|
“I will travel across the
land. Searching far and wide. Each pokemon to understand, The power that’s
inside. Gotta catch them all!” (Saya akan berkeliling kemana-mana mencari
dan memperluas setiap pokemon untuk mengerti kekuatan didalamnya. Harus
kutangkap semuanya!).
Slogan ini sangat terkenal dan terus menerus diucapkan
berulang-ulang melalui barang-barang, slogan-slogan dan lagu rap pokemon
disetiap akhir episode pokemon, orang yang mendengar menjadi termotivasi
untuk menjadi pengumpul pokemon terbesar, begitu pula dengan: “carry your
pokemon with you, and you’re ready for anything! You’ve got the power in
your hands, so use it!” – membuat anak-anak mempercayai kekuatan dalam
setiap pokemon yang dimilikinya (seperti semacam jimat yang membuat
anak-anak mengandalkan diri sendiri dan pokemon, bukan Tuhan). Pokemon
menawarkan hal-hal yang menggiurkan seperti: menjadi master pokemon,
kekuatan supernatural, menjadi kolektor barang-barang pokemon dan
terobsesi perintah yang mendesak: “Gotta
Catch Them All”.
·
Pokemon mengajarkan okultisme (setiap pokemon mempunyai
kekuatan supranatural, mantra sebelum bermain/bertarung,
bahkan ada tokoh monster sihir dan peramal),
·
kekerasan (pertarungan, kepuasan setelah membuat sakit,
lemah dan menghancurkan monster lain) dan
·
memperkenalkan simbol-simbol iblis (tanduk, taring, kilat,
mata merah, bintang, bulan, ular, naga, tengkorak, astrologi,
dll).
Jika kita bermain kartu pokemon dan membuka websitenya
dengan mudah kita bisa mengenal permainan okultisme lainnya seperti
Dungeons and Dragons, Magic Card: The Gathering, Sailor Moon, dsbnya.
Panik - kesaksian
Ratusan anak umur tiga tahun atau lebih di berbagai
kota di Jepang dibawa ke rumah sakit setelah menonton film kartun televisi
pokemon. Paling tidak dari 618 anak yang dibawa ke rumah sakit, 120 masih
harus tinggal untuk dirawat. Anak-anak itu menjadi sawan, mual dan
muntah-muntah. Matanya terasa perih dan muncul gejala lainnya akibat
menonton film kartun itu. Sampai saat ini masih belum diketahui hubungan
antara film itu dengan gangguan syaraf yang dialami mereka. Diduga sinar
merah kuat yang dipancarkan 650 kali selama lima detik oleh Pika-chu,
salah satu tokoh pokemon. Yang memancarkan kilat mengganggu pandangan dan
kemudian mempengaruhi syaraf. Setelah mendengar peringatan-peringatan
Tuhan dan berdoa, Alan Brannan (9 tahun) memutuskan untuk membuang semua
kartu-kartu pokemonnya, “teman saya melakukan hal yang sama” kata mamanya,
“anaknya yang berumur 12 tahun bermimpi buruk terus menerus, namun setelah
ia berkonsultasi dengan orang tuanya apa yang harus ia lakukan, mengenai
game dan simbol-simbol itu, ia lalu memutuskan untuk membakar kartunya dan
kembali bermain gamenya yang dulu.” Malam itu ia tidur nyenyak untuk
pertama kalinya dalam sebulan itu. Ada anak yang berumur 9 tahun mencuri uang dari dompet ibunya,
untuk membeli kartu-kartu lebih banyak lagi. Ketika ditanyai, dia mengaku
bahwa ia mendengar suara memaksa dia untuk melakukannya, keluarganya
kemudian lekas berdoa bersama-sama dan melihat jawaban Tuhan. Anak itu dan
adiknya membakar kartu-kartu mereka, memperingatkan teman-teman mereka dan
menemukan sukacita dan kemerdekaan yang sesungguhnya.
|