Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!

Persatuan Pelajar Indonesia di Tunisia
اتحاد الطلبة الأندونيسين بتونس
Association des Etudiants Indonésiens en Tunisie

Selamat Datang - Welcome - Bienvenue - أهلا و سهلا

Halaman Depan - Organisasi PPI-Tunisia - Tulisan - Album Foto - Tentang Tunisia

 Terbaru - Populer
   
   
   
   
   
 Organisasi PPI-Tunisia
 Profil Singkat
   Anggaran Dasar
   Anggaran Rumah Tangga
   Struktur Organisasi
   Program Kerja
   Serba-Serbi PPI
   Album Foto
 Tunisia Selayang Pandang
 

 Profil Singkat

   Sejarah
   Kependudukan
   Pendidikan
   Islam di Tunisia
   Tempat-Tempat Pariwisata
   Serba-Serbi Tunisia
 Sekilas Info
   Info Terbaru!
PPI Tunisia mendirikan organisasi tandingan PBB.


Bagi negara, tokoh negara dan pemerintahan, perusahaan multimilioner, orang-orang kaya di dunia, dan siapa saja yang ingin bergabung silahkan hubungi kami


 Tulisan
   Quran dan Hadits
   
   Akhlak
   
   Filsafat
   
   Sejarah dan Peradaban
   
 

 Ilmu-ilmu Sosial

   
   Hukum
   
   Seni
   
   Umum
   
 Forum
   Kotak Surat
   
   Titip Salam
   
   

Sejarah Tunisia

Sejarah Tunisia dapat ditelusuri dari berdirinya Kerajaan Carthage (Kartago) sekitar tahun 814 SM. Pada abad ke-2 SM, Kerajaan Kartago mengalami kehancuran hingga mengakibatkan saling bergantinya kekuasaan asing di Tunisia.

Tunisia yang saat itu lebih dikenal dengan nama Afrika kemudian menjadi pusat Kerajaan Romawi di Selatan Mediterania. Kedaulatan­nya meliputi sebagian wilayah kekuasaan Kerajaan Carthage. Antara 439-533 M, Tunisia dikuasai oleh pasukan Vandal, sebelum ditak­lukkan kembali oleh Kerajaan Roman Byzantium (533-647 M).

Posisi kekuasaan Kerajaan Carthage (Numidia) dan Kerajaan Roma (Italy) sebelum Perang Punic II (218 SM). Setelah perang itu, Sardenia dan Sicilia dapat dikuasai kembali oleh Carthage. Sicilia berhasil direbut kembali oleh Roma setelah kemenangan mereka di perang Punic III (146 SM), yang mengawali kedaulatan Roma atas wilayah "Africa"

Pertengahan abad ke-7 Uqba bin Nafi r.a., seorang sahabat Rasulullah SAW, masuk Tunisia bersama pasukannya. Tahun 647 M pasukan Uqbah r.a. berhasil menaklukkan Sbeitla (Sufetula) yang menandai bermulanya era Arab-Islam di Tunisia. 13 tahun kemudian, yaitu pada tahun 670 M Uqbah r.a. berhasil menaklukkan kota Kairouan –sekitar 156 km selatan kota Tunis– dan kemudian menja­di­kannya sebagai ibu­kota pemerintahan dan pusat penye­baran Islam di wilayah Afrika Utara. Seiring perubahan politik masa itu, Kairouan juga menjadi bagian dari wilayah kedaulatan Dinasti Uma­wiyah. Pada 698 M, pasukan Islam di bawah pimpinan Hassan bin an-Nu’man dan Musa bin Nashr berhasil me­naklukkan Carthage, hingga ke­mudian Islam cepat berkembang di Tunisia. Bahkan pada tahun 711 M –masa keemasan Dinasti Umawiyah– agama Islam telah tersebar ke daratan Eropa dengan berhasil menaklukkan Andalusia (Spanyol dan kawasan Iberia di sekitarnya).

Pada tahun 748 M, Dinasti Umawiyah digantikan oleh Dinasti Abbasiah. Peris­tiwa ini menyebabkan Tunisia terlepas dari peng­awasan pusat kekhalifahan, namun kemu­dian dapat dikuasai lagi oleh Dinasti Abbasiah pada tahun 767 M. Pada tahun 800 M, Ibrahim Ibn Aghlab di­tunjuk sebagai Guber-nur Afrika Utara yang berke­dudukan di Kairouan. Pada masa ini, Mesjid Agung Ezzitouna didirikan di kotaTunis.

Masa-masa selanjutnya adalah era kejayaan peradaban Islam di Tunisia dan kawasan Arab Magh­ribi. Dinasti Aghlabiah (767-910), Fatimiah (910-973), Ziridiah (973-1062), Almohad (1159-1228) dan Hafsiah (1230-1574) silih berganti memegang tampuk ke­kuasaan di Tunisia, hingga ma­suknya Tunisia dalam wilayah Khilafah Utsmaniah (1574-1591). Di masa Khilafah Utsmaniah ini, Tunisia menjadi wilayah otonom di bawah pemerintahan Dinasti Dey (1591-1659), Mouradi (1659-1705) dan Huseini (1705 –1957).

Perancis berhasil menjadikan Tunisia sebagai wilayah protektoratnya dengan ditandatanganinya Perjanjian Bardo pada 12 Mei 1881. Berbagai upaya dilaku­kan Rakyat Tunisia untuk lepas dari protektorat ini. Usaha ini mencapai hasil pada tanggal 20 Maret 1956 dengan dibatalkannya Perjanjian Bardo dan diproklamirkannya kemerdekaan Tunisia. Saat itu pemerintahan tetap dipegang oleh seorang Bey (gelar raja di Tunisia) sebagai kepala negara. Pada tanggal 25 Juli 1957, Bey terakhir diturunkan oleh parlemen. Sejak saat itu Tunisia menjadi Republik dengan dipimpin oleh Habib Bourguiba sebagai Presiden pertamanya.

Di tengah kekacauan kehidupan politik dan ekonomi, pada tahun 1975, Habib Bourgiba mendapat gelar ’’Presiden Seumur Hidup’’. Lalu muncullah berbagai gerakan oposisi, seperti Gerakan Haluan Islam (Movement de la Tendance Islamique/MTI). Pengaruh gerakan ini dianggap membahayakan oleh pemerintah saat itu, hingga Presiden Bourguiba mengangkat Jenderal Zine El-Abidine Ben Ali, mantan Kepala Dinas Keamanan, sebagai Menteri Dalam Negeri. Ben Ali pun berusaha meredam gerakan ini hingga berhasil. Kemudian karena keberhasilannya ini, Ben Ali ditunjuk menjadi Perdana Menteri.

Hanya berselang sebulan setelah pengangkatannya sebagai PM, pada tanggal 7 Nopember 1987 Ben Ali mengambil alih tampuk pimpinan kenegaraan. Habib Bourguiba diminta untuk melepaskan jabatan kepresidenan dengan alasan faktor kesehatan yang semakin lemah. Pada usianya yang mencapai 80-an, Borguiba dinyatakan pikun oleh team dokter Presiden.

Pengambilalihan kekuasaan oleh Ben Ali yang berlangsung secara lancar dan aman disambut dengan penuh kelegaan oleh sebagian besar rakyat Tunisia dan juga oleh kalangan dunia Internasional.

 

Kembali Ke Atas

 
Copyright © 2006-2007 PPI-Tunisia. All Rights Reserved
Supported by Pulau Damai Technologies