,,Pandji Merah"........

 

Warta Sarbupri, no. 3. Th. Ke VII, Achir Maret 1956

Oleh: DERADJAT LUBIS

Didingin embun menjusup tulang

diangin pagi membeku darah

Mereka kawanku dipaksa hidup

delapan kerat tulang dibanding hewan ............

 

Tangis anak meminta djadjan

dibudjuk saju ibu meringkuk

dan bapak hanja menanti bungkuk

Mereka madjikan.............. lelap kekenjangan

 

Itu lagi manusia-manusia djahanam!

jang muntjul bagai pentjuri tengah malam

membunuh, membakar, mengentjam

Gelak maut djutawan2 nederlan.............

 

Tapi........... buruh kebun menjatukan langkah

mematah rintangan menantang gagah

haram ampunan untuk pemalsu sedjarah

tidak gentar kepada parasit penghisap darah

Besok mengibarkan pandji memerah...........

 

Lampahan Est (Atjeh Tengah) achir Djuni 1955.

 

Pensiunan

--rintihan buruh nderes--.

 

Warta Sarbupri, no. 5. Th. Ke VII, Achir Mei 1956

Oleh: SLAMET ATMOREDJO

-- ah tuan --

Pohon para ini belum mati

tapi pinggang melengkung + pegel

45 tahun kami mengabdi

pangkat tuan terus naik

tjuma tiga ringgit tiap bulan bagian kami

 

-- ah tuan -

terlalu kedjam

-- kini tuan --

sudah pantas tuan pergi

angkat kaki menjeberang pulang

 

pintu terbuka lebar tuan!

tak usah main mata lagi

agen2mu itu djuga bangsaku

dia buta, tuan

tuan djangan suap2 lagi

 

-- ah --

inilah manusia buruh rendah

penjadap + proletariat.

 

Kenjataan

 

Warta Sarbupri, no. 8. Th. Ke VII, Achir Agustus 1956

Oleh: M.ENDANG

kelaparan seakan kesajangan mesra

kenaikan harga seakan boneka mainan

lagu usang didendang njaring

 

kalian orang-orang malas seru situan Botak tetapi ................

 

kami tentang setengah mati

dengan djuang pengabdian kerdja

kami lah peras keringat diterik mentari

lebih duabelas djam tiap hari

untuk dini-hari jang tiada esok

 

kami jang tidak punja hidup

tjuma tenaga tulang-tulang kering

 

kami punja bakti

kami punja tjinta

kepada Rakjat dan kerdja

sedjak 'Gustus empatlima

kami bukah sampi perahan lagi

kami manusia-manusia jang ingin punja hidup

 

bakti -- tjinta -- hidup

 

dan, djaring-djaring kesatuan aksi kami

melingkar disekitar kematiannja

kaum imperialis, jang kini

makin lebar, djurang kehantjurannja

 

esok lagu usang tiada terdengar lagi

kala bendera kemenangan kemanusiaan

tertjapak dibumi kami


[ Tempo-Doeloe Page | Edi Cahyono's Page ]