Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!

 -



Pernyataan Visi dan Misi (Statement Of Faith)

Stories

Revival

Equipment

Isi Buku Tamu

Lihat Buku Tamu

Only 4 Jesus

 -
Ruangan Itu

Di sebuah tempat di antara sadar dan mimpi, aku menemukan diriku dalam sebuah ruangan. Ruangan itu memiliki banyak kartu-kartu kecil yang ditaruh dalam rak. Mereka terlihat seperti kartu indeks yang ada di perpustakaan yang disusun berdasarkan judul ataupun nama pengarang. Tapi rak-rak ini, yang terbentang dari dasar lantai hingga langit-langit, memiliki banyak kategori. 

Ketika aku mendekati salah satu bagian dinding, perhatian pertamaku tertuju pada sebuah rak yang tertulis "Orang-orang Yang Aku Sukai". Aku membuka rak itu dan mulai menyusuri kartu-kartunya. Dengan seketika kututup rak itu, karena aku begitu terkejut mendapati bahwa aku mengenal nama-nama yang dituliskan di sana. Dan kemudian tanpa diberitahu oleh siapapun, aku mulai mengerti dimana aku sedang berada. 

Ruangan sepi yang penuh dengan kartu-kartu ini adalah katalog kehidupan saya. Di sini tertulis setiap perbuatan saya setiap waktu, besar dan kecil, dalam tingkat ketepatan yang tinggi. Sebuah rasa takjub dan ingin tahu, digabung dengan kengerian, timbul dalam diriku saat aku secara acak membuka rak-rak lain dan menelusuri isinya. Beberapa membawa sukacita dan kenangan indah; yang lain memberi rasa malu dan penyesalan sehingga saya sesekali melirik ke belakang kalau-kalau ada orang yang sedang mengintip kartu tersebut. 

Sebuah rak bernama "Teman" terletak di samping rak yang bernama "Teman Yang Aku Kecewai". Judul-judul rak itu bervariasi mulai dari hal yang normal hingga yang sangat aneh. "Buku Yang Sudah Kubaca", "Dusta Yang Kukatakan", "Rasa Aman Yang Kuberikan", "Lelucon Yang Kutertawai". Bahkan ada beberapa yang sangat lucu karena ketepatan penamaannya: "Hal-hal Yang Kuteriakkan Pada Saudaraku". Yang lain adalah hal-hal yang tak dapat kutertawakan: "Hal-hal Yang Kulakukan Saat Marah", "Hal-hal Yang Ku-gerutu-kan Saat Dimarahi Orangtua". Aku tidak pernah berhenti terkejut karena melihat isi kartu-kartu tersebut. Seringkali ada lebih banyak kartu dari yang kuduga. Terkadang lebih sedikit dari yang kuharapkan. 

Aku terkesima oleh keluasan hidup yang telah kujalani. Apakah benar bahwa dalam 20 tahun hidupku, aku telah menuliskan ribuan atau bahkan jutaan kartu-kartu ini? Tapi setiap kartu memang demikian. Setiap mereka ditulis dengan tulisan tangaku, dan ada tanda tangaku dibagian bawahnya. Ketika aku mengeluarkan rak yang bernama "Lagu Yang Pernah Kunikmati", aku sadar bahwa rak itu bertumbuh semakin panjang untuk menampung isinya. 

Ketika aku sampai disebuah rak berjudul "Pikiran Kotor", aku merasakan kengerian menyambar tubuhku. Aku mengeluarkan rak itu sebanyak satu inchi, tidak ingin mengetes berapa panjang rak itu, dan mengeluarkan sebuah kartu. Aku terperangah melihat kedetilan perbuatanku. Aku merasa muak memikirkan bahwa hal itu pernah terjadi. Sebuah rasa amarah yang besar muncul dalam diriku. Sebuah pikiran menguasaiku: "Tidak ada yang boleh melihat kartu-kartu ini! Tidak ada yang boleh melihat ruangan ini! Aku harus menghancurkannya!" 

Dengan tingkah yang beringas aku mengeluarkan rak tadi. Berapa panjang rak itu bukan masalah lagi. Aku harus mengosongkannya dan membakar kartu-kartunya. Tapi ketika aku mencoba mengangkat sebuah rak dan melemparnya ke lantai, aku tidak dapat menumpahkan sebuah kartu pun. Aku menjadi putus asa dan menarik sebuah kartu. Kartu itu menjadi sekeras besi sehingga tidak dapat kulepaskan. Merasa kalah dan tidak berdaya, aku mengembalikan rak itu ke lemarinya. Menyandarkan kepalaku pada dinding, aku mengeluh dengan suara yang panjang. 

Kemudian dengan tidak sengaja aku melihat sebuah rka lagi. Judulnya "Orang Yang Telah Kuberitakan Injil". Pegangannya sangat ringan dibandingkan dengan rak lain, seolah-olah tidak pernah dipakai. Aku menarik rak itu dan rak yang tidak lebih dari 3 inci itu jatuh di tangan saya. Aku dapat menghitung kartu yang ada di rak itu dengan satu tangan. Kemudian airmataku menetes. Aku mulai menangis. Berdukacita dengan amat sangat sehingga ada rasa sakit timbul dalam perutku. Aku berlutut dan menangis keras. Aku menangis karena malu dan penyesalan. 

Tidak ada yang boleh melihat ruangan ini. Aku harus menguncinya dan menyembunyikan kuncinya. Tapi ketika aku menyeka air mataku, aku melihat Dia. Tidak, jangan Dia! Jangan di sini! Oh, siapa saja yang lain asal jangan Dia! Aku memperhatikan-Nya sementara Ia mulai membuka tiap rak dan membaca kartunya. Aku tidak berani melihat responnya. Setelah beberapa menit, aku memberanikan melihat wajah-Nya, dimana kutemukan rasa sedih yang melebihiku. Dia sepertinya dengan penuh ingin tahu segera menuju rak-rak yang berbahaya. Mengapa Dia harus membaca tiap kartu? 

Akhirnya, Ia berbalik dan melihatku dari ujung ruangan. Ia memandangku dengan penuh belas kasihan di mata-Nya. Tapi ini adalah belas kasihan yang tidak membuatku marah atau merasa dilecehkan. Aku menundukkan kepalaku, menutup mukaku dengan tangan dan mulai menangis kembali. Dia berjalan mendekatiku dan memelukku. Dia dapat saja berkata banyak hal. Tapi Dia tidak berkata apa-apa. Dia hanya menangis bersama-sama denganku. 

Kemudian Ia bangkit dan berjalan ke rak-rak itu lagi. Mulai dari ruangan paling ujung, Ia mengambil rak, satu persatu, dan mulai menuliskan nama-Nya di setiap kartu itu. "Tidak!" teriakku berlari pada-Nya. Satu-satunya yang dapat kuserukan adalah "Tidak, tidak!," dan aku menarik kartu itu daripada-Nya. Nama-Nya seharusnya tidak boleh ada pada kartu-kartu itu. Tapi itu sudah tertulis, dalam warna merah terang, terlihat sangat hidup. Nama Yesus tertulis menutupi namaku. Tertulis dengan menggunakan darah. 

Ia dengan lembut mengambil kartu itu kembali . Ia tersenyum dengan sedih dan kembali menandatangai kartu-kartu yang lain. Aku tidak pernah habis pikir bagaimana cara Ia melakukannya, tapi yang jelas dalam sekejab saja Ia sudah menulisi setiap kartu di ruangan itu. Kemudian Ia berjalan menujuku, menaruh tangannya dibahuku dan berkata, "Sudah selesai." Aku berdiri, dan Ia menuntunku keluar dari ruangan itu. Ruangan itu tidak dikunci-Nya. Sepanjang ku hidup, masih ada kartu-kartu lain yang akan masuk ke dalam ruangan itu.

diterjemahkan oleh valent
sumber CWIS
 

 -
INDEX |PERNYATAAN VISI & MISI | STORIES
| REVIVAL | EQUIPMENT | ISI BUKU TAMU | LIHAT BUKU TAMU