Puisi-Puisi

Buletin Suara Buruh

no.1, September 1993

diterbitkan oleh: Koperasi Makmur Merata

KEBANGKITAN

kau nyalakan semua mesin

dari banyaknya keringat yang terlepas

kuselesaikan banyaknya target yang diminta

dari sisa tenaga yang tersisa

 

telah lama aku mengabdi

diantara derunya mesin

telah lama aku memberi

makanan kapitalis dan keluarganya

 

sewindu sudah aku terperas

dari banyaknya tubuh yang terkelupas

dari hidup yang terkoyak

dari tidur yang tidak nyenyak

 

kau tegakkan pabrikmu

dengan akal bulusmu

kau langgengkan pabrikmu

dengan seperangkat alat

kini aku tahu janji janjimu

hanya suara dan khayalan

kini aku tahu penyelesaianmu

tukang pukul dan militer

 

akan kubalas akal bulusmu

dengan kekuatan perjuangaku

akan kuhadang tukang pukulmu

dengan kesatuan kaumku

 

akan kuserukan kebebasan kaumku

dari....

dari pemerasan kaummu

lingkungan yang tak bermoral

suasana yang tertekan

 

maka bersatulah dalam perjuangan

maka kumpulkanlah kekuatanmu

untuk mencapai hidup baru

BURUH

sebuah kata tak enak

terhampar di seluruh lapisan jagat

buruh.... buruh dan buruh

begitulah orang menjulukinya

 

tak dapat dipungkiri lagi

buruh jadi mangsa peradaban

tuntutan ekonomi yang sangat tinggi

memaksa menarik nafas berat

dalam arus globalisasi

 

kian hari kian terdesak

demi hidup dan kehidupan

tak peduli terik dan hujan

imbalan secuilpun diraihnya

 

nasib menentukan lain

keseimbanganpun goyah

ada jarak yang jauh antara jasa dan imbalan

sebanyak keuntungan tak dapat digenggam

lenyap bersama jeritan dan derita

 

mengapa ada mogok kerja?

mengapa ada unjuk rasa?

tak pedulikah penguasa atas nasibnya?

akh...

 

manis memang...

buruh jadi korban produksi

berbagai julukan hina disandangnya

 

haruskah selalu begitu?

terejam dan tertindih sang penguasa

siapakah yang salah?

14 desember 1992

suara hati kami yang terhisap untuk sang penguasa

kami adalah pemuda indonesia

yang akan meneruskan perjuangan

dan pengemban amanat rakyat

yang penuh penderitaan dan kesengsaraan

 

tapi kami sangat kecewa sekali

kepada seluruh aparat negara, birokrat dan abri

sebab kini kami baru tahu dan menyadari

bahwa yang mereka perjuangkan

bukanlah untuk kebahagiaan rakyat

melainkan untuk perutnya sendiri

dengan cara biadab dan sesat

terkutuk...

 

dulu kami sangat membanggakan sekali pada abri

yang menjadi tulang punggung negara

tapi setelah kami tahu dan menyadari

bahwa abri tak lain adalah penghalang, penghianat

penghambat kebebasan rakyat yang melarat

 

pernerintah kini sibuk

bagaimana cara yang baik agar para konglomerat kapitalis

mau memberi dan menjamin kebahagiaan

dan kesenangan perut kaum birokrat dan para pejabat

yang melarat dan tersesat biar sehat

walau harus menjerat dan mendamprat rakyat melarat

yang tidak taat pada birokrat dan pejabat

 

kami adalah rakyat yang melarat

dan semakin sekarat

akibat ulah birokrat, pejabat dan abri

yang berikhianat dan sesat serta keparat

 

kami hidup selalu harus giat

demi sekerat dan seteguk kebahagiaan urnat

agar selamat dan dapat melihat negara

yang sehat, mantap dan kuat

tidak sesat seperti negara ini

tempat kami tinggal

 

pemerintah jaman orba

tak lain adalah anjing-anjing keparat

yang lapar dan haus kekuasaan

tanpa ada batas-batas yang sehat

 

pancasila yang sering dikumandangkan

di seluruh pelosok tanah air ini

hanyalah simbol belaka

percuma dan sia-sia saja

karena pada kenyataannya

kami sangat tertekan dan hidup terjerat

 

kami butuh kebebasan yang nyata

kami butuh kehidupan yang sejahtera

aman sentosa, adil dan merata

tanpa ada pembatas pembeda yang celaka

berikanlah hak kami sepenuhnya wahai

sang penguasa!!!

bangkitlah kaumku

nun dari jauh

aku datang

untuk masa depan

 

hai... kaumku

buruh indonesia

bangkitlah

bangunlah engkau

dari tidurmu

 

mari kita singkirkan

si serakah para kaum kapitalis

yang memeras

yang menghisap keringat kita

 

wahai buruh indonesia

mari kita bangkit

menuju demokrasi

demokrasi yang sebenarnya


[ Tempo-Doeloe Page | Edi Cahyono's Page ]