|
Your
SOUND system should be 'ON' |
| |
DUSTA & MARAH
|
| |
-
- Membangun Komunitas atau Jemaat atau Ohol tidak mudah. Memang benar. Terlebih lagi bila komunitas itu masih muda.
Dahulu kala, ketika umat YAOHUdim di Efesus mulai menerima YAOHUSHUA sebagai hol-Mehushkhay
dan menjadi Nasrani, Rasul Shaul sadar perlu suatu Organizational Changes untuk mencapai Visi YAOHUSHUA. Perlu merubah tata-nilai
komunitas lama ke tata nilai yang baru. Maka yang dilakukannya adalah melakukan intervensi
ditingkat proses manusiawi, karena manusia adalah unsur pokok dari komunitas.
Dalam Manajemen modern, untuk mengubah arah perkembangan organisasi salah satu metode yang paling mendasar adalah melakukan intervensi di tingkat proses manusiawi
Intervensi ini berusaha melakukan perubahan perilaku
(behaviour) yang lama menjadi perilaku yang baru dari para anggauta komunitas. Intervensi Rasul Shaul yaitu dengan memberi cara pandang baru terhadap norma-norma yang ada di dalam komunitas. Cara pandang ini, khususnya terhadap DUSTA dan MARAH, akan berproses dengan perangai mempengaruhi kehendak dan menghasilkan perilaku yang dikehendaki.
Nasehat Rasul Shaul yang pertama-tama diungkapkan dalam konteks membangun komunitas adalah jangan berdusta dan kalau marah, jangan berdosa. Dua hal inilah yang kita bahas dalam situs ini. Lainnya dibahas di situs lain.
Semua orang pasti pernah, paling tidak, tanpa sengaja
berdusta dan semua orang pasti pernah tanpa sengaja marah. Bahkan
orang tidak bisa tidak berdusta dan tidak marah sepanjang hidupnya.
DUSTA
Dusta yang dimaksud Rasul Shaul tidak sekedar meyoroti tentang pernyataan
(kata-kata) saja tetapi lebih luas, yaitu melihat bagaimana dampaknya terhadap pembangunan komunitas.
Bila seseorang memperoleh informasi, maka tergantung dia, apakah informasi itu diteruskan kepada
orang lain atau tidak. Cara pandang sempit melihat, bila informasi itu tidak diteruskan maka itu berarti berdusta. Cara pandang luas tidak hanya melihat kepentingan diri sendiri tetapi lebih mengingat kepentingan komunitas.
Rasul Shaul memberi cara pandang lebih luas atas larangan berdusta. Pikirlah dahulu sebelum memutuskan, apakah penerusan informasi itu nantinya berguna bagi
komunitas atau malah mencelakakan.
Oleh karena itu penahanan informasi
tidak selalu harus disalahkan dan juga penerusan informasi tidak selalu dibenarkan.
Apakah dokter harus memberitahu penyakit pasiennya, padahal dia tahu bahwa pemberitahuannya itu akan membuat pasien atau keluarganya lebih menderita?
Mari kita renungkan pertanyaan dibawah ini:
Apakah seseorang yang menyembunyikan
orang-orang Yahudi yang diburu Nazi untuk dibunuh, harus memberitahu ketika ditanya
oleh para tentara Nazi?
Apakah Rahab harus memberitahu pengawal Yerikho yang mengejar mata-mata orang-orang Yaoshorul yang disembunyikannya?
Apakah teman kita yang senang mabuk, harus diberitahu bahwa kalau
mabuk terus pasti ujian sekolahnya gagal?
Jawabnya bergantung bagaimana agar informasi itu bila diteruskan atau ditahan bermanfaat bagi hubungan dalam
berkomunitas atau pertumbuhan komunitas yang lebih
besar.
Ada nasehat yang indah dari Amsal
10: 19, intinya sebagai berikut.
Dalam banyak bicara pasti lebih
banyak peluang membuat kesalahan, tetapi orang yang bijak adalah
orang yang mampu mengendalikan kata-katanya.
MARAH
Para psikolog dan teolog sepakat bahwa akar kemarahan adalah ketakutan, kekecewaan, tersinggung, dan rasa ketidak-adilan.
Orang menjadi marah hanya karena takut menghadapi ujian atau takut
pada cecak.
Anak kecil yang sedang belajar berjalan juga bisa marah (temper
tantrum), karena dia kecewa tidak bisa berdiri tegak dan naik
keatas kursi seperti saudaranya yang lain.
Orang dapat marah bila
ditegur ketika dia datang terlambat masuk kelas, padahal orang
lain dengan kesalahan yang sama cuma tertawa-tawa. Ego dia tersinggung.
World Trade Centres diteror dan runtuh. Tetapi kita, yang tidak
punya hubungan apa-apa dengan para kurban, juga bisa marah karena
rasa keadilan kita terganggu. Sebaliknya, pilot peneror juga marah
karena rasa keadilannya terganggu juga. Ternyata keadilan
tidak bisa berdiri sendirian.
Keadilan hanya
berupaya mengembalikan harkat hidup dan membuat jalur hukum. Ibarat
pohon jambu, agar tidak dicuri buahnya oleh anak tetangga, yang
belum sadar tentang batas-batas kepemilikan, maka diberi pagar.
Pagar itulah keadilan.
Maka usaha menegakkan keadilan tidak akan
berhasil bila berdiri sendiri, karena tiap orang merasa diperlakukan tidak adil. Oleh
karena itu keadilan harus disertai dengan jiwa rekonsiliasi. Mengenai
jiwa rekonsiliasi ini Rasul Shaul mengajarkan, balaslah kejahatan
dengan kebaikan.
Boleh marah tetapi jangan berlarut-larut, jangan
sampai matahari tenggelam. Kemarahan yang berkepanjangan akan
mendorong pikiran kita menyusun pembenaran atas kemarahan itu
dan melanjutkan dengan perbuatan yang lebih jahat lagi. Kalau
demikian maka kita terjerembab, tergoda oleh Akel Kartza.
Menuju Visi Molkhiul YAOHUSHUA berarti membangun Oholyao karena Dia juga yang menjadi Kepala Oholyao.
Amnao!
|
|
|
 |
Disarikan dari kotbah Pdt Effendi S, di MRII, 16 Agust 2001
Rujukan : Kitab Efesus 4
|
|
|
|
|
|
|
|
|