Selayang Pandang
Lembaga Pengajaran Bahasa Arab Dan
Pengkajian Islam
Ma'had
Al-Birr
Unversitas Muhammadiyah
Makassar
MENGKAJI ISLAM DENGAN BAHASA ARAB
Bila mendengar nama lembaga ini,
"al-Birr", tidak
jarang membuat orang mengernyitkan dahi. Bagi orang awam, kata 'bir'
dikenal sebagai jenis minuman keras yang diharamkan oleh Allah SWT. Padahal nama al-Birr sama sekali tidak ada
sangkut-pautnya dengan minuman yang haram itu. Kata tersebut berasal
dari Bahasa Arab "al-birru" yang artinya: 'kebaikan', sinonim dengan
kata 'al-khair'. Kata 'al-birr' dipakai oleh Allah SWT dalam beberapa
ayat di dalam al-Quran, seperti pada surat al-Baqarah ayat 177 .
Lembaga pendidikan yang menempati areal di
dalam kampus Universitas Muhammadiyah Makassar ini lebih dikenal dengan
nama Ma'had al-Birr. Didirikan pada tahun 1996, lewat kerjasama PP
Muhammadiyah dengan Yayasan Dar el-Birr yang berkedudukan di Dubai, Uni
Emirat Arab. Setelah lembaga ini resmi berdiri, maka diambillah nama
yayasan tersebut sebagai nama lembaga.
Ma'had al-Birr membina ratusan mahasiswa
yang berasal dari berbagai daerah di wilayah Indonesia Timur, seperti
Papua, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara.
Bahkan beberapa diantara mereka berasal dari pulau Kalimantan dan Jawa.
Selain tentunya mahasiswa dari daerah Sulawesi Selatan sendiri.
Fasilitas yang disediakan oleh lembaga ini
terbilang cukup istimewa, sebab semua mahasiswa tidak dibebani biaya
kuliah sepeser pun selama dua tahun penuh. Mulai dari uang pendaftaran,
buku paket, dan SPP semuanya gratis. Bahkan mahasiswa yang berasal dari
luar Sul-Sel disediakan asrama yang lengkap dengan peralatannya serta
ditanggung makan tiga kali sehari.
Dengan dukungan tenaga pengajar yang hampir semuanya alumni perguruan
tinggi Timur Tengah, membuat lembaga setingkat diploma dua
(rencananya akan ditingkatkan terus hingga setara
dengan S1) ini semakin
hari semakin banyak diminati oleh mahasiswa-mahasiswa yang ingin
memperdalam pengetahuan bahasa Arabnya. Tercatat, beberapa mahasiswanya
juga terdaftar sebagai mahasiswa di beberapa perguruan tinggi
lainnya seperti IAIN, UMI, Unhas dan Unismuh.
Adapun kurikulum yang dipakai dalam
mengajarkan bahasa Arab adalah kurikulum yang sudah teruji dan
diterapkan pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) di
Jakarta. Dengan kurikulum yang sudah teruji
dan dibimbing oleh para dosen yang fasih
berbahasa Arab, para mahasiswa diarahkan untuk memahami dan mengerti
bahasa Arab. Salah satu caranya ialah dengan
mengharuskan mereka menggunakan bahasa Arab secara aktif dalam pergaulan
mereka, minimal selama berada dalam lingkungan kampus.
Selain sarana ruang kuliah yang
representatif, Ma'had al-Birr dilengkapi pula dengan fasilitas
perpustakaan dan laboratorium bahasa yang cukup modern. Perpustakaannya
berobsesi untuk menjadi perpustakaan yang memiliki koleksi kitab dan
buku berbahasa Arab yang terlengkap di kota Makassar.
Mengenai pola pembinaan yang diterapkan, Ma'had al-Birr memakai pola
yang merupakan paduan antara pembinaan ala pondok pesantren dan
perguruan tinggi. Dengan demikian diharapkan bisa mencetak da'i-da'i
yang handal yang mampu mentransfer ilmunya kepada masyarakat luas.
|