Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!

 -



Pernyataan Visi dan Misi (Statement Of Faith)

Stories

Revival

Equipment

Isi Buku Tamu

Lihat Buku Tamu

Only 4 Jesus

 -
AWAN

Ini adalah sebuah kisah nyata yang dialami oleh Spencer January.


Sebuah hari yang cerah pada awal Maret, 1945. Saya berumur 24 tahu
dan adalah seorang anggota angkatan bersenjata Amerika Serikat Divisi Infantri 35.  

Bersama-sama dengan sejumlah rekan dari pasukan Amerika, kami sedang bergerilya di tengah hutan, berjalan menuju Sungai Rhine di Jerman Rhineland. Misi kami adalah untuk mengambil alih kota Ossenberg, di mana sebuah terdapat pabrik yang memproduksi bubuk mesiu dan benda-benda lain untuk perang.  

Selama berjam-jam kami berjalan menembus lebatnya hutan. Beberapa saat setelah tengah hari, kami mendapat berita bahwa di depan kami ada sebuah tanah lapang. Akhirnya, pikir kami, perjalanan ini akan menjadi lebih mudah. Tapi kemudian kami sampai pada sebuah rumah batu, dimana dibaliknya terdapat sejumlah prajurit yang terluka dan berdarah karena berusaha menyeberangi tanah lapang tersebut.

Di depan kami terdapat tanah lapang sepanjang setidaknya 200 yard,
dengan pohon-pohon lagi di bagian seberangnya. Ketika orang yang pertama dari pasukan kami melangkah keluar ke tanah lapang itu, serentetan tembakan dan peluru berterbangan ke arahnya. Tiga buah kubu tentara Jerman dengan senapan mesin, berjarak satu sama lain 50 yard dan dilindungi oleh gundukan tanah terletak di sebelah kiri lapang, menembaki kami yang berusaha menyeberang. Ketika kami mengintai, kami menyimpulkan bahwa ketiga kubu itu dibangun dengan sangat strategis sehingga senjata kami tidak dapat menyerangnya.  

Menyeberangi lapangan itu sama saja dengan bunuh diri. Tapi, kami tidak memiliki pilihan lain. Pasukan Jerman telah memblokade rute lain untuk masuk ke kota Ossenberg. Agar dapat terus dapat bertahan dan menang, kami harus berjalan maju. 

Saya bersandar pada sebuah pohon, berpikir tentang situasi yang sedang dihadapi. Saya berpikir tentang rumah, tentang istri dan anak saya yang baru berumur 5 bulan. Saya telah memberikan ciuman selamat tinggal sesaat setelah ia dilahirkan. Saya berpikir bahwa saya tidak akan melihat keluarga saya lagi, dan hal itu sepertinya sudah sangat pasti. 

Saya jatuh berlutut. "Tuhan," saya memohon dengan sangat, "Kau harus melakukan sesuatu. Tolong lakukan sesuatu." 

Beberapa saat kemudian kami diperintah untuk mulai bergerak maju. Saya mulai berjalan dengan senjata M-1 saya ditangan. Ketika tiba di awal tanah lapang, saya menarik nafas panjang. Tapi sebelum saya mulai melangkah keluar dari perlindungan, saya melirik ke sebelah kiri. 

Saya berhenti dan memandang dengan penuh takjub. Sebuah awan putih -- putih panjang seperti kapas -- muncul dengan tiba-tiba. Awan itu berada di atas pohon-pohon, turun ke bawah dan menundungi area itu. Jarak pandang bagi tentara Jerman tertutup oleh kabut yang tebal itu.  

Setiap dari kami segera berlari ke seberang, berusaha menyelamatkan diri secepat mungkin. Satu-satunya suara yang terdengar adalah bunyi sepatu boot bergesekan dengan tanah sewaktu pasukan kami bergegas di atas tanah lapang itu, berlari ke tempat yang aman di seberang sebelum kabut itu terangkat kembali. Dengan setiap langkah, pepohonan yang ada di seberang tampak semakin dekat. Saya hampir sampai! Jantung saya berdetak dengan suara yang sampai terdengar ke telinga. Saya mencari sebuah pohon besar dan bersembunyi dibaliknya.

Saya berbalik ke belakang dan melihat prajurit yang lain mengikuti saya ke balik pepohonan, beberapa orang sambil membawa prajurit yang terluka. Ini pasti pekerjaan Tuhan!, pikir saya. Segera setelah prajurit terakhir sampai ke tempat aman, awan itu menghilang! Langit kembali terang dan cerah. 

Pasukan musuh, berpikir kami masih bersembunyi di balik rumah batu tadi, melemparkan sebuah bom ke sana. Beberapa menit kemudian bangunan itu hancur berkeping-keping, tapi kami telah berada di seberang dan melanjutkan perjalanan.  

Kami tiba di Ossenberg dan mencari area yang aman bagi Sekutu. Tapi ingatan tentang awan tadi belum terhilang dari pikiran saya. Saya sering melihat semacam tirai asap yang digunakan tentara untuk menutup pandangan musuh pada situasi-situasi seperti tadi. Tapi kali ini berbeda. Kabut itu muncul dengan tiba-tiba dan menyelamatkan nyawa kami. 

Dua minggu kemudian, ketika kami menetap sementara di Jerman Timur, saya menerima sebuah surat dari ibu saya di Dallas. Saya menyobek amplopnya dengan cepat. Surat itu berisi kata-kata yang membuat diri saya merinding. "Kau ingat Nyonya Tankersly di gereja kita?" ibu saya menulis. 

Siapa yang dapat melupakannya? saya tersenyum. Semua orang mengenal Nyonya Tankersly sebagai prajurit doa.

"Dengar ini," ibu melanjutkan, "suatu pagi NyonyaTankersly menelpon ibu dari pabrik persenjataan di mana ia bekerja. Ia berkata bahwa Tuhan telah membangunkannya pada pukul 1 malam dan Tuhan mengatakan sesuatu padanya, 'Spencer January berada dalam bahaya besar. Bangunlah sekarang dan berdoalah baginya!" 

Ibu saya melanjutkan dengan menjelaskan bahwa Nyonya Tankersly berdoa syafaat bagi saya sampai pukul enam pagi keesokan harinya, ketika ia harus berangkat kerja. Nyonya Tankersly berkata bahwa hal yang terakhir ia doakan adalah ini: "Tuhan, bahaya apapun yang Spencer hadapi, lindungilah dia dengan sebuah awan!" 

Saya duduk terdiam lama sambil memegang surat itu di tangan saya. Pikiran saya berpacu, melakukan perhitungan. Ya, jam di mana Nyonya Tankersly berdoa memiliki hubungan yang pas dengan waktu dimana kami sedang mendekati tanah lapang itu. Antara tempat kami dengan Dallas terdapat perbedaan tujuh jam. Saat Nyonya Tankersly berdoa pada pukul 1 malam, di tempat kami sudah pukul 8 pagi, tepat sewaktu kami bersiap untuk menyeberang tanah lapang itu . 

Mulai saat itu, saya menambah jam-jam doa saya. Selama 52 tahun terakhir ini, saya selalu bangun pagi-pagi sekali untuk berdoa bagi orang lain. Saya yakin bahwa kuasa doa mampu untuk menenangkan dan melindungi mereka yang sedang berjalan dalam lembah kekelaman.  

Diterjemahkan oleh valent
sumber asli: All Saint's Church English Youth Cell


 -
INDEX |PERNYATAAN VISI & MISI | STORIES
| REVIVAL | EQUIPMENT | ISI BUKU TAMU | LIHAT BUKU TAMU