan Iblis yang telah
menghilangkan akal sihatnya serta mengaburkan jalan fikirannya?" Kemudian
tertidurlah Daud selesai mengucapkan kata-kata itu.
Pada esok harinya Daud terbangun oelh suara seorang pesurh Raja yang
menyampaikan panggilan dan perintah kepadanya untuk segera datang menghadap.
Berkata sang raja kepada Daud yang berdiri tegak di hadapannya: "Hai Daud
fikiranku kebelakang ini sgt terganggu oleh sebuah berita yang menrungsingkan.
Aku mendengar bahwa bangsa Kan'aan sedang menyusun kekuatannya dan mengerahkan
rakyatnya untuk datang menyerang dan menyerbu daerah kita. Engkaulah harapan ku
satu-satunya, hai Daud yang akan dapat menanganu urusan ini maka ambillah
pedangmu dan siapkanlah peralatan perangmu pilihlah orang-orang yang engkau
percayai di antara tenteramu dan pergilah serbu mereka di rumahnya sebelum
sebelum mereka sempat datang kemari. Janganlah engkau kembali dari medan perang
kecuali dengan membawa bendera kemenangan atau dengan jenazahmu dibawa di atas
bahu orang-orangmu."
Thalout hendak mencapi dua tujuan sekaligus dengan siasatnya ini, ia handak
menghancurkan musuh yang selalu mengancam negerinya dan bersamaan dengan itu
mengusirkan Daud dari atas buminya karena hampir dapat memastikan kepada dirinya
bahwa Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari medan perang kali
ini.
Siasat yang mengandungi niat jahat dan tipu daya Thalout itu bukan tidak
diketahui oleh Daud. Ia merasa ada udang disebalik batu dalam perintah Thalout
itu kepadanya, namun ia sebagai rakyat yang setia dan anggota tentera yang
berdisiplin ia menerima dan melaksanakan perintah itu dengan sebaik-baiknya
tanpa mempedulikan atau memperhitungkan akibat yang akan menimpa dirinya.
Dengan bertawakkal kepada Allah berpasrah diri kepada takdir-Nya dan berbekal
iman dan talwa di dalam hatinya berangkatlah Daud berserta pasukannya menuju
daerah bangsa Kan'aan. Ia tidak luput dari lindungan Allah yang memang telah
menyuratkan dalam takdir-Nya mengutuskan Daud sebagai Nabi dan Rasul. Maka
kembalilah Daud ke kampung halamannya berserta pasukannya dengan membawa
kemenangan gilang-gemilang.
Kedatangan Daud kembali dengan membawa kemenangan diterima oleh Thalout dengan
senyum dan tanda gembira yang dipaksakan oleh dirinya. Ia berpura-pura menyambut
Daud dengan penghormatan yang besar dan puji-pujian yang berlebih-lebihan namun
dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan kebenciannya, apalagi
disadarinya bahwa dengan berhasilnya Daud menggondol kemenangan, pengaruhnya di
mata rakyat makin naik dan makin dicintainyalah ia oleh Bani Isra'il sehingga di
mana saja orang berkumpul tidak lain yang dipercakapkan hanyalah tentang diri
Daud, keberaniannya, kecekapannya memimpin pasukan dan kemahirannya menyusun
strategi dengan sifat-sifat mana ia dapat mengalahkan bangsa Kan'aan dan membawa
kembali ke rumah kemenangan yang menjadi kebanggaan seluruh bangsa.
Gagallah siasat Thalout menyingkirkan Daud dengan meminjam tangan orang-orang
Kan'aan. Ia kecewa tidak melihat jenazah Daud diusung oleh orang-orang nya yang
kembali dari medan perang sebagaimana yang ia harapkan dan ramalkan, tetapi ia
melihat Daud dalam keadaan segar-bugar gagah perkasa berada di hadapan
pasukannya menerima alu-aluan rakyat dan sorak-sorainya tanda cinta kasih sayang
mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan.
Thalout yang dibayang rasa takut akan kehilangan kekuasaan melihat makin
meluasnya pengaruh Daud, terutama sejak kembalinya dari perang dengan bangsa
Kan'aan, berfikir jalan satu-satunya yang akan menyelamatkan dia dari ancaman
Daud ialah membunuhnya secara langsung. Lalu diaturlah rencana pembunuhannya
sedemikian cermatnya sehingga tidak akan menyeret namanya terbawa-bawa ke
dalamnya. Mikyal, isteri Daud yang dapat mencium rancangan jahat ayahnya itu,
segera memberitahu kepada suaminya, agar ia segera menjauhkan diri dan
meninggalkan kota secepat mungkin sebelum rancangan jahat itu sempat
dilaksanakan . Maka keluarlah Daud memenuhi anjuran isterinya yang setia itu
meninggalkan kota diwaktu malam gelap dengan tiada membawa bekal kecuali iman di
dada dan kepercayaan yang teguh yang akan inayahnya Allah dan rahmat-Nya.
Setelah berita menghilangnya Daud dari istana Raja diketahui oleh umum,
berbondong-bondonglah menyusul saudara-2nya, murid-2nya dari para pengikutnya
mencari jejaknya untuk menyampaukan kepadanya rasa setiakawan mereka serta
menawarkan bantuan dan pertolongan yang mungkin diperlukannya.
Mereka menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat seraya
merenungkan nasib yang ia alami sebgai akibat dari perbuatan seorang hamba Allah
yang tidak mengenal budi baik sesamanya dan yang selalu memperturutkan hawa
nafsunya sekadar untuk mempertahankan kekuasaan duniawinya. Hamba Allah itu
tidak sedar, fikir Daud bahwa kenikmatan dan kekuasaan duniawi yang ia miliki
adalah pemberian Allah yang sewaktu-waktu dapat dicabut-Nya kembali daripadanya
.