Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
garuda.gif (3492 bytes) Jaksa Agung Andi Muhammad Galib dalam kunjungannya ke Surabaya Jumat (7 Agt 1998) menyatakan, perkosaan massal yang terjadi 13-14 Mei lalu, terlalu dibesar-besarkan oleh LSM, karena bukti-buktinya sampai sekarang tidak ada.
   

 

kosong.gif (814 bytes)

Mempertanyakan Perkosaan Massal

 

     Kontroversi benar tidaknya ada perkosaan massal pada kerusuhan lalu makin mengemuka. Tapi, ada foto-foto palsu hasil rekayasa.
     Dulu pengancam LSM atau Tim Relawan yang mengusut kasus perkosaan massal pertengahan Mei lalu selalu misterius. Anggota LSM atau Tim Relawan pun hanya mendapati teror lewat telepon gelap sampai ancaman granat. Tapi, pekan lalu LSM-LSM dan Tim Relawan mendapatkan ancaman dari orang yang identitas dan alamatnya jelas. Kali ini yang mengancam adalah Kapolri Letjen [Pol] Rusmanhadi. Kapolri menyatakan akan menyeret ke pengadilan LSM-LSM yang selama ini gembar-gembor tentang pelecehan seksual dan perkosaan massal pada kerusuhan pertengahan Mei lalu namun tidak bisa memberikan bukti. Kapolri mengatakan bahwa LSM-LSM itu selalu mengembus-embuskan atau menghasut sehingga pihaknya bisa memeriksa mereka dengan tuduhan menyiarkan kabar bohong. "Kalau mereka tidak bisa menunjukkan bukti, kami akan cari pasalnya dalam pidana," ancam Rusmanhadi.
     Pernyataan Kapolri yang bernada mengancam itu dilatarbelakangi tidak adanya data perkosaan yang ditemukan oleh pihaknya. Memang, bukti-bukti adanya perkosaan pada kerusuhan pertengahan Mei lalu masih diselimuti kabut. LSM-LSM atau Tim Relawan yang menangani masalah ini pun belum bersedia menunjukkan bukti karena -- kata mereka -- terbentur masalah etika.
     Tapi yang cukup membuat kaget adalah pernyataan yang dikemukakan seorang anggota Tim Relawan. Pendeta Drs Ch MD Estefanus MSi membantah kebenaran laporan adanya 24 WNI keturunan Cina yang menjadi korban perkosaan massal di Solo. "Berita-berita itu tidak benar, angka 24 itu adalah jumlah korban kerusuhan dan penjarahan, bukan korban perkosaan," tegas Pimpinan Gereja Utusan Pantekosta Jemaat Pasar Legi, Solo. Kontroversi itu juga muncul dari bukti-bukti foto perkosaan massal yang muncul di Internet. Foto-foto itu dicurigai sebagai hasil rekaan. Kecurigaan itu dilansir oleh koran Asian Wallstreet Journal yang mencurigai sebagian besar foto-foto itu palsu dan tidak ada hubungannya dengan kerusuhan Mei lalu. Kecurigaan foto-foto seram itu juga dikemukakan oleh Dewan Reformasi Pemuda dan Mahasiswa Surabaya [Derap] dan Aware [Kelompok dari Singapura yang menggelar pameran foto-foto itu di Singapura]. "Ini foto-foto kejadian di Timor-Timur, jauh sebelum kerusuhan Mei dan dipublikasikan kelompok Fretelin," tegas Andi Achmad Sanusi, anggota Presedium Derap. (Sumber: Tabloid Aksi, vol 2, No. 93, 25-31 Agustus 1998).

barstart.gif (370 bytes)