Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
 12ÁÖ (11¿ù 16ÀÏ~19ÀÏ)±³Á¦ 
 TIGA RAKSASA  /Oleh Lena D. (Bobo No. 26/XXV)
    Tiga raksasa hidup di atas bukit. Sudah berhari-hari mereka tidak makan
 manusia. Semakin jarang ada orang yang melintasi bukit itu. Di bawah bukit, ada
 sebuah rumah. Penghuninya seorang petani yang baik dengan istrinya yang rajin,
 beserta seekor sapi yang setia. Walau gemar daging manusia, ketiga raksasa itu tak
 sampai hati memangsa para penghuni rumah itu.
      "Kalau terus begini, kita bisa mati kelaparan," keluh Raksasa Pertama.
      "Kita harus memutuskan mau menangkap penghuni rumah itu atau tidak," cetus
 Raksasa Kedua.
      "Sungguh besar dosa yang akan kita tanggung kalau sampai mencelakakan
 makhluk yang baik hati," kata Raksasa Ketiga. Ia berpikir sejenak sebelum
 menambahkan, "Marilah kita uji mereka! Bila hati mereka memang mulia, mereka
 selamat. Namun sebaliknya, mereka bisa menjadi santapan bila termakan godaan
 kita."

      Dua raksasa yang lain setuju. Bergegas mereka bertiga menuruni bukit.
 Raksasa Pertama menghadang Petani di ladangnya. Saat itu Petani sedang bersiap
 menyantap makan siangnya.
      "Petani yang baik," seru Raksasa Pertama, "berilah aku makan siangmu! Tapi
 aku tak mau berbagi karena takkan cukup untukku. Ketahuilah, sudah beberapa hari
 ini aku kelaparan!"
      Petani segera menyerahkan semua makanannya sambil berkata, "Ambillah
 semua untukmu! Aku juga lapar, tapi tak sampai kelaparan sepertimu. Sebentar lagi
 aku pulang dan istriku akan menyediakan makanan lagi untukku."
      Raksasa Pertama menerima makanan itu dan berbalik dengan kecewa. Tiada
 alasan untuk memangsa petani yang murah hati itu.
      Sementara itu Raksasa Kedua mencegat istri Petani ketika ia pulang dari 
 mengambil air di sungai. "Istri Petani yang baik," sapanya dengan sopan, 
 "bila kau sudi membagi airmu denganku, aku akan memberi tahu di mana suamimu 
 menyimpan hartanya."
      "Air sungai terus mengalir dan cukup untuk kita semua," kata istri Petani. 
 "Ambillah seluruh airku dan kau tak perlu memberi tahuku apa-apa."

      Dengan kesal, Raksasa Kedua memandangi kepergian istri Petani yang 
 meninggalkan dua ember air untuknya.
      Raksasa Ketiga perlu menunggu sampai Sapi dikembalikan ke kandangnya.
 Kemudian baru ia mendatangi binatang itu. "Sapi yang malang," tegurnya. 
 "Bila kau mau memberikan susumu padaku, akan kubuka pintu kandang hingga kau
 memperoleh kebebasanmu."
      "Jangan sekali-sekali kaulakukan itu!" kata Sapi. "Mendekatlah dan ambil 
 susu yang kau perlukan!"

      Akhirnya ketiga raksasa pulang ke atas bukit dengan perut lapar. Serantang
 makanan, dua ember air, dan satu ember susu tak cukup mengenyangkan mereka.
 Keesokan harinya mereka kembali menuruni bukit.
      Raksasa Pertama menemui Petani di ladang. "Hai, Petani!" serunya. "Sudah
 lama aku tak merasakan empuknya daging manusia. Jika kau tak mau mengorbankan
 dirimu, aku akan merusak seluruh ladangmu."
      Sambil berkata demikian, Raksasa Pertama mengangkat sebelah kakinya
 seolah-olah hendak menginjak tanaman padi Petani.
      "Tunggu, tunggu!" jerit Petani. "Bila kau merusak tanaman ini sama dengan
 membunuh kami semua. Aku dan istriku akan mati kelaparan. Ternakku pun tak ada
 yang mengurus. Lebih baik kukorbankan diriku."
      Raksasa Pertama berbalik dengan masygul. "Manusia baik seperti ini tak
 pantas dibunuh," gumamnya.

      Saat itu Raksasa Kedua mengetuk pintu dapur rumah Petani. Ketika istri Petani
 membukakan pintu, ia merayu, "Aku akan mengantarmu ke istana seorang pangeran
 yang akan memperistrimu. Untuk itu, berilah aku semua makanan yang kau masak
 hari ini."
      "Hasil ladang kami selalu melimpah. Kami tak pernah kekurangan makanan.
 Jadi, ambillah semua masakanku dan tak usah kau sebut-sebut tentang pangeran itu!"
 kata istri Petani ramah.
      Raksasa Kedua pulang dengan muka cemberut. Kali ini pun ia tak berhasil
 merayu istri yang setia itu.

      Malam harinya Raksasa Ketiga menemui Sapi di kandangnya. "Sapi yang bodoh, 
 dengarkan aku,"bisiknya. "Aku ingin sekali memangsa Petani dan istrinya. 
 Tetapi aku tak akan melakukannya bila kau mau mengorbankan anak-anakmu."
      Sapi melenguh sembari memandangi anak-anaknya yang tidur di sampingnya. 
 "bila kau berjanji tidak mengganggu kedua majikanku, kuberikan anak-anakku 
  kepadamu," kata Sapi. "Cepat bawalah mereka agar hatiku tak pedih!"
      
      Raksasa Ketiga menggeleng-gelengkan kepala, kemudian berlalu dengan
 sedih. Ia mendaki bukit dan menemukan hanya terhidang masakan istri Petani.
 Itu tak cukup untuk mengganjal perut mereka bertiga. Malam itu mereka tidur 
 dengan perut kelaparan sehingga tak ada tenaga lagi untuk menuruni bukit 
 keesokan harinya.

      Kian hari ketiga raksasa semakin kurus, tubuh mereka semakin mengecil,
 akhirnya mereka berubah menjadi manusia. Ketiganya dengan riang menuruni bukit
 dan menjadi pelayan di rumah Petani. Mereka menjadi pelayan yang jujur, rajin, dan
 setia.




                                  Mundur satu
                                   halaman !
                                           

                Diambil dari Majalah  Teman Bermain dan Belajar. 


                                                                     
                ?Copyright 1997 Pacific Internet Indonesia. All Right Reserved. 



12ÁÖ Çؼ®
<3¸íÀÇ °ÅÀÎ>
3¸íÀÇ °ÅÀÎÀÌ ¾ð´ö À§¿¡¼­ »ì¾Ò´Ù. ±×µéÀº ¸ÅÀÏ »ç¶÷À» ¸ÔÁö ¸øÇß´Ù. ¾ð´öÀ» Áö³ª°¡´Â
»ç¶÷ÀÌ Á¡Á¡ ´õ µå¹°¾ú´Ù. ¾ð´ö ¾Æ·¡¿¡ Áý ÇÑ Ã¤°¡ ÀÖ¾ú´Ù. ÁýÁÖÀÎÀÎ ÂøÇÑ ³óºÎ¿Í 
ºÎÁö·±ÇÑ ¾Æ³», ÃæÁ÷ÇÑ ¼Ò ÇÑ ¸¶¸®°¡ ÇÔ²² »ì¾Ò´Ù. »ç¶÷°í±â¸¦ ÁÁ¾ÆÇϴµ¥µµ ºÒ±¸ÇÏ°í, 
3ÀÎÀÇ °ÅÀÎÀº ±× Áý »ç¶÷µéÀ» Àâ¾Æ¸ÔÀ» ¸¶À½ÀÌ µéÁö ¾Ê¾Ò´Ù. 
"°è¼Ó ÀÌ·¯¸é, ¿ì¸®´Â ±¾¾î Á×À» ¼öµµ ÀÖ¾î."¶ó°í ù¹ø° °ÅÀÎÀÌ ºÒÆòÇÏ¸ç ¸»Çß´Ù.
"±× Áý¿¡ »ç´Â »ç¶÷µéÀ» Àâ¾Æ¸ÔÀ» °ÍÀÎÁö ±×·¸Áö ¾ÊÀ» °ÍÀÎÁö¸¦ °áÁ¤ÇØ¾ß ÇØ." ¶ó°í 
µÎ¹ø° °ÅÀÎÀÌ ¸»Çß´Ù. 
"ÂøÇÑ »ç¶÷¿¡°Ô ÇÇÇظ¦ ÁØ´Ù¸é ±×°Ç ¿ì¸®°¡ ÀúÁö¸£´Â ¾öû³­ Á˾ß!"¶ó°í ¼¼¹ø° °ÅÀÎÀÌ
¸»Çß´Ù. ±×´Â Àá±ñ »ý°¢ÇÏ°í µ¡ºÙ¿© ¸»Çß´Ù. "¿ì¸®°¡ ±×µéÀ» ½ÃÇèÇغ¸ÀÚ! ±×µéÀÌ ½Â¸®
Çß´Ù´Â »ý°¢ÀÌ µé¸é ±×µéÀº ¾ÈÀüÇÒ²¨¾ß. ¹Ý´ë·Î ¿ì¸®ÀÇ À¯È¤¿¡ ºüÁö¸é ±×µéÀº ¿ì¸®ÀÇ 
¹äÀÌ µÉ²¨¾ß."

´Ù¸¥ µÎ °ÅÀεµ Âù¼ºÇß´Ù. ±× ¼¼ °ÅÀÎÀº ¼­µÑ·¯ ¾ð´öÀ» ³»·Á°¬´Ù. 
ù¹ø° °ÅÀÎÀº ¹ç¿¡ ÀÖ´Â ³óºÎ¸¦ ºÒ·¶´Ù. ÀÌ ¶§ ³óºÎ´Â Á¡½É¸ÔÀ» Áغñ¸¦ ÇÏ°í ÀÖ¾ú´Ù. 
"ÂøÇÑ ³óºÎ"ù¹ø° °ÅÀÎÀÌ ¼Ò¸®ÃÆ´Ù. "´Ï Á¡½ÉÀ» ³ª¿¡°Ô Áà! ±×·¯³ª ³»°Ô ÃæºÐÇÏÁö 
¾ÊÀ¸´Ï±î ³Ê¶û ³ª´²¸Ô°í ½ÍÁø ¾Ê¾Æ. ¾Ë´Ù½ÃÇÇ ¸çÄ¥µ¿¾È ³­ ±¾¾ú¾î."
³óºÎ´Â ´ÙÀ½°ú °°ÀÌ ¸»Çϸ鼭 À绡¸® ¸ÔÀ» °ÍÀ» ³Ñ°ÜÁÖ¾ú´Ù. "¸ðµÎ ´Ï°¡ ¸Ô¾î! ³ªµµ ¹è°¡
°íÇÁÁö¸¸, ³Ê¸¸Å­ ¹è°íÇÁÁö´Â ¾Ê°Åµç. Àá½ÃÈÄ¿¡ Áý¿¡ °¡¸é ¾Æ³»°¡ ³» ¹äÀ» ´Ù½Ã ÁغñÇØ
ÁÙ²¨¾ß!"
ù¹ø° °ÅÀÎÀº ¸ÔÀ» °ÍÀ» µ¹·ÁÁÖ°í ½Ç¸Á°¨À» ¾È°í µ¹¾Æ°¬´Ù. °ü´ëÇÑ ¸¶À½À» °¡Áø ³óºÎ¸¦ 
Àâ¾Æ¸ÔÀ» ÀÌÀ¯´Â ¾ø¾ú´Ù. 
ÀÌó·³ µÎ¹ø° °ÅÀÎÀº °­¿¡¼­ ¹°À» ±å°í °¡´Â ³óºÎÀÇ ¾Æ³»¸¦ ºÒ·¯ ¼¼¿ü´Ù. 
"ÂøÇÑ ³óºÎÀÇ ¾Æ³»" °ø¼ÕÇÏ°Ô ÀλçÇÏ°í, "³ÊÀÇ ¹°À» ³ª¿¡°Ô ³ª´² ÁÙ ¿ëÀÇ°¡ ÀÖ´Ù¸é, 
³­ ³ÊÀÇ ³²ÆíÀÌ Ã¬°ÜµÐ Àç»êÀÌ ¾îµð¿¡ ÀÖ´ÂÁö ¾Ë·ÁÁÙ °ÍÀÌ´Ù. "
"°­¹°À» °è¼Ó È帣°í, ¿ì¸® ¸ðµÎ¿¡°Ô ÃæºÐÇØ¿ä."¶ó°í ³óºÎÀÇ ¾Æ³»°¡ ¸»Çß´Ù. 
"³» ¹°À» ÀüºÎ ´ç½Å¿¡°Ô ÁÙ²²¿ä. ±×¸®°í, ¾î¶² °Íµµ ¾Ë·ÁÁÙ ÇÊ¿ä¾ø¾î¿ä."
³«½ÉÇÑ Ã¤, µÎ¹ø° °ÅÀÎÀº Àڽſ¡°Ô µÎ ¾çµ¿ÀÌ ¹°À» ³²±â°í °£ ³óºÎÀÇ ¾Æ³»¸¦ ÃĴٺôÙ. 

¼¼¹ø° °ÅÀÎÀº ¼Ò°¡ ¿Ü¾ç°£À¸·Î µ¹¾Æ¿À±æ ±â´Ù·È´Ù. Àá½ÃÈÄ¿¡ ±×´Â ¼Ò¿¡°Ô ´Ù°¡°¬´Ù. 
"ºÒÇàÇÑ ¼Ò¾ß!"¶ó°í ÀλçÇß´Ù. "´Ï°¡ ³ªÇÑÅ× ¿ìÀ¯¸¦ Áشٸé, ´Ï°¡ ÀÚÀ¯·Óµµ·Ï ¿Ü¾ç°£ ¹®À» 
¿­¾îÁÙ²²"
"±×·¸°Ô ÇÏÁö¸¶!"¶ó°í ¼Ò°¡ ¸»Çß´Ù. "°¡±îÀÌ ¿Í. ´Ï°¡ ¿øÇÏ´Â ¿ìÀ¯ °¡Á®°¡!"

°á±¹ ¼¼¸íÀÇ °ÅÀÎÀº ¹è°íÇ ä·Î ¾ð´ö À§·Î µ¹¾Æ¿Ô´Ù. °¡Á®¿Â À½½Ä, µÎ ¾çµ¿ÀÌ ¹°, ÇÑ ÅëÀÇ 
¿ìÀ¯´Â ±×µéÀ» ÃæºÐÈ÷ ¸¸Á·½ÃÅ°Áö ¸øÇß´Ù. ´ÙÀ½³¯ ±×µéÀº ¾ð´öÀ» ´Ù½Ã ³»·Á°¬´Ù. 
ù¹ø° °ÅÀÎÀº ¹ç¿¡¼­ ³óºÎ¸¦ ¸¸³µ´Ù. "¾È³ç, ³óºÎ!"¶ó°í ¿ÜÃÆ´Ù. "Çѵ¿¾È ³­ ¿¬ÇÑ »ç¶÷ 
°í±â¸¦ ¸Àº¸Áö ¸øÇß¼Ò. ´Ï ÀÚ½ÅÀ» Èñ»ýÇÏ´Â °ÍÀ» ¿øÇÏÁö ¾Ê´Â´Ù¸é ³­ ³ÊÀÇ Àü ¹çÀ» ¸ÁÄ¡°Ú
¼Ò."
ÀÌ·¸°Ô ¸»Çϸ鼭, ù¹ø° °ÅÀÎÀº ÇѹßÀ» µé¾î ³óºÎÀÇ º­¸¦ ¹âÀ¸·Á°í Çß´Ù. 
"±â´Ù¸®½Ã¿À. ±â´Ù·Á."¶ó°í ³óºÎ°¡ Àý±ÔÇß´Ù. "´Ï°¡ ÀÌ ÀÛ¹°À» ¸ÁÄ¡´Â °ÍÀº ¿ì¸® ¸ðµÎ¸¦ 
Á×ÀÌ´Â °Í°ú °°¼Ò. ³ª¿Í ³» ¾Æ³»´Â ±¾¾î Á×À» °ÍÀÌ¿À. ³» °¡Ã൵ µ¹º¼ ¼ö ¾ø¼Ò. Â÷¶ó¸® 
³¯ Á×À̽ÿÀ."
ù¹ø° °ÅÀÎÀº ºÐ°³ÇÏ¸ç µ¹¾Æ°¬´Ù. "ÀÌó·³ ÂøÇÑ Àΰ£À» Á×ÀÏ ¼ö°¡ ¾ø¾î."¶ó°í ºÐ³ë¸¦ 
¾ï´­·¶´Ù. 

À̶§ µÎ¹ø° °ÅÀÎÀº ³óºÎÀÇ Áý ºÎ¾ý¹®À» µÎµå·È´Ù. ³óºÎÀÇ ¾Æ³»°¡ ¹®À» ¿­ÀÚ, ±×´Â °ÅÁþ¸»À»
Çß´Ù. "³Î ¾Æ³»·Î ¸ÂÀ» ¿ÕÀÚÀÇ ±ÃÀüÀ¸·Î ³­ ´ç½ÅÀ» µ¥·Á°¥ °ÍÀÌ´Ù. ±×·¯±â À§Çؼ±, ¿À´Ã ´Ï
°¡ 
¿ä¸®ÇÑ °ÍÀ» ¸ðµÎ ³ª¿¡°Ô Áà."
"¿ì¸® ¹ç¿¡ ¼öÈ®ÀÌ ´Ã ³ÑÄ£´Ù. ¿ì¸®´Â ¸ÔÀ» °Ô ºÎÁ·ÇÏÁö ¾Ê¾Æ. ±×·¯´Ï±î, ¿ä¸®ÇÑ °ÍÀ» ¸ðµÎ
³Ê¿¡°Ô ÁÙ²². ±×¸®°í, ¿ÕÀÚ¿¡ °üÇؼ­´Â ¸»ÇÏÁö¸¶."¶ó°í Ä£ÀýÇÑ ³óºÎ ¾Æ³»°¡ ¸»Çß´Ù. 
µÎ¹ø° °ÅÀÎÀº »Ï·çÅüÇÑ ¾ó±¼·Î µ¹¾Æ°¬´Ù. À̹ø¿¡µµ ±×´Â ½ÅÀÇ°¡ ÀÖ´Â ¾Æ³»¸¦ ¼³µæÇÏÁö ¸ø
Çß´Ù.

ÀÌ ³¯¹ã ¼¼¹ø° °ÅÀÎÀº ¿Ü¾ç°£¿¡¼­ ¼Ò¸¦ ¸¸³µ´Ù. "¹Ùº¸°°Àº ¼Ò¾ß. ³» ¸»À» µé¾î."¶ó°í ¼Ó»è
¿´´Ù. 
"³­ ³óºÎ¿Í ±×ÀÇ ¾Æ³»¸¦ Àâ¾Æ¸Ô°í ½Í¾î. ±×·¯³ª, ³ÊÀÇ »õ³¢µéÀ» Àâ¾Æ¸Ô±æ ¿øÇϸé, ³­ ±×·¸°Ô 
ÇÏÁö ¾ÊÀ»²¨¾ß!" 
¼Ò´Â À½¸ÅÇÏ°í ¿ï¸é¼­ ¿·¿¡¼­ ÀÚ´Â »õ³¢µéÀ» º¸¾Ò´Ù. "´Ï°¡ µÎ ÁÖÀÎÀ» ±«·ÓÈ÷Áö ¾Ê´Â´Ù°í 
¾à¼ÓÇϸé, ³» »õ³¢µéÀ» ³Ê¿¡°Ô ÁÙ²²."¶ó°í ¼Ò°¡ ¸»Çß´Ù. "³»°¡ ½½ÇÁÁö ¾Êµµ·Ï »õ³¢µéÀ» »¡¸®
°¡Á®°¡!" ¼¼¹ø° °ÅÀÎÀº °í°³¸¦ Àý·¹ Èçµé¾ú°í, ¸Å¿ì ½½Æâ´Ù. ±×´Â ¾ð´öÀ» ¿Ã¶ó°¬°í, ´ÜÁö
³óºÎÀÇ ¾Æ³»°¡ ÁØ ¿ä¸®¹Û¿¡ ¾ø¾ú´Ù. ±× ¼¼ °ÅÀÎÀÇ ¹è¸¦ ä¿ì±â¿£ ÃæºÐÇÏÁö ¸øÇß´Ù. ±×³¯ ¹ã 
±×µéÀº ¹è°íÇÄÀ¸·Î ÀáÀÌ µé¾ú´Ù. 

ÀÌ·± ³ª³¯·Î ¼¼ °ÅÀÎÀº Á¡Á¡ ¸¶¸£°í, ¸öÀº Á¡Á¡ ÀÛ¾ÆÁö°í, °á±¹ ±×µéÀº Àΰ£À¸·Î º¯ÇÏ°Ô µÇ
¾ú´Ù. 
¼¼ °ÅÀÎÀº Áñ°Ì°Ô ¾ð´öÀ» ³»·Á¿Í ³óºÎÀÇ Áý ÇÏÀÎÀÌ µÇ¾ú´Ù. ±×µéÀº Á¤Á÷ÇÏ°í, ºÎÁö·±ÇÏ°í Ãæ
Á÷ÇÑ ÇÏÀÎÀÌ µÇ¾ú´Ù.