Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
5ÁÖ (9¿ù 28ÀÏ~ 10¿ù 1ÀÏ) ±³Á¦
PUTRI UWINA   /Oleh Hervianna A. Hiskia (Bobo No. 39/XXV)

      Sudah delapan tahun menikah, Bangsawan Morrits dan Arlauna, istrinya, belum
 juga dikaruniai anak. Segala usaha sudah mereka tempuh tapi belum juga
 menampakkan hasil. 
      "Apalah artinya harta yang berlimpah bila seorang anak pun tidak kumiliki,"
 keluh pasangan suami istri bangsawan ini.
      Arlauna akhirnya mengandung menjelang usia perkawinan mereka yang ke
 limabelas. Betapa sukacitanya Bangsawan Morrits mengetahui hal ini. Namun,
 kegembiraan itu ternyata harus bercampur dengan duka ketika Uwina, anak
 perempuan mereka lahir. Uwina lahir dalam keadaan yang sukar dipercaya. Sebelah
 matanya melotot dan sekujur tubuhnya ditumbuhi sisik-sisik kasar. Suara tangisnya
 pun kroarr, kroarr, serak seperti suara kodok. Orang tua mana yang tak sedih
 menghadapi kenyataan ini. Rasa sayang Bangsawan Morrits dan istrinya terhadap
 Uwina sama sekali tak berubah. Mereka cuma mengkuatirkan nasib Uwina kelak.
 Apakah orang-orang tak akan jijik memandangnya?

      Sambil menangis, mereka berdua mengadukan nasibnya kepada Peri Anelot.
 Setelah berkali-kali namanya diserukan barulah Peri Anelot muncul dan dengan
 lembut dia berkata, "Aku tidak bisa menyembuhkan penyakit putrimu karena memang
 itu bukan wewenangku untuk melakukannya. Hanya temanku yang bisa. Tapiii...."
 "Tapi apa, Peri?" desak Bangsawan Morrits tak sabar.
      Peri Anelot berkata ragu, "Temanku, Peri Boherik itu sering mengajukan syarat
 yang aneh. Aku takut kalian tak sanggup melaksanakan syaratnya nanti."
      "Apa pun yang terjadi nanti, sekarang tolong panggilkan temanmu itu dulu," pinta
 Bangsawan Morrits. "Semoga dia kasihan pada kami dan tidak mensyaratkan
 apa-apa."
      Sekejap kemudian... wuuzz!!! Setelah Peri Anelot merapalkan mantera
 muncullah Peri Boherik diiringi pusaran angin yang sangat kencang. Tidak seperti
 peri-peri lain yang tampak anggun, peri yang satu ini malah terlihat urakan. Sayap 
biru di punggung kirinya pun agak sobek. Entah sayap itu masih bisa dipergunakan 
untuk terbang atau tidak.

        "Aku sudah tahu kenapa aku dipanggil ke sini. Butuh bantuanku, kan?" tanya 
Peri Boherik sambil cengar-cengir nakal. "Boleh saja. Asal kalian berdua mematuhi 
syaratku."
        "Apa syaratnya?" tanya Arlauna.
        "Hmph... penyakit yang ada di tubuh Uwina akan kupindahkan ke tubuh kalian." 
Katanya masih sambil cengengesan, "Tidak ada tawar-menawar. Bila tidak mau, ya 
sudah. Aku pergi saja!" Peri Boherik bersiap-siap akan menghilang.
         "Tunggu, Peri. Kami terima syaratmu itu," seru Bangsawan Morrits dan 
istrinya.
         "Bagus!" sahut peri yang nakal itu. "Kalian boleh mengasuh Uwina tapi tidak 
boleh mengaku sebagai orangtuanya. Aku dan Peri Anelot akan menggantikan posisi 
kalian. Kutukan terhadap kalian akan lenyap bila suatu saat Uwina mengakui kalian 
berdua sebagai orangtuanya. Tapi, apakah ia mau mengakui kalian yang berwajah buruk, 
ha, ha, ha..."

      Begitulah, demi kesembuhan putri yang mereka sayangi, Bangsawan Morrits
 dan istrinya rela berkorban. Wajah Bangsawan Morrits yang tampan berubah jadi
 menyeramkan. Matanya melotot dan suaranya serak seperti suara kodok. Sedangkan
 kulit Arlauna yang putih mulus kini ditumbuhi sisik-sisik kasar. Walaupun menderita,
 mereka berdua tidak pernah mengeluh karena setiap hari Uwina ada di dekat
 mereka. Tentu saja Uwina tidak mengetahui bahwa dua orang buruk rupa yang selalu
 mengasuh dan merawatnya dengan penuh kasih sayang itu adalah orang tua
 kandungnya. Pelayan-pelayan di rumah itu pun cuma tahu bahwa dua orang itu sudah
 dipercaya oleh majikan mereka untuk mengasuh Uwina.
      Suatu hari Uwina kecil bertanya pada pengasuhnya, "Kenapa Papa dan Mama
 tidak pernah mengajakku bermain?"
      "Papa dan mamamu harus bekerja, Uwina." Jawab pengasuhnya dengan suara
 serak.
      "Apakah itu berarti mereka tidak menyayangiku?" tanya Uwina lagi.
      "Tentu saja mereka sayang padamu. Tidak ada orang tua yang tidak
 menyayangi anaknya. Kalau Uwina rajin belajar dan tidak cengeng, pasti Papa dan
 Mama akan mengajak bermain." Kata pengasuh yang badannya bersisik dengan
 bijaksana. "Percayalah, Uwina. Burung yang kecil saja mau dan suka bermain dengan
 anaknya, apalagi orang tuamu yang memiliki anak semanis kamu."

      Lima belas tahun sudah umur Uwina. Dia tumbuh menjadi gadis cilik yang 
disukai semua orang. Dia selalu memberi nasihat kepada teman-temannya dengan tutur 
kata yang lemah lembut, sehingga tak ada yang merasa tersinggung karena teguran dan
 nasihatnya.
      Suatu hari tersiar kabar bahwa Pangeran David, putra mahkota yang baru 
berumur lima tahun sedang sakit keras. Hal ini dikarenakan tak ada seorang pun yang 
sanggup memenuhi permintaan sang putra mahkota. Siapa yang sanggup bila bulan
 purnama yang dimintanya. Tabib sakti dan badut-badut istana juga tak bisa 
menyembuhkan dan menghiburnya.
      Uwina yang mendengar kabar itu jadi teringat pengalamannya sendiri ketika 
masih seusia Pangeran David. Maka bergegaslah Uwina ke istana.

      Seminggu kemudian, mendadak ada rombongan istana berkunjung ke rumah
 Bangsawan Morrits. Tentu saja hal ini mengejutkan seluruh penghuni rumah
 Bangsawan Morrits. Apalagi baginda raja datang sendiri ke situ cuma untuk bertemu
 dengan Uwina.
      "Uwina, aku ingin berterima kasih kepadamu," kata baginda Raja dengan wajah
 ceria, "Putraku, Pangeran David sudah sembuh."
      Uwina membungkuk dengan sikap hormat, "Baginda, waktu masih seusia
 Pangeran David, hamba pun pernah minta diambilkan bulan purnama. Mereka lalu
 memberi hamba sebutir mutiara. Kata mereka itulah bulan purnama. Hamba pun
 percaya. Lalu, hamba melakukan hal yang sama terhadap putra Baginda. Kalau
 hamba waktu itu percaya tentu Pangeran David juga akan percaya, begitu pikir
 hamba."
      "Tapi bagaimana saat dia melihat bulan kembali bersinar di malam berikutnya.
 Bukankah dia akan tahu kalau telah dibohongi?"
      Uwina tersenyum, "Benar. Itu juga pernah hamba alami. Tapi mereka
 mengatakan bahwa bunga yang telah dipetik kelak pasti berbunga lagi. Gigi yang
 telah tanggal juga dapat tumbuh lagi. Oleh karena itu bulan yang telah diambil pun
 pasti ada yang menggantikan," jawab Uwina. "Hamba rasa itu jawaban yang paling
 cocok untuk anak seusianya. Bila dewasa kelak, Pangeran David pasti lebih
 bijaksana. Saat itu dia pun akan tahu bahwa tidak mungkin manusia mengambil bulan
 purnama."

      Mendengar penjelasan tersebut Baginda Raja mengangguk-angguk puas.
 Sungguh bijaksana gadis kecil ini, pikir Baginda Raja kagum. Kemudian, "Siapakah
 'mereka' yang mengajarkan semuanya itu kepadamu?" tanyanya.
      "Mereka adalah orang tua hamba, Baginda." Jawab Uwina.
      "Ooo... mereka berdua inikah orang tuamu?" Baginda Raja menunjuk Bangsawan 
Morrits dan Arlauna yang palsu.
      "Orang tua bukanlah orang yang melahirkan anaknya saja tapi tidak merawat
 dan mengasuhnya. Orang yang merawat, mengasuh, mengajarkan hal-hal bijaksana
 pada anak itulah yang lebih pantas disebut sebagai orang tua. Mereka berdua
 memang orang yang melahirkan hamba, Baginda. Tapi yang lebih pantas disebut
 orang tua hamba adalah kedua orang ini. Merekalah yang mengajarkan banyak hal
 pada hamba," kata Uwina sambil memeluk kedua orang pengasuhnya yang buruk
 rupa.
      WHUUZZ!! DHUARR!!! Tiba-tiba dua gulungan sinar putih menyelubungi kedua
 pengasuh Uwina dan dalam sekejap mereka kembali ke wujud asli, yaitu Bangsawan
 Morrits dan Arlauna. Pengaruh sihir telah lenyap bersamaan dengan pengakuan
 Uwina tadi.
      "Ha, Ha, Ha, ... kamu benar-benar beruntung, Morrits. Tapi aku belum
 menyerah," tawa Bangsawan Morrits yang palsu menggetarkan seisi rumah. Sebelum
 orang-orang menyadari apa sebenarnya yang telah terjadi, Bangsawan Morrits dan
 Arlauna palsu langsung menggabungkan diri dengan yang asli. Orang-orang tidak tahu
 mana yang asli dan mana yang palsu. Cuma Uwina yang tampak tenang-tenang saja,
 katanya, "Aku tahu ada peri-peri nakal yang menyamar menjadi orang tuaku. Baiklah.
 Kini aku akan menguji kalian berempat. Dan peri-peri nakal harus berjanji tidak akan
 mengganggu kami lagi bila kalian gagal dalam ujian nanti."

      Orang lain yang ada di situ, termasuk Baginda Raja, bertanya-tanya apa yang
 akan dilakukan oleh Uwina untuk mendapatkan kedua orang tuanya kembali.
      "Mama berdua, aku minta kalian memelukku secara bergantian," pinta Uwina.
      Meskipun heran dengan permintaan itu, keduanya memeluk Uwina. Setelah
 'mama' kedua telah melepaskan pelukannya, tanpa ragu lagi Uwina segera
 menggenggam tangan 'mama' yang pertama memeluknya, katanya sambil tersenyum,
 "Inilah mamaku yang asli karena dia memeluk sambil membelai rambutku dengan
 lembut. Sedangkan kau memeluk pinggangku keras sekali," tuding Uwina pada 'mama' 
yang lainnya. "Kau memang tak pernah tahu bagaimana cara memeluk seorang anak 
karena kau memang bukan mamaku."
      Menyadari penyamarannya telah terbongkar, Arlauna palsu yang merupakan
 jelmaan Peri Anelot langsung menghilang. Suaranya saja yang masih terdengar, "Peri
 Boherik lebih baik kau pun juga pergi dari sini. Sia-sia saja kamu menghalangi kasih
 sayang antara orang tua dan anak seperti mereka!"
      "Jangan kuatir, aku pasti bisa mengalahkan si Morrits!" teriak Bangsawan
 Morrits yang palsu dengan spontan.
      
      Grrr!! Orang banyak tertawa menyaksikan kebodohan bangsawan palsu yang
 tak sengaja membuka kedoknya sendiri. Karena malu yang tak terkira, bangsawan
 palsu itu langsung kabur dari rumah Bangsawan Morrits. Peri Boherik yang usil kapok
 menggoda manusia lagi. Dia berjanji kalau menolong orang lain ya tolong saja, tidak
 usah pakai prasyarat segala. Dia tidak mau lagi dikatai peri yang usil tapi tolol.
      Kini Uwina hidup bahagia bersama orang tua kandungnya. Peri-peri usil tidak
 ada yang berani mengganggu lagi. Mereka rupanya segan mengusili orang yang
 pandai seperti Uwina. Jangan-jangan malah akan mempermalukan diri sendiri. Selain
 itu, Uwina kini diangkat menjadi saudara angkat Pangeran David dan dia
 mengajarkan pada Pangeran David semua ilmu yang diperoleh dari orang tuanya.


5ÁÖ Çؼ®
Putri Uwina
±× Morrits±ÍÁ·°ú ±×ÀÇ ºÎÀÎÀÎ ArlaunaÀº °áÈ¥ÇÑÁö ÀÌ¹Ì 8³âÀÌ Áö³µ´Âµ¥µµ ¾ÆÁ÷ ¾ÆÀÌ°¡ 
¾ø´Ù. 
±×µéÀº ¹é¹ÝÀ¸·Î ³ë·ÂÀ» ÇÏ¿´À¸³ª °á°ú¸¦ º¸Áö ¸øÇß´Ù. 
"³»¾ÆÀÌ ÇÑ¸íµµ ¾ø´Âµ¥ ÀÌ ³ÑÃijª´Â Àç»êÀÌ ¹«½¼ Àǹ̰¡ ÀÖ°Ú¾î¿ä."¶ó°í ÀÌ ÇѽÖÀÇ ±ÍÁ·ºÎ
ºÎ°¡ ÇÑźÀ» Çß´Ù. 
Arlauna´Â ±×µéÀÇ °áÈ¥ 15ÁÖ³â Âë¿¡ °á±¹ ÀÓ½ÅÀ» ÇÏ°Ô µÇ¾ú´Ù. 
ÀÌÀÏÀ» ¾Ë°Ô µÈÈÄ Morrits ±ÍÁ·Àº ¾ó¸¶³ª ±â»¼°Ú´Â°¡. ±×·¯³ª ±× ±â»ÝÀº °¡¸¸È÷ º¸´Ï ±×µé
ÀÇ µþÀÎ Uwina°¡ žÀ»¶§, ½½ÇÄ°ú ¼¯¿© ÀÖ¾î¾ß¸¸ Çß´Ù. 
Uwina´Â ¹Ï±â¾î·Á¿î »óȲ¿¡¼­ ž´Ù. 
ÇÑÂÊ´«À» ºÎ¸¨¶ß°í ±×ÀÇ ¸öÀüü´Â °ÅÄ£ ºñ´ÃµéÀÌ ¹«¼ºÇÏ°Ô ÀÚ¶óÁ® ÀÖ¾ú´Ù. 
±×ÀÇ ¿ïÀ½¼Ò¸® ¶ÇÇÑ Kroarr, kroarr..°³±¸¸® ¸ñ¼Ò¸®Ã³·³ Èé¾îÁ³´Ù. 
ÀÌ »ç½ÇÀ» Á¢ÇßÀ» ¶§ ½½ÇÁÁö ¾ÊÀ» ºÎ¸ð°¡ ¾îµð¿¡ Àְڴ°¡..
Morrits±ÍÁ·°ú ±×ÀÇ ºÎÀÎÀÇ Uwina¿¡ °üÇÑ µ¿Á¤½ÉÀº ÀüÇô ¹Ù²îÁö ¾Ê¾Ò´Ù. 
±×µéÀº ³ªÁß¿¡ UwinaÀÇ ¿î¸íÀ» ´ÜÁö °ÆÁ¤Çß´Ù. 
±×µéµÑÀº ¿ï¸é¼­ Anelot¿äÁ¤¿¡°Ô ±× ¾ÆÀÌÀÇ ¿î¸í¿¡ ´ëÇØ À̾߱⸦ Çß´Ù. 
¿äÁ¤ÀÇ À̸§À» ¿©·¯¹ø Å« ¼Ò¸®·Î ºÎ¸¥ ÈÄ¿¡¾ß ºñ·Î¼Ò Anelot¿äÁ¤Àº ³ªÅ¸³µ°í ±×¸®°í ºÎµå
·´°Ô ¸»Çß´Ù. 
"±×·±ÀÏÀ» ÇàÇÏ´Â °ÍÀº ³ªÀÇ ±ÇÇÑÀÌ ¾Æ´Ï±â ¶§¹®¿¡ ´ç½ÅÀÇ µþÀÇ º´À» °íÄ¥¼ö°¡ ¾ø´Ù. ´ÜÁö 
³ªÀÇ Ä£±¸¸¸ÀÌ ÇÒ ¼ö ÀÖ´Ù. ±×·¯³ª.."
"±×·¯³ª ¶ó´Ï¿ä?? ¿äÁ¤´Ô?" ¶ó°í Morrits±ÍÁ·Àº ÂüÁö ¸øÇÏ°í ÀçÃËÇß´Ù. 
Anelot¿äÁ¤Àº ¸Á¼³ÀÌ¸ç ¸»Çß´Ù,"³ªÀÇ Ä£±¸ÀÎ Boherik¿äÁ¤Àº ÀÚÁÖ ÀÌ»óÇÑ Á¶°ÇÀ» Á¦ÇÑÇÑ´Ù. 
³ª´Â ´ç½ÅµéÀÌ ³ªÁß¿¡ ±× Á¸°ÇÀ» ÀÌÇàÇÒ ¼ö ¾øÀ»°Í °°¾Æ µÎ·Æ´Ù. "
"³ªÁß¿¡ ÀϾ ÀÏÀÌ ¹«¾ùÀ̵çÁö, Áö±ÝÀº ¸ÕÀú ´ç½ÅÀÇ Ä£±¸¸¦ ºÒ·¯ÁÖ¼¼¿ä." ¶ó°í Morrits±Í
Á·ÀÌ ¿äûÇß´Ù. 
¾ó¸¶ÈÄ ¼ø½Ä°£¿¡..Wuzz!! Anelot¿äÁ¤ÀÌ ÁÖ¹®À» ¿Ü¿îÈÄ¿¡¾ß Boherik¿äÁ¤ÀÌ ¸Å¿ì °­ÇÑ È¸¿À
¸®¹Ù¶÷À» µ¿¹ÝÇÏ¸ç ³ªÅ¸³µ´Ù. 
¿ì¾ÆÇÏ°Ô º¸ÀÌ´Â ´Ù¸¥ ¿äÁ¤µé°ú´Â ´Þ¸®.. ÀÌ ÇÑ ¿äÁ¤Àº ¿ÀÈ÷·Á ¸Ú´ë·ÎÀΰÍó·³ º¸¿´´Ù. 
±×ÀÇ ¿ÞÂÊ µî¿¡Àִ Ǫ¸¥ ³¯°³µµ ´Ù¼Ò Âõ¾îÁ® ÀÖ¾ú´Ù. 
µµ´ëü ±× ³¯°³·Î ³¯°Å³ª ȤÀº ±×·¸Áö ¾ÊÀ»¶§ ¾µ¼ö ÀÖÀ»±î.
"³ª´Â ³»°¡ ¿©±â·Î ºÒ·¯Áø ±î´ßÀ» ÀÌ¹Ì ¾Ë°í ÀÖ´Ù. ³ªÀÇ µµ¿òÀÌ ÇÊ¿äÇÏÁÒ. ±×·¸ÁÒ?" ¶ó°í 
Boherik¿äÁ¤ÀÌ Àå³­½º·´°Ô ¿ïºÎ¢À¸¸ç ¸»Çß´Ù. 
"³ÊÈñµÑÀÌ ³ªÀÇ Á¶°Ç¿¡ º¹Á¾ÇÏ¸é ¹°·Ð ÀÀÇÏÁö."
"¹«½¼ Á¶°ÇÀΰ¡¿ä?"¶ó°í Arlauna°¡ ¹°¾ú´Ù. 
"Èì.. Uwina¸ö¿¡ ÀÖ´Â º´À» ³»°¡ ³ÊÈñµé ¸öÀ¸·Î ¿Å±â°Ú´Ù."
"ÈïÁ¤ÇÏ´Â °ÍÀº ¾ø´Ù. ¿øÇÏÁö ¾ÊÀ¸¸é, ±×·³µÆ¾î.. ³ª´Â °¡´Â°ÅÁö!" Boherik ¿äÁ¤Àº »ç¶óÁú 
Áغñ¸¦ ÇÏ¿´´Ù. 
"±â´Ù·Á¿ä, ¿äÁ¤´Ô. ¿ì¸®´Â ´ç½ÅÀÇ Á¶°ÇÀ» ¹Þ¾ÆµéÀÌ°Ú¾î¿ä," ¶ó°í Morrits±ÍÁ·°ú ±×ÀÇ ºÎÀÎ
ÀÌ Å«¼Ò¸®·Î ¿ÜÃƽÀ´Ï´Ù. 

"ÁÁ¾Æ!" ±× ½Ã²ô·¯¿î ¿äÁ¤ÀÌ ´ë´äÇß´Ù. 
"³ÊÈñµéÀº Uwina¸¦ µ¹º¼ ¼ö´Â ÀÖÁö¸¸, ºÎ¸ð¶ó°í ÀÚ¹éÇÒ ¼ö ¾ø¾î. Anelot¿äÁ¤°ú ³»°¡ 
³ÊÈñÀÇ À§Ä¡¿Í ¹Ù²Ü²¨¾ß. ³ÊÈñ¿¡ ´ëÇÑ ÁÖ¹®(ÀúÁÖ)Àº Uwina°¡ ³ÊÈñ µÑÀ» ºÎ¸ð¶ó ½ÂÀÎ ÇÒ¶§ 
¼Ò¸êµÉ²¨¾ß. ±×·¯³ª °ú¿¬ ±× ¾Ö°¡ ÈäÁ÷ÇÑ ¸ð½ÀÀ» ÇÑ ³ÊÈñ¸¦ ÀÎÁ¤ÇÏ°í ½ÍÀ»±î? ÇÏÇÏÇÏ..."
±×·¸°Ô Çؼ­, ±ÍÁ· Morrits¿Í ±×ÀÇ ¾Æ³»´Â ±â²¨ÀÌ Èñ»ýÀ» Çؼ­ ÁؼöÇß´ø Morrits°æÀÇ 
¿ë¸ð´Â ¹«½Ã¹«½ÃÇÑ ¸ð½ÀÀ¸·Î ¹Ù²î°Ô µÇ¾ú´Ù. ±×ÀÇ ´«Àº »çÆȶ߱Ⱑ µÇ¾ú°í, ±×ÀÇ ¸ñ¼Ò¸®´Â 
°³±¸¸® ¼Ò¸®Ã³·³ ½Ã²ô·¯¿ü´Ù. ÇÑÆí ¹é¿Á°°ÀÌ Èò ArlaunaÀÇ ÇǺδ °ÅÄ£ ºñ´Ã·Î µ¤ÀÌ°Ô 
µÇ¾ú´Ù. ºñ·Ï ÀÌ·± ÀÏÀ» °Þ¾úÁö¸¸ Uwina°¡ ´Ã ±×µé °¡±îÀÌ¿¡ ÀÖ¾ú±â ¶§¹®¿¡ ±× µÑÀº ÇÑ 
¼ûÀ» ³»½®ÀûÀÌ ¾ø¾ú´Ù. ¹°·Ð Uwina´Â Ç×»ó »ç¶ûÀ¸·Î ½ÃÁßµé°í µ¹º¸´Â ÈäÁ÷ÇÑ µÎ »ç¶÷ÀÌ 
¹Ù·Î Ä£ºÎ¸ðÀÓÀ» ¸ð¸¥´Ù. Áý¿¡¼­ ÇÏÀεéÀº ÀÌ µÎ »ç¶÷ÀÌ Uwina¸¦ µ¹º¸´Â ÁÖÀÎÀÇ ½ÅÀÓ¹Þ´Â 
»ç¶÷À¸·Î ¾Ë°í ÀÖ¾ú´Ù.

¾î´À³¯ ¾î¸° Uwina´Â ±× º¸¸ð¿¡°Ô ¹°¾ú´Ù.
"¿Ö ¾ö¸¶, ¾Æºü´Â ³îÀÚ°í ±ÇÇÏÁö ¾ÊÁö?"
"³× ¾ö¸¶, ¾Æºü´Â ÀÏÀ» ÇؾßÇÑ´Ü´Ù. Uwina."ÇÏ°í ½Ã²ô·¯¿î ¼Ò¸®·Î º¸¸ð°¡ ´ë´äÇß´Ù.
"±×°Ç, ¾ö¸¶, ¾Æºü°¡ ³¯ »ç¶ûÇÏÁö ¾ÈÇϴ´ٴ ¸» ¾Æ³Ä?"ÇÏ°í Uwina°¡ ´Ù½Ã ¹°¾ú´Ù.
"¹°·Ð, ±×µéÀº ³Î »ç¶ûÇØ. ÀڽñâÀ» »ç¶ûÇÏÁö ¾Ê´Â ºÎ¸ð´Â ¾ø¾î. Uwina°¡ ¿ïÁö ¾Ê°í ¿­½ÉÈ÷ 
°øºÎÇÏ¸é ºÐ¸íÈ÷ ¾ö¸¶, ¾Æºü´Â ³Ê¶û °°ÀÌ ³î²¨¾ß."ÇÏ°í ºñ´Ã·Î ¸öÀÌ µ¤ÀÎ º¸¸ð°¡ Çö¸íÇÏ°Ô 
¸»Çß´Ù. 
"¹Ï¾î¶ó, Uwina. º¸Àß°Í ¾ø´Â »õµµ ÀÚ½ÅÀÇ »õ³¢¿Í ³î±â ÁÁ¾ÆÇÏ°í ¿øÇϴµ¥, ÇϹ°¸ç ³Ê°°ÀÌ 
±Í¿©¿î ¾ÆÀ̸¦ °¡Áø ºÎ¸ð´Â ¿ÀÁ×ÇÏ°Ú´Ï?"

Uwina´Â ³ªÀÌ°¡ 15»ìÀÌ µÇ¾ú´Ù. ±×³à´Â ¸ðµç »ç¶÷ÀÌ ÁÁ¾ÆÇÏ´Â ÀÛÀº ¼÷³à·Î ¼ºÀåÇß´Ù. 
±×³à´Â ´Ã ±×³àÀÇ Ä£±¸µé¿¡°Ô ±Ç°í¿Í Ãæ°í·Î °¨Á¤»óÇÔÀ» ´À³¢Áö ¾ÊÀ» Á¤µµ·Î ºÎµå·¯¿î ¸»·Î 
Ãæ°í¸¦ Çß´Ù. 

¾î´À³¯ ÀÌÁ¦ ¸· 5»ìÀÌ µÈ ¼¼ÀÚ, David¿ÕÀÚ°¡ ½ÉÇÏ°Ô ¾ÆÇÁ´Ù´Â ¼Ò½ÄÀ» µé¾ú´Ù. ÀÌ°ÍÀº 
¼¼ÀÚÀÇ ¿äûÀ» ÀÌÇàÇÒ ¼ö ÀÖ´Â ÀÌ°¡ Çϳªµµ ¾ø±â ¶§¹®À̾ú´Ù. ±× ¿äûÀ» º¸¸§´Þ ±îÁö ´©°¡ 
ÇÒ ¼ö Àְڴ°¡. ÀÇ¿ø°ú ¿Õ±Ã ¾î¸´±¤´ëµµ ³´°ÔÇÏ°í, Áñ°Ì°Ô ÇÏÁö ¸øÇß´Ù. 

ÀÌ ¼Ò½ÄÀ» µéÀº Uwina´Â David¿ÕÀÚ¿Í °°Àº ³ªÀÌ¿´À»¶§ÀÇ ÀÚ½ÅÀÇ °æÇèÀ» ¶°¿Ã·È´Ù.

ÀÏÁÖÀÏ ÈÄ, ¿Õ±Ã »ç¶÷µéÀÌ  Morrits°æÀÇ Áý¿¡ ¹æ¹®ÇÏ´Â ÀÏÀÌ °©Àڱ⠻ý°å´Ù. ¹°·Ð ÀÌ ÀÏÀº 
Morrits°æÀÇ Áý, ¸ðµç »ç¶÷µéÀ» ³î¶ó°ÔÇß´Ù. °Ô´Ù°¡ ¿ÕÀº ´ÜÁö Uwina¸¦ ¸¸³ª±â À§ÇØ 
±×°÷À¸·Î È¥ÀÚ ¿Â´Ù°í Çß´Ù.

"Uwina,³ª´Â ³Ê¿¡°Ô °í¸¿´Ù°í ¸»ÇÏ°í ½Í´Ù." ¹àÀº Ç¥Á¤À¸·Î ¿ÕÀÌ ¸»Çß´Ù. "³» ¾ÆµéÀÎ David
°¡ ´Ù ³ª¾Ò´Ù." Uwina´Â Á¤ÁßÇÏ°Ô ¸öÀ» ±ÁÇû´Ù. "ÆóÇÏ, David¿ÕÀÚ ³ªÀÌ¿´À» ¶§ Àúµµ º¸¸§´Þ
À» °®´Ù´Þ¶ó°í ºÎŹÇÑ ÀûÀÌ ÀÖ¾ú½À´Ï´Ù. ±×µéÀº Àú¿¡°Ô ÁøÁÖ 1°³¸¦ ÁÖ¾ú½À´Ï´Ù. ±×µé ¸»ÀÌ 
±×°ÍÀÌ º¸¸§´ÞÀ̶ó°í Çß½À´Ï´Ù. Àú ¿ª½Ã ±× ¸»À» ¹Ï¾ú½À´Ï´Ù. ±×¸®°í Àú´Â ¿ÕÀÚ¿¡°Ô °°Àº ÀÏ
À» ÇàÇÏ¿´½À´Ï´Ù. ±×¶§ Á¦°¡ È®½ÇÈ÷ ¹Ï¾ú´Ù¸é David¿ÕÀÚµµ ¹ÏÀ» °Í À̶ó°í Àú´Â ±×·¸°Ô »ý
°¢Çß½À´Ï´Ù." "±×·¯³ª ±×°¡ ´ÙÀ½ Àú³á¿¡ ´ÞÀÌ ´Ù½Ã ºû³ª´Â °ÍÀ» º¼ ¶§¿¡´Â ¾îÂîÇϳª. ±×°¡ 
°ÅÁþ¸»À̶ó´Â °ÍÀ» ¾Ë °Í ¾Æ´Ñ°¡?" Uwina´Â ¹Ì¼Ò¸¦ Áö¾ú´Ù. "¸Â½À´Ï´Ù. ±×°ÍÀº Àúµµ °æÇèÇß
¾ú½À´Ï´Ù. ±×·¯³ª ±×µéÀº ²ª¾îÁø ²ÉÀº ³ªÁß¿¡ ´Ù½Ã ²ÉÀ» ÇÇ¿î´Ù°í ¸»Çß½À´Ï´Ù. ºüÁø ÀÌ»¡µµ 
´Ù½Ã ÀÚ¶ø´Ï´Ù. ±×·¯¹Ç·Î °¡Á®¿Â ´Þµµ ´ëüµÉ °ÍÀÌ È®½ÇÈ÷ ÀÖ½À´Ï´Ù." Uwina°¡ ´ë´äÇß´Ù. 
"Àú´Â ±×°ÍÀÌ ±× ¶Ç·¡ÀÇ ¾ÆÀ̵鿡°Ô´Â °¡Àå ¾î¿ï¸®´Â ´ë´äÀ̶ó°í ´À²¼½À´Ï´Ù. ³ªÁß¿¡ ¼ºÀÎ
ÀÌ µÇ¾úÀ» ¶§, David¿ÕÀÚ´Â ´õ Çö¸íÇÏ°Ô µÉ °ÍÀÔ´Ï´Ù. ±× ¶§¿¡´Â ±×µµ Àΰ£Àº º¸¸§´ÞÀ» °¡
Áú ¼ö ¾ø´Ù´Â °ÍÀ» ¾Ë °ÍÀÔ´Ï´Ù." ¿ÕÀº Àڱ⿡°Ô ¾ð±ÞµÈ ¼³¸íÀ» µè°í ¸¸Á·½º·´°Ô °í°³¸¦ ²ô
´ö¿´´Ù. 'ÀÌ ÀÛÀº ¼Ò³à´Â Á¤¸» Çö¸íÇϱ¸³ª'ÇÏ°í ¿ÕÀº ³î¶ø°Ô »ý°¢Çß´Ù. "³Ê¿¡°Ô ±× ¸ðµç °Í
À» 
°¡¸£ÃÄ ÁØ '±×µé'ÀÌ ´©±¸³Ä?" ¿ÕÀÌ ¹°¾ú´Ù. "±×µéÀº ÀúÀÇ ºÎ¸ð´ÔÀÔ´Ï´Ù." Uwina°¡ ´ë´äÇß´Ù. 
"¿À.... À̺еéÀÌ ³ÊÀÇ ºÎ¸ð³Ä?" ¿ÕÀÌ °¡Â¥Morrits¿Í Arlauna¸¦ °¡¸®Ä×´Ù. 
"ºÎ¸ð´Â ÀÚ½ÄÀ» ³º´Â »ç¶÷ÀÏ »Ó ¾Æ´Ï¶ó ÀÚ½ÄÀ» ±â¸£°í µ¹º¾´Ï´Ù. µ¹º¸°í, ±â¸£°í, ÀڽĿ¡°Ô 
Çö¸íÇÑ ÀϵéÀ» °¡¸£Ä¡´Â »ç¶÷ÀÌ ¹Ù·Î ºÎ¸ð´ÔÀ̶ó°í ºÒ¸®¾îÁö´Â °ÍÀÌ ´õ ¾Ë¸Â½À´Ï´Ù. ±×µéÀº 
Á¤¸» Àú¸¦ ³º¾ÆÁØ ºÐµéÀÔ´Ï´Ù. ÆóÇÏ, ±×·¯³ª ÀúÀÇ ºÎ¸ð¶ó°í ºÒ¸®±â¿¡ ´õ ÀûÇÕÇÑ »ç¶÷Àº ÀÌ 
µÎ ºÐÀÔ´Ï´Ù. ±×µéÀÌ ¹Ù·Î Àú¿¡°Ô ¸¹Àº °ÍÀ» °¡¸£Ä¡½Å ºÐµéÀÔ´Ï´Ù." Uwina°¡ ÈäÇÑ ¸ð½ÀÀÇ 
µÎ¸íÀÇ º¸¸ð¸¦ Æ÷¿ËÇϸ鼭 ¸»Çß´Ù. ¾Ñ! °©Àڱ⠵Π°³ÀÇ ÇÏ¾á ºûÀÌ µÎ ¸íÀÇ º¸¸ð¸¦ °¨½Õ°í, 
¼ø½Ä°£¿¡ ±×µéÀº ¿ø·¡ ¸ð½ÀÀÎ Morrits¿Í Arlauna·Î µ¹¾Æ¿Ô´Ù. ¸¶¹ýÀÇ ¿µÇâ·ÂÀÌ ¾Æ±î Uwina
ÀÇ ¸»·Î µ¿½Ã¿¡ »ç¶óÁ³´Ù. "ÇÏÇÏÇÏ... ³Ê Á¤¸» ¿îÀÌ ÁÁ±¸³ª,Morrits. ±×·¯³ª ³­ ¾ÆÁ÷ Ç׺¹ÇÏÁö 
¾Ê¾Ò´Ù." Áý Àüü¸¦ ¶³¸®°ÔÇÏ´Â °¡Â¥ MorritsÀÇ ¿ôÀ½¼Ò¸®¿´´Ù. »ç¶÷µéÀÌ ¹«½¼ ÀÏÀÌ ÀϾ´Â
Áö ¾Ë±â Àü¿¡, °¡Â¥ Morrits¿Í Arlauna´Â °ðÀå ºÎ¸ð¿Í °°ÀÌ º¯ÀåÇß´Ù. »ç¶÷µéÀº ¾î´À °ÍÀÌ 
ÁøÂ¥°í, ¾î´À °ÍÀÌ °¡Â¥ÀÎ Áö ¸ô¶ú´Ù. ħÂøÇØ º¸ÀÌ´Â Uwina°¡ ¸»Çß´Ù. "¿ì¸® ºÎ¸ð·Î º¯ÀåÇÑ 
³ª»Û ´ç½ÅµéÀÌ ÀÖ´Ù´Â °ÍÀ» ¾Ë¾Æ¿ä. ÁÁ¾Æ¿ä. Áö±Ý ³ª´Â ¿©·¯ºÐµé 4¸íÀ» Å×½ºÆ® ÇÏ°Ú¾î¿ä. ±×
¸®°í ³ª»Û ´ç½ÅµéÀº ³ªÁß¿¡ Å×½ºÆ®¿¡¼­ ¶³¾îÁ³À» ¶§ ´Ù½Ã´Â ¿ì¸®¸¦ ±«·ÓÈ÷Áö ¾Ê°Ú´Ù°í ¾à¼Ó
ÇØ¾ß ÇØ¿ä." ¿ÕÀ» Æ÷ÇÔÇÏ¿© °Å±â¿¡ ÀÖ´Â ´Ù¸¥ »ç¶÷µéÀº Uwina°¡ ÁøÂ¥ ºÎ¸ð¸¦ ã±â À§Çؼ­ 
ÇÒ ÇൿµéÀÌ ¹«¾ùÀÎÁö ¹°¾ú´Ù.
" µÎºÐÀÇ ¾ö¸¶,  ¹ø°¥¾Æ °¡¸é¼­ ³ª¸¦ ²¸¾È¾Æ ÁÖ¼¼¿ä " ¶ó°í uwina °¡ ¿äûÇß´Ù. ºñ·Ï ±×¸¦ 
±× Á¦¾ÈÀÌ ³î¶ø±â´Â ÇÒÁö¶óµµ ±×  µÎ»ç¶÷Àº uwina¸¦ ²¸¾È¾Ò´Ù. µÎ¹ø° ¾ö¸¶°¡ ÀÌ¹Ì Æ÷¿Ë¸¦ 
Ç®ÀºÈÄ¿¡ ÁÖÀúÇҰ͵µ ¾øÀÌ uwina´Â Áï½Ã ±×¸¦ ²¸¾ÈÀº ù¹ø° ¾ö¸¶ ¼ÕÀ»  ¿òÄÑÁã¾ú´Ù. ±×¸®
°í ¿ôÀ¸¸é¼­ ¸»Çß´Ù. " ±×³à´Â ³ªÀÇ ¸Ó¸®¸¦ ºÎµå·´°Ô ¾²´ÙµëÀ¸¸é¼­ ²¸¾È¾Æ ÁÖ¾ú±â ¶§¹®¿¡ 
ÀÌ ºÐÀÌ¾ß ¸»·Î ÁøÂ¥ ³ªÀÇ ¾ö¸¶¼¼¿ä . ¹Ý¸é¿¡ ´ç½ÅÀº ³ªÀÇ Ç㸮¸¦ ¸Å¿ì ¼¼°Ô ²¸¾È¾Ò¾î¿ä " 
¶ó°í Uwina°¡ ´Ù¸¥ ¾ö¸¶¸¦ °¡¸£Ä×´Ù. " ´ç½ÅÀº ³ªÀÇ ¾ö¸¶°¡ ¾Æ´Ï±â¶§¹®¿¡ ¾ÆÀ̸¦ ¾î¶»°Ô 
²¸¾È´ÂÁö¸¦ °áÄÚ ¾ËÁö ¸øÇØ¿ä." ±×ÀÇÀ§Àå ÀÌ µå·¯³­°ÍÀ» ±ú´ÞÀº Anelot¿äÁ¤ÀÇ È­½ÅÀ» ÇÑ °¡
Â¥ Arlauna´Â Áï½Ã »ç¶óÁ³´Ù. ±×ÀÇ ¸ñ¼Ò¸®´Â ¿©ÀüÈ÷ µé·È´Ù. " ´õ ÂøÇÑ Boherik¿äÁ¤ ³Êµµ 
¿©±â¿¡¼­ »ç¶óÁö°í ¸»°Å¾ß,. ³Ê°¡ ±×µéó·³ ºÎ¸ð¿Í ¾ÆÀÌ»çÀÌÀÇ »ç¶ûÀ» ¹æÇØÇÏ´Â °ÍÀº ¾µµ¥ 
¾ø´Â ÀÏÀΰŴÙ!" 
" µÎ·Á¿öÇÏÁö ¸¶¶ó, ³ª´Â ºÐ¸íÈ÷ Morrits¸¦ À̱æ¼ö ÀÖ´Ù! " ¶ó°í ¾ÆÁÖ ÀÚ¿¬½º·´°Ô °¡Â¥ 
Morrits °¡ ¸»Çß´Ù. 
Grrr!! ¸¹Àº »ç¶÷µéÀº ÀÚ½ÅÀÇ °¡¸éÀÌ ¹þ°ÜÁø °¡Â¥ ±ÍÁ·ÀÇ ¾î¸®¼®À½À» ¸ñ°ÝÇßÀ»¶§ ¿ôÀ½À»  
ÅÍÆ®¸±°ÍÀÌ´Ù. Çì¾Æ¸±¼ö ¾øÀÌ Ã¢ÇÇÇ߱⶧¹® ±× °¡Â¥ ±ÍÁ·Àº Morrits Áý¿¡¼­ Áï½Ã µµ¸Á°¬´Ù. 
¼º°¡½Ã°Ô ±¸´Â°ÍÀ» ÁÁ¾ÆÇÏ´Â Boherik ¿äÁ¤Àº »ç¶÷À» ´Ù½Ã ±«·ÓÈ÷Áö ¾Ê°í °³°úõ¼±Çß´Ù. ´Ù
¸¥»ç¶÷ÀÌ µµ¿òÀ» ¿øÇÏ¸é ¾î¶² ÀüÁ¦Á¶°Ç¾øÀÌ ±×³É µ½±â·Î ¾à¼ÓÇß´Ù. ±×´Â ´Ù½Ã ¼º°¡½Ã°Ô ±¸
´Â°ÍÀ» ÁÁ¾ÆÇÏ°í ¾î¸®¼®Àº ¿äÁ¤À̶ó°í ¸»ÇØÁö°í ½ÍÁö ¾Ê¾Ò´Ù . ÇöÀç uwina´Â Ä£ºÎ¸ð¿Í ÇÔ²² 
ÇູÇÏ°Ô »ì°í ÀÖ¾ú´Ù. ¼º°¡½Ã°Ô ±¼´ø ¿äÁ¤µéÀº ´õÀÌ»ó ±«·ÓÈú ¿ë±â°¡ ¾ø¾ú´Ù . ±×µéÀº º¸±â
¿¡ uwina ¿Í °°Àº ÃѸíÇÑ »ç¶÷À» ±«·ÓÈ÷´Âµ¥  ¸¶À½³»ÄÑÇÏÁö ¾ÊÀº°Í °°¾Ò´Ù. ¾Æ¸¶ ¿ÀÈ÷·Á ÀÚ
½ÅÀ» ºÎ²ô·´°Ô ¸¸µå´Â °ÍÀÏ°ÍÀ̹ǷÎ....
±×¿Ü¿¡µµ ÇöÀç uwina´Â David ¿Õ¼¼ÀÚÀÇ Ä£Ã´À¸·Î ÀÓ¸íµÇ¾ú°í ±×³à´Â ±×³à ºÎ¸ð·Î ºÎÅ;òÀº 
¸ðµç Áö½ÄÀ» David¿¡°Ô °¡¸£ÃÄÁÖ¾ú´Ù. 
Morrits ±ÍÁ·°ú ArlaunaÀÇ Èñ»ýÀº ÇöÀç Uwina °¡ " Çö¸íÇÑ Uwina°øÁַμ­ »ç¶÷µé¿¡°Ô ¾Ë
·ÁÁ³±â¶§¹®¿¡ ¾µµ¥¾ø´Â ÀÏÀÌ ¾Æ´Ï¾ú´Ù.