ILMU BEDAH SARAF


Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon.
saanin@padang.wasantara.net.id
Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. M. Jamil/FK-UNAND Padang.

Cari dalam ejaan/bahasa Indonesia di situs ini :
Search term:
Case-sensitive - yes
exact fuzzy

5. CEDERA CORD SPINAL
** Pendahuluan
A. Cedera Spinal dan Kord Servikal
B. Pengelolaan Ketidakstabilan
C. Tulang Belakang Toraks dan Lumbar
 
KEMBALI KEHALAMAN UTAMA

        PENGELOLAAN KETIDAKSTABILAN
        TULANG BELAKANG TORAKS DAN LUMBAR
        
        Ketidakstabilan  tulang  belakang secara  klinis  telah 
        dijelaskan  oleh White dan Punjabi  sebagai  "hilangnya 
        kemampuan  tulang belakang dalam keadaan  beban  fisio-
        logis  untuk mempertahankan hubungan  antara  ruas-ruas 
        tulang  belakang dalam setiap keadaan tanpa  terjadinya 
        kerusakan  dan tanpa diikuti iritasi pada  kord  tulang 
        belakang  atau akar saraf, dan sebagai tambahan,  tidak 
        terjadinya  deformitas  atau nyeri  yang  jelas  akibat 
        perubahan struktur". Usaha mengenal terjadinya ketidak-
        stabilan  secara klinis sulit dan memerlukan  penilaian 
        teliti  dari semua data yang ada; keputusan yang  salah 
        akan berakibat defisit neurologis progresif, deformitas 
        atau  kematian.  Informasi  yang  umum  dipakai   untuk 
        mengambil keputusan adalah tampilan radiografik, lokasi 
        anatomik,  status  neurologis, agen  penyebab  (cedera, 
        tumor,  infeksi  dll.) dan analisis  atas  tenaga  yang 
        menyebabkannya.
        
        
        IDENTIFIKASI DAN KLASIFIKASI
        KETIDAKSTABILAN PADA TULANG BELAKANG TORAKS DAN LUMBAR
        
        Holdsworth  berdasarkan  fraktura  toraks  dan   lumbar 
        membaginya  kedalam dua kelompok utama. Yaitu  fraktura 
        stabil  (fraktura  kompresi  baji  sederhana,  fraktura 
        burst,  dan  cedera ekstensi) dan fraktura  tak  stabil 
        (dislokasi, fraktura-dislokasi rotasional, dan fraktura 
        shear). Ini tidak mencakup ketidakstabilan yang  secara 
        klinis tampak pada beberapa fraktura burst.  Whitesides 
        mengklasifikasikan  berdasar  sistem dua  kolom.  Kolom 
        anterior  ditampilkan  sebagai  resisting   compressive 
        forces dengan kolom posterior resisting tension forces. 
        Denis  dan McAfee menambahkan kolom media  atau  ketiga 
        pada sistem klasifikasi tersebut.
             Denis  membagi ketidakstabilan dalam  tiga  divisi 
        (derajat  pertama, kedua dan  ketiga).  Ketidakstabilan 
        derajat pertama, atau ketidakstabilan mekanis, mencakup 
        fraktura   kompresi   berat  dengan   kegagalan   kolom 
        posterior seperti yang tampak pada distraksi dan cedera 
        sabuk  pengaman. Pada fraktura ini, elemen saraf  tidak 
        pada risiko yang tinggi saat periode akut, namun tulang 
        belakang dapat menonjol, hingga menyebabkan  deformitas 
        kemudian atau ketidakstabilan mekanis kronik. Penyangga 
        eksternal  biasanya  memadai.  Ketidakstabilan  derajat 
        kedua,   atau  ketidakstabilan   neurologis,   mencakup 
        fraktura  burst tanpa gangguan neurologis. Kolom  media 
        mengalami kompresi, mungkin selanjutnya akan mengganggu 
        elemen  neural,  kecuali bila  dihindarkan  dari  beban 
        aksial  berikutnya.  Stabilisasi  secara  operasi  bisa 
        dipikirkan untuk kategori ini. Ketidakstabilan  derajat 
        ketiga,  atau ketidakstabilan mekanis  dan  neurologis, 
        mencakup  fraktura-dislokasi dan fraktura burst  dengan 
        gangguan  neurologis akut. Ia berada pada  risiko  yang 
        besar  akan  berkembangnya  kerusakan  neurologis  yang 
        progresif  serta  deformitas.  Ini  mungkin  memerlukan 
        reduksi,  dekompresi,  dan  stabilisasi.  Sistem  Denis 
        menyulitkan secara klinis dimana terdapat lebih dari 20 
        subkategori,  walau akan memungkinkan kita untuk  meng-
        klasifikasikan  hampir semua fraktura  tulang  belakang 
        torakolumbar dan karenanya bernilai pada penelitian.
             McAfee  berdasar  analisis  fraktura  torakolumbar 
        dengan  CT  scan dan berdasar pada konsep  tiga  kolom, 
        menyederhanakan sistem klasifikasi. Ia membagi kekuatan 
        yang  menimpa  kolom  media  kedalam  kompresi  aksial, 
        distraksi  aksial, dan translasi atau shear yang  harus 
        disertai   tenaga  rotasional.  Berdasar  sistem   ini, 
        dikemukakan 6 jenis cedera: (1) kompresi fraktura baji, 
        (2) fraktura  burst  stabil, (3) fraktura  burst  tidak 
        stabil,   (4) fraktura   Chance,   (5) cedera   fleksi-
        distraksi, dan (6) cedera translasional (shear)  dimana 
        dimasukkan  fraktura-dislokasi  rotasional  dan  slice. 
        Sistem  ini berguna bila metoda tindakan berdasar  pada 
        mekanisme  yang merusak kolom media. Bila  kolom  media 
        mengalami   kompresi,  instrumentasi  untuk   distraksi 
        dilakukan  secara  posterior.  Bila  kerusakan   karena 
        distraksi, harus dilakukan instrumentasi kompresi,  dan 
        bila  kerusakan  karena  translasi  atau  shear,   maka 
        instrumentasi  segmental  harus  dilakukan.  Jadi   ini 
        adalah  sistem klasifikasi yang sederhana yang  berguna 
        secara klinis.
             Konsep tiga kolom telah digunakan dan dikembangkan 
        untuk menilai fraktura tulang belakang. Ketidakstabilan 
        klinis  bisa juga disebabkan infeksi,  inflamasi,  neo- 
        plasma,  atau degenerasi, atau iatrogenik. Setiap  agen 
        penyebab berhubungan dengan lingkungan yang unik hingga 
        menyebabkan   klasifikasi  yang   universal   terkadang 
        menjadi tak dapat digunakan.
             Sebagai  tambahan,  daerah  anatomis  dimana  lesi 
        terjadi  memiliki karakteristik biomekanik  yang  unik. 
        Pada daerah toraks, tulang belakang cenderung kaku  dan 
        kurang  mobil karena adanya iga; lebih sedikit  ruangan 
        untuk  kord tulang belakang; dan catu darah untuk  kord 
        lebih rawan. Berbeda dengan tulang belakang lumbar yang 
        lebih  mobil, dan mempunyai ruangan yang relatif  lebih 
        luas  untuk  elemen  neural  didalam  kanal.  Sambungan 
        torakolumbar sering menrupakan sasaran stres yang lebih 
        kuat  karena  ia menghubungkan tulang  belakang  toraks 
        yang kaku dengan tulang belakang lumbar yang mobil.
        
        
        Tabel 1. Bentuk Dasar Kerusakan dari Tiga Kolom berupa
        Empat Jenis Utama Cedera Tulang Belakang (Denis)
        -------------------------------------------------------
        Jenis                           Kolom
        Fraktura  ---------------------------------------------
                  Anterior       Media            Posterior
        -------------------------------------------------------
        Kompresi   Kompresi       Tak ada          Tak ada atau
                                                    distraksi
                                                    (berat)
        Burst      Kompresi       Kompresi         Tak ada
        Sabuk-     Tak ada atau   Distraksi        Distraksi
         Pengaman   kompresi       
        Fraktura-  Kompresi,      Distraksi,       Distraksi,
         Dislokasi  rotasi,        rotasi,          rotasi,
                    shear          shear            shear
        -------------------------------------------------------
        
        
        White dan Panjabi, dengan penelitian biomekanis  tulang 
        belakang servikal, toraks dan lumbar kadaver, melakukan 
        penilaian  yang berguna dalam  menilai  ketidakstabilan 
        klinis.  Mereka menggabungkan datanya dengan  literatur 
        klinis  untuk membentuk daftar skor untuk  tiap  daerah 
        tulang belakang. Nilai relatif diberikan untuk kriteria 
        berbeda.  Bila jumlah relatif dari daftar  lebih  besar 
        dari  lima, diperkirakan telah terjadi  ketidakstabilan 
        klinis.  Sistem ini berguna menentukan  ketidakstabilan 
        disebabkan infeksi, tumor atau tindakan bedah.
             Daftar  skor untuk ketidakstabilan  klinis  tulang 
        belakang  toraks dan torakolumbar tampak pada tabel  2. 
        Karena  gelang  bahu bertumpuk dengan  tulang  belakang 
        toraks atas, dan juga iga, penilaian radiografik sering 
        sulit  dan  tomogram planar dan/atau  CT  scan  mungkin 
        perlu  untuk penilaian yang adekuat daerah ini.  Daftar 
        tersebut dapat menilai pasien prabedah untuk menentukan 
        pendekatan  operasi.  Contohnya, bila  elemen  anterior 
        rusak,  seperti yang sering terjadi pada  infeksi  atau 
        tumor  disertai  adanya  gibbus  atau  listesis,  tidak 
        dianjurkan  membuang elemen posterior  tanpa  melakukan 
        stabilisasi karena akan menyebabkan destabilisasi  dari 
        tulang   belakang.   Tergantung   keadaan,   diusahakan 
        pendekatan anterior bila memungkinkan.
        
        Tabel 2. Daftar Skor Untuk Menegakkan Diagnosis
        Ketidakstabilan Klinis Tulang Belakang Lumbar (L1-L5)
        -------------------------------------------------------
        Elemen                                            Nilai
        -------------------------------------------------------
        Kerusakan kauda ekuina                                3
        Translasi bidang sagital fleksi relatif >8%
         atau Translasi bidang sagital ekstensi relatif >9%   2
        Rotasi bidang sagital fleksi relatif <-9o             2
        Elemen anterior rusak                                 2
        Elemen posterior rusak                                2
        Diperkirakan pembebanan akan berbahaya                1
        -------------------------------------------------------
        White dan Punjabi
        Total 5 atau lebih = klinis tak stabil
        
        
        Daftar  sesuai diberikan untuk tulang belakang  lumbar, 
        pada  tabel 3. Defisit neurologis relatif  kurang  umum 
        didaerah  ini dan mempunyai kecenderungan  lebih  besar 
        untuk perbaikan bila dilakukan dekompresi. Nilai  untuk 
        translasi  bidang sagital pada daftar  ini  ditampilkan 
        untuk mengurangi masalah akibat pembesaran oleh sinar-x.
        
        
        Tabel 3. Daftar Skor Untuk Menegakkan Diagnosis 
        Ketidakstabilan Klinis Tulang Belakang Toraks dan 
        Torakolumbar (Posner). Total 5 atau lebih = Tak stabil
        -------------------------------------------------------
        Elemen                                            Nilai
        -------------------------------------------------------
        Elemen anterior rusak atau tak dapat berfungsi        2
        Elemen posterior rusak atau tak dapat berfungsi       2
        Translasi bidang sagital relatif >2.5mm               2
        Rotasi bidang sagital relatif >5o                     2
        Kerusakan kord tulang belakang atau kauda ekuina      2
        Disrupsi artikulasi kostovertebral                    1
        Diperkirakan pembebanan akan berbahaya                2
        -------------------------------------------------------
        
        
             Ketidakstabilan  degeneratif  dan/atau  iatrogenik 
        pada   tulang  belakang  lumbar  tetap   kontroversial. 
        Berbagai  tehnik dan kriteria sudah  dikemukakan  untuk 
        mengenal  masalah  ini. Simtom tersering  adalah  nyeri 
        pinggang bawah kronik, dengan gangguan neurologis lebih 
        jarang.  Kebanyakan  kriteria dibuat dari  foto  statik 
        atau  stres.  Dalam menilai daerah  ini  penting  untuk 
        membuat  foto berdiri anteroposterior dan lateral  dari 
        tulang  belakang lumbar karena bebih  sering  translasi 
        bidang  sagital  tampak pada foto  ini  dibanding  foto 
        berbaring.  Kriteria  yang dianjurkan saat  ini  adalah 
        translasi  bidang  sagital  lebih dari  3mm  pada  foto 
        berdiri  atau bending, retrolistesis, spur traksi,  dan 
        kolaps   diskus   asimetris   dengan   fleksi/ekstensi. 
        Sayangnya,  tak ada penelitian atas kriteria ini  dalam 
        memperkirakan  outcome  setelah  didapatkan  fusi  yang 
        solid.  Lebih sering pasien sulit untuk dinilai  secara 
        klinis  bila  mempunyai riwayat klinis  yang  lama  dan 
        memiliki   kesulitan  psikososial.  Sebelum   melakukan 
        tindakan stabilisasi, penilaian multidisiplin, termasuk 
        perkiraan psikososial, harus dilengkapi.
             Sekali  lesi  sudah  diidentifikasi  dan  dinilai, 
        dibuat  rencana tindakan. Rencana berdasar  pada  nilai 
        kesehatan  relatif pasien secara keseluruhan  dibanding 
        risiko yang dihadapi. Pikirkan penyebab kelainan  (bila 
        diketahui),  keadaan  umum  pasien,  keinginan  pasien, 
        pengalaman  dokter,  serta  lesinya  sendiri.   Pilihan 
        termasuk  tindakan  nonbedah  (istirahat  baring   atau 
        penyangga   eksternal)  serta  tindakan   bedah   untuk 
        stabilisasi dan/atau dekompresi.
        
        
        STABILISASI SECARA BEDAH POSTERIOR
        
        
        Instrumentasi Distraksi Harrington
        
        Semula digunakan Harrington untuk fraktura torakolumbar 
        tahun  1958.  Sudah banyak dilaporkan  untuk  mengatasi 
        fraktura tulang belakang, dengan atau tanpa  pengawatan 
        sublaminer.  Ideal  untuk fraktura burst  dimana  kolom 
        media   mengalami  kompresi.  Dilakukan  bila   ligamen 
        longitudinal anterior intak. Bila ligamen  longitudinal 
        anterior rusak atau tegang dan disrupsi,  instrumentasi 
        distraksi  akan menyebabkan gangguan neurologis  karena 
        distraksi  berlebihan. Bila dilakukan dini, 48-72  jam, 
        pada  fraktura  burst, deformitas dapat  dikurangi  dan 
        terbukti bahwa kerusakan kanal dapat disingkirkan lewat 
        ligamentoaksis.  Namun  dilaporkan  adanya   perburukan 
        neurologis   setelah  instrumentasi  distraksi   dengan 
        gagalnya reduksi fragmen tulang didalam kanal.  Sebagai 
        tambahan, penting untuk menilai adekuasi reduksi dengan 
        mielografi   intraoperatif  atau  ultrasonografi   atau 
        mielogram  pasca bedah dan CT scan. Bila reduksi  tidak 
        lengkap,  tindakan  dekompresif  anterior  tahap  kedua 
        diindikasikan.
             Lebih  disukai untuk melakukan dekompresi  melalui 
        pendekatan  posterolateral melalui  pedikel  mendahului 
        tindakan  reduksi  terhadap deformitas  serta  tindakan 
        stabilisasi.  Ini  pendekatan yang aman,  karena  kanal 
        bebas dari fragmen tulang hingga risiko atas  timbulnya 
        gangguan  neurologis  dapat dikurangi.  Hal  ini  harus 
        dikerjakan bila operasi ditunda lebih dari 48-72 jam.
             Dawson  memperlihatkan pada penelitian  biomekanik 
        terhadap  kadaver dengan fraktura burst, memasang  kait 
        pada  tiga  tingkat  diatas  segmen  fraktura  dan  dua 
        tingkat  dibawah, cenderung  memaksimalkan  stabilitas. 
        Timbul masalah pada tulang belakang lumbar bawah karena 
        instrumentasi dibawah L3 berakibat peninggian  insidens 
        nyeri  pinggang  bawah.  Sebagai  tambahan,   pemakaian 
        instrumentasi  distraksi  pada tulang  belakang  lumbar 
        bawah dapat menimbulkan kifosis lumbar iatrogenik  atau 
        sindroma  'flat  back', yang sangat  mengganggu.  Untuk 
        alasan  ini,  instrumentasi distraksi  tidak  dilakukan 
        dibawah  L4. Instrumentasi terhadap L3 atau  L4,  harus 
        diusahakan   untuk mempertahankan kurva sagital.  Untuk 
        mendapatkannya,  pinggang  harus  hiperekstensi   untuk 
        membentu   mempertahankan   lordosis   lumbar,   proses 
        spinosus segmen bawah dikawati  bersama untuk  mencegah 
        distraksi  pada  tingkat ini, dan batang  dengan  ujung 
        persegi  digunakan  agar kontur  bidang  sagital  dapat 
        dipertahankan.
             Beberapa ahli menyukai konsep pemakaian  instrumen 
        yang  panjang dengan fusi yang pendek. Dengan cara  ini 
        tulang  belakang diinstrumentasikan tiga segmen  diatas 
        dan dua dibawah, namun fusi dibatasi satu segmen diatas 
        dan satu dibawah. Batang lalu diangkat antara satu  dan 
        dua  tahun  kemudian dengan harapan segmen  yang  tidak 
        difusikan   kembali   mobil.   Efek   fisiologis   atas 
        immobilitas  yang dilakukan terhadap faset  dan  diskus 
        dalam   setahun  atau  lebih  tidak  diketahui,   namun 
        beberapa  penelitian laboratorium menunjukkan  hal  ini 
        mungkin  merugikan.  Tehnik ini tidak  perlu  dilakukan 
        pada  hubungan  torakolumbar dan cara yang  lebih  baru 
        telah ada; jadi tehnik ini jarang diindikasikan.
             Pengawatan segmental akan berakibat pada perbaikan 
        stabilitas dan hal ini dapat dicapai dengan  pengawatan 
        sublaminer  atau  antar  proses  spinosus  (Wisconsin). 
        Masing-masing  tehnik  ini  menambah  lamanya  operasi; 
        pamakaian  tehnik pengawatan sublaminer  juga  menambah 
        kehilangan  darah  serta mempunyai  risiko  yang  tidak 
        terhindarkan  yang lebih besar atau  cedera  neurologis 
        iatrogenik.  Pengawatan pada proses  spinosus  menambah 
        stabilitas tanpa risiko gangguan neurologis.
        
        
        Instrumentasi Luque
        
        Memberikan  stabilitas yang lebih baik  terhadap  stres 
        translasional  dan  rotasional. Namun  ia  lebih  rawan 
        dalam  menahan  fleksi-ekstensi  dan  tidak  memberikan 
        perlindungan  aksial.  Karenanya khas  digunakan  untuk 
        merawat  fraktura-dislokasi  dimana kolom  media  rusak 
        karena shear. Mungkin juga digunakan pada pasien dengan 
        tumor   metastatik  yang  mengenai   beberapa   tingkat 
        disebelah  depan dimana tehnik reseksi  anterior  serta 
        penanduran  tidak  mungkin dilakukan.  Lamanya  operasi 
        lebih panjang, perdarahan lebih banyak, risiko gangguan 
        neurologis lebih besar saat melalukan kawat  sublaminer 
        dan  saat  menyelesaikan pengawatan.  Kawat  sublaminer 
        juga  tidak  dilalukan  pada  daerah  dimana   kanalnya 
        sempit.
             Instrumentasi  umumnya  meluas dari  tiga  tingkat 
        diatas dan dua atau tiga  tingkat dibawah tingkat  yang 
        cedera.  Bila diperlukan reduksi,  sering  diselesaikan 
        seperti dengan Harrington.
        
        
        Instrumentasi Cotrel-Dubouset (CD)
        
        Instrumentasi CD sudah sangat jauh menggantikan  sistem 
        distraksi dan kompresi Harrington.  Instrumentasi dapat 
        dibatasi  dua  tingkat diatas dan dua  dibawah  tingkat 
        yang cedera.
             Kerugian cara ini adalah bahwa ia terkadang  lebih 
        sulit dan rumit untuk dilakukan disamping lebih  mahal. 
        Lamanya operasi sedikit lebih lama, perdarahan  dedikit 
        lebih banyak. Karena tebal, sering menonjol jelas  pada 
        orang  kurus. Ia mengisi lebih banyak daerah yang  akan 
        dimanfaatkan untuk daerah tandur tulang.  Keuntungannya 
        fleksibilitasnya lebih serta stabilitas yang dihasilkan 
        akan  lebih baik.  Cara ini digunakan untuk  memberikan 
        kekuatan  kompresif  posterior  untuk  fraktura  Chance 
        serta  cedera  distraksi fleksi. Sangat  efektif  untuk 
        menetralkan  kekuatan shear pada  cedera  translasional 
        seperti  fraktura-dislokasi slice dan rotasional.  Juga 
        digunakan pada psien dengan cedera kelainan  metastatik 
        lebih dari satu tingkat untuk mana dekompresi  anterior 
        tidak  memungkinkan  karena terkenanya  banyak  segmen. 
        Bagaimanapun  pada  pasien  osteoporotik  berat,  tetap 
        digunakan  instrumentasi segmental Luque,  karena  akan 
        memberikan sanggaan yang lebih besar.
        
        
        PENDEKATAN BEDAH SECARA ANTERIOR
        
        Pendekatan anterior semula diperkenalkan Hodgson  dalam 
        menindak  spondilitis tuberkulosa. Keuntungan  utamanya 
        adalah  memungkinkan  tindakan langsung  terhadap  lesi 
        kompresif  anterior. Ini terutama penting pada  infeksi 
        dan  tumor  metastatik  karena lebih  dari  90  %  lesi 
        terjadi  anterior. Sebagai tambahan, ia tidak  bernilai 
        dalam menindak fraktura burst, terutama setelah 72 jam. 
        Kerugiannya adalah ketidakmampuannya memberikan fiksasi 
        yang stabil. 
             Berbagai alat fiksasi anterior telah  dikembangkan 
        dengan  kerugian utama kerusakan vaskuler.  Alat  Dunn, 
        karena  tebal, berkaitan dengan cedera vaskuler  segera 
        maupun tunda, hingga tak digunakan lagi. Alat  Kostuik-
        Harrington digunakan untuk beberapa tahun tanpa  adanya 
        komplikasi  intra maupun pasca bedah. Metil  metakrilat 
        yang  diperkuat batang logam digunakan  untuk  kelainan 
        metastatik,  dapat memberikan stabilisasi segera  serta 
        memperbaiki kualitas hidup pasien dengan harapan  hidup 
        pendek.
             Alat   fiksasi  internal  anterior   serta   metil 
        metakrilat  dikontraindikasikan pada  infeksi.  Fiksasi 
        internal juga tidak untuk penghubung lumbosakral karena 
        harus  menempatkan  instrumen  didekat  pembuluh  iliak 
        (juga  tidak  untuk  penghubung  servikotorasik).  Bila 
        elemen  posteriornya   intak pada fraktura  burst  pada 
        penghubung  torakolumbar  serta pada  fraktura  torasik 
        atau  tumor, tandur penyokong krista iliak  trikortikal 
        sederhana  disertai  penyangga  eksternal  pasca  bedah 
        cukup  memadai.  Bila ada kerusakan  elemen  posterior, 
        tandur penyangga dapat ditempatkan dianterior,  diikuti 
        instrumentasi posterior tahap kedua dan tindakan  fusi. 
        Hal  yang  serupa, tindakan anterior  dapat  dikerjakan 
        sebagai  tahap  kedua  bila  usaha  mereduksi   melalui 
        ligamentoaksis gagal pada fraktura burst akut.