Nama |
Mesej |
sue_marie |
dimasukkan pada: 16-09-99 15:51 MST
Salam sayangg ...
Nostalgia ini hanya sekadar rekaan semata, tidak ada kena mengena pada
sesiapa..jika anda ada luahan rasa atau sekadar cerita ..kita coretkan di
sini..
--> Jujur memihak kepada 'kata' sehinggalah keduanya saling jatuh
cinta. Sekali pun ia amat mencintainya namun mereka tidak mungkin dapat di
persatukan! Pada masa yang sama ia tersepit di antara kasih kekasih
dengan keluarga & agama....lantas dalam keadaan yang terpaksa, dia
harus membuat pilihan yang tepat... "Andai kita terpisah.... aku tidak
akan melupakan mu...." Betapa pun aku sebenarnya amat menderita dan
terseksa dengan keadaan ini... aku jadi tidak menentu!..aku benar-benar
sayangkan kau dan tidak sanggup berpisah dengan mu....???? Tetapi
apakan daya... sesuatu yang tidak mungkin dalam keluargaku. Mama menangis
sebaik saja mengetahui aku jatuh cinta dengan pemuda yang tidak seagama
dengan ku. Mama mengharapkan seorang pemuda seagama dengan
ku.... "Walaupun cinta itu kudus dan memang mengasyikkan tapi yang jadi
penentu adalah rasa cinta kepada agama. Cinta kepada lelaki tidak akan
menjamin kehidupan kekalnya!" Begitu kata mama. Hatiku bagai disayat
sembilu ....lalu mengalirlah airmata melewati pipi ini. Sesungguhnya tidak
ada kata yang dapat ku lafazkan betapa aku amat merinduimu....!
|
polong |
dimasukkan pada: 16-09-99 16:03 MST
hmmmmmmm..... sekadar singgah...
apapun...
biasan gemilang pelangi senja, taman terlarang kasih
terhampar, insan nan malang hatinya terseksa, rakan taulan tempat
bersandar,
hmmmmmm....
kesihan sungguh hamba mendengar, kisah kasih menemu
halangan, kiasan lama hamba perdengar, lautan api sanggup direnangi,
sang naga pula sanggup dicabar,
hmmmmm.....
geliga hikmat didalam piala, piala disimpan dicelah dupa, cinta
gelodak dialam nyata, setia diancam berputih mata?
hmmmmmm......
kisah sang kumtum dengan kumbangnya, dipagari duri kumbang
merana, kuntuman pula merintih duka, pagar berduri menghalang cinta,
hmmmmmm......
namun kumbang bijak bistari, kuntum pula cekalnya hati, segala
halangan tiada peduli, luka ditangan hanya sekali,
hmmmmmm.......
luka ditangan hanya sekali, luka dihati siapa peduli, kasihnya
insan hingga kemati, sanggup berjuang membela janji,
janjinya insan sehidup semati, kumbang dan kuntum jiwa
sehati, biarpun badai menghempas diri, biarpun petir menyambar hati,
hmmmmmmmmm....
[Mesej ini telah diubah suai oleh polong (pada
16-09-99).] |
Pelangi
Senja |
dimasukkan pada: 16-09-99 16:16 MST
Hati yang parah... terlalu sukar untuk disembuhkan ..
kunang kunang diteluk Serabut sendu terkelar melapah luka kenang
dikenang mulut menyebut rindu terburai memamah derita
nostalgia yang manis tapi .... |
6tolak6 |
dimasukkan pada: 16-09-99 21:48 MST
sue marie boleh tumpang kejap...?
Waktu subuh kan diganti pagi, waktu pagi jadi tengah hari, lepas tu
senja, dan malam... malam tiba, orang pun kan tidur, tapi ada orang yang
tidur subuh, pagi, tengah hari, senja.
Ia wujud di antara penghuni daerah rumah ku. Kadang-kadang, ketika aku
buntu dik tarian masyarakat dan kehidupan, kadang - kadang, ketika rumah
panas dik terik matahari, aku menghampiri kenyamanannya. Cuba mencari
titik persamaan dengannya, menerima ia, mungkin meminta ia menerima
ku. Walaupun ia hidupan tak bernyawa, aku senang dengan, berbicara
dengan bahasa-bahasa diam, menung - menakkul, tanpa suara, hanya
pengertian dan penerimaan - bahasa kemanusiaan.
Ia pernah rebah dan patah, dirempuh ribut hujan, ketika baru belajar
berbudi, namun ia masih punyai rezeki, masih punyai erti... untuk hidup di
dunia ini.
Mati badan berganti tangan. Bangun menunjuk langit, Bangun dengan
semangat baru. Masih punyai rezekinya di bumi ini. Tahun berikutnya, ia
mampu memberi budi enak, walau sedikit cuma. Hakikatnya, hari-hari ia
memberi budi, pada keluargaku, jiranku, dan ternakkanku serta ternakkan
jiranku. Melalui budi nafas siangnya.
Itu kisah lama...
Pada tahun ini...
Bulan 7 yang lalu, Ia hijau merimbun. Lagaknya seolah - olah ingin
memberi budi istimewa pada kami, kuntuman-kuntuman bunganya, subur menjadi
putik-putik... bergantungan dan kami pun berangan-angan.
Bulan 8 mendatang, sendu menyapa, memamah angan-angan kami....
Helai-helai dedaunnya, yang dulunya kehijauan serta memberikan budi nafas
siang pada kami, mula kekuningan. Putik angan-angan kami, mula gugur
satu.... satu..... satu...... satu....... satu
Bulan 9 ini, dalam keadaan dedaunnya yang boleh dikira dengan jari. di
kesempatan berbudi yang terakhir... pada pagi 13 / 9 / 1999, ia
menghulurkan budinya yang terakhir. Ia mempersembahkan budi
perpisahan.......... ..............
Pagi 14 / 9 / 1999, aku ayah dan mak, merasa budinya yang terakhir.
Enaknya, pekat rasanya, ibarat ia menghimpun segenap tenaga, dari
sisa-sisa hayat yang ada, untuk kami............ hadiah teristimewa untuk
kami di penghujung hidupnya di dunia ini........................ Terakhir
Hmmmmmmmmmmmm..... Ribuan Terima Kasih .........
Terima kasih.... memang selayaknya, tidak-tidak... memang sepatutnya,
insan mengucap syukur pada tuhannya, walau cuma sebatang pokok durian,
telah diatur rezekinya, rezeki kami. Bila telah habis rezeki yang
dijanjikan, tamatlah hidup, walau harta masih mengunung. Itu rezeki orang
lain.
Hmmmmmmmmmm... mengapa pokok durianku mati tiba-tiba... ia pernah
tumbang dan patah batangnya, tetapi ia hidup kembali melalui dahannya...
mengapa tiba-tiba daunnya kering, layu dan mati.
Waktu subuh kan diganti pagi, waktu pagi jadi tengah hari, lepas tu
senja, dan malam... malam tiba, orang pun kan tidur, tapi ada orang yang
tidur subuh, pagi, tengah hari, senja.
|
gadis_dusun |
dimasukkan pada: 18-09-99 11:14 MST
gadis tumpang bercerita....
Dalam sepi menyala-nyala, aku melayari dusun merimba hijau di antara
gunung-ganang yang melindung dari bebayang mentari timur ke barat.
Mengintai tatap pada arus sungai yang berjela....jendela mula
terkuak.... Ketika mula bersua..ramah bercanda ... seketika kau
lontarkan kata nista, aku datang paksa menghimpun kata mencari cahaya
malam gelita..dan kau sambut jua. Suatu ketika hujan lebat...kau tangis
di riba, menyesali mengenal gadis...suatu pagi ceria, kau berhiba-hiba
membawa remuk kecewa...aku tergolek di jurang kepura-puraan..!
( sekadar suatu nostalgia..) |
rainbow |
dimasukkan pada: 18-09-99 12:11 MST
dan kini sepi sering menyapa antara detik dan waktu terluang, membias rasa
rindu yang semakin mendalam,dan aku terseliuh diantara PERSIMPANGAN DELIMA
dan hanyut ke lembah kerinduan yang tiada berhujung.
apa kah ini yang dikatakan bibit bibit cinta? apa kah ini bermula
nya sebuah kerinduan untuk sebuah kenangan yang pernah aku ukir? apa
kah aku akan tetap begini.. menunggu sesuatu buah yang tidak tentu akan
gugur nya sedangkan buah itu bila masak..untuk orang lain..!!
suatu kepahitan yang pernah aku rasakan yang pernah memaut sebuah
kerinduan yang terlalu sendu di maya ini, seolah olah semua yang berlaku
ada SALAH KU, semua yang berlaku ada lah KESILPAN KU ...
tapi aku masih mampu berserah,segala apa yang berlaku ada lah SUATU
KETENTUAN dari ilahi, sesuatu yang telah TERSURAT DAN DISURATKAN dan aku
tetap AKUR DAN PASRAH bahawa jalan ku masih belum kabur meski pun
pandangan ku berbalam seketika untuk waktu waktu yang terdekat tapi aku
bersyukur kerana masih ada dan akan terus mengimbau, namun luka yang
terluka pasti nya akan sembuh tetapi parut nya tetap terpahat dan akan ku
jadikan sebuah imbasan dalam senyum ku meredah hari hari yang berikut nya
dan camar pasti menemui jalan nya yang pernah ilang ... camar akan terus
terbang dan terbang lagi selagi nadi bergerak dan hudung menyedut udara
dan pasti nya senyum ku masih ada ....
(cuma sebuah catatan TETAPI tiada hubungan dengan sesiapa ..... senyum
) |
sue_marie |
dimasukkan pada: 19-09-99 13:26 MST
Terima kasih atas coretan teman-teman semua..
semalam...... Aku masih berkesempatan kemari...segalanya masih
suci... tarian si camar putih masih riang menyanyikan suara hati
berdendang lagu... membentangkan lautan membiru tempat ombak-ombak
berkejaran... mengungkai pengertian hembusan bayu-bayu laut yang dititip
suara-suara hati para pengunjung pantai.... dan aku masih kagum dengan
kesetiaan pantai terhadap ombak.... meskipun setiap kali ombak datang
mengucup bibir pantai sambil berbisik janji pada pantai akan kedatangannya
lagi... tapi ombak curiga bila melihat pantai membiarkan kucupan
bertalu-talu datang dari sebaris ombak-ombak lain yang ganas dan buas,
namun apa daya sang pantai... landainya itu menjadikan ia sering rebah
dan sujud pada realiti.... tidak mampu melepaskan diri dari tarian
alam...lalu terpaksa akur pada tamparan yang mendatang...!
sekadar buat renungan bersama... : |
sue_marie |
dimasukkan pada: 20-09-99 19:02 MST
semalam....
Aku bertandang lagi ke tempat ini..... ingin mencari dan melihat si
camar putih yang sering riang menyanyi sambil menari... sebaris pantai
telah ku susuri namun si camar masih belum ku temui.... yang ada hanyalah
sisa-sisa kelmarin... tiada lagi nyanyian riang ....tiada lagi gemersikan
sayu.... aku dalam kehampaan...bermain dalam kekecewaan... tatkala
langkah ku terhenti ... sempat juga menyaksikan ombak semalam kembali
menagih janji pantai walau curiganya masih lagi menebal di hati kerana
melihat pantai merelakan setiap kucupan dari sekian ombak-ombak yang
membelainya.... untuk kesekian waktunya, aku menoleh pada setianya laut
semoga hari-hari mendatang aku terus menjadi saksi dan masih lagi mampu
menatap betapa indahnya jilatan sayang lidah sang ombak dan betapa
lembutnya belaian kasih sang bayu pantai seiring dengan lambaian manja
dedaun nyiur......
hmmm..esok cerita apa ya..? |
Helang_Merah |
dimasukkan pada: 22-09-99 01:41 MST
Esok ? mungkin outstation kot pagi pagi nya tentu breakfast
dulu nasi lemak camno Sue ? |
sue_marie |
dimasukkan pada: 22-09-99 08:58 MST
Hari ini....
Aku hadir di persada ini membawa seribu satu macam pertanyaan yang
sedang bermain di benak. Mengungkai satu falasafah hidup bahawa gagal
sekali dalam kehidupan bukan bermakna suatu penamat untuk melangkah hari
esok.....
Aku sedar walaupun perjalanan baru sekerat jalan, namun aku sudah
pernah jatuh dan rebah ...... banyak ranjau dan duri menghiris serta
menusuk ..... syukurlah, badanku masih mampu bertahan : masih mampu
berdiri untuk meneruskan perjalanan. Ku toleh kebelakang melihat
kesamaran liku-liku perjalanan masa lampau tapi sedikit pun tidak
menyesal. Perjalanan masa lalu banyak mengajar aku menjadi lebih
matang....!!
Aku tahu mama terlalu menyayangi aku.... setiap gerak-geri dan langkah
diawasi dan dikawal.... meskipun aku tidak selesa dan merasa tersekat
dengan keadaan ini namun aku tidak mahu mengeluh di depan
mama...... biar mama tahu yang aku menyanggung tinggi erti pengorbanan
suci seorang ibu.... biar mama yakin apa yang dilakukan itu adalah yang
terbaik untuk masa depan orang tersayang! meskipun sering dilanda
kesunyian; sering disapa pertanyaa..... aku tidak mahu melukai hati
mama..... aku tidak sanggup menggadai keluarga semata-mata kerana terlalu
mengikut perasaan....tapi dapatkah aku menerima semua hakikat kenyataan
ini...????
(sekadar suatu coretan....)
*****************
ishkk..Helang pun pandai outstation kee...? cari makan ya...? nasi
lemak..?oklah!! |
sue_marie |
dimasukkan pada: 24-09-99 13:46 MST
salam sayangg semua.. hmmm teringin juga nak tulis sebuah nostalgia
berupa cerpen..tapi bahasa nya mungkin berbaur loghat sabah skit..apa2 pun
..hentam je lah..
Nostalgia sebuah HARAPAN... (sekadar rekaan semata-mata..tidak
ada kena mengena kepada sesiapa pun..baik yang hidup mau pun yang dah
pergi..)
--> "Ina nak sambung belajar ke luar negeri..mi..!" ina memberitahu
hasrat hatinya itu pada ibu setelah sekian lama dipendam di
jiwa.. "Aaargghh! ke luar negeri?..eehh...tak boleh! ingatkan senang
nak ke sana ?.." Ibunya mengherdik sambil nada suaranya menerkam ke wajah
anaknya Marlina. Marlina lah satu-satunya anak perempuan yang ada....
Marlina hanya ada dua orang adik-beradik sahaja. Seorang abang yang masih
bujang dan suka menghabiskan masa lapangnya dengan sukan
bolasepak! "Alaaaa ..ina tau...bukan itu sebab umi tak bagi ina
pergi...." Belum pun habis ina bersuara, ibunya cepat2 memotong... "
Aaahhh... kalau dah tau tak boleh pegi...napa nak tanya lagi?""Alaaa
mi..bolehlah! ina pegi bukannya jauh sangat..ina janji, nanti ina akan
selalu hubungi umi.." ina menguatkan lagi keyakinan
ibunya.... "tidak..tidakkk... ina tak boleh pegi... kalau ina takde
sini..siapa lagi nak temankan umi...anak umi bukannya ramai... hanya kamu
berdua je..."tegas ibunya. Ina diam seketika... Hatinya begitu hancur
memikirkan kata2 ibunya itu. Kelulusan Menengah yang diperolehinya itu
walaupun cemerlang tetapi tidak memberi apa2 makna baginya. " Mi..ina
nak belajar kat UK lahh.. Ina dah pun mendapat..." sudah! umi tak nak
dengar lagi... " bentak ibunya menyekat percakapan ina. " Walau tinggi
mana pun awak belajar : banyak mana pun ilmu yang awak dapat ... tak
kemana.. suatu hari nanti akan jadi isteri orang juga, bini orang tauuu
takkk! dan masa itu, suamilah yang bertanggungjawab terhadap diri awak
tuu... fahaammmm!" ishkkk.. orang tua nih... kesitu pula ia.." Begitulah
suara hati ina bila mendengar kata ibu yang sudah mulai melalut. Bukan
sekali ini...dah berulang kali.. malah dia dah lali dengan sikap ibunya
yang sedemikian rupa ....
bersambung ...
|
Alpine
II |
dimasukkan pada: 24-09-99 17:20 MST
good luck sue!
Pine harap, sue tabah menulis cerpen.
Alpine: Asahlah bakat kita sendiri, sebab tak ada orang lain boleh
mengubah diri kita... melainkan diri kita sendiri. |
polong |
dimasukkan pada: 24-09-99 18:24 MST
temannnnnn.....
sekadar mengucapkan tahniah...... teruskan usaha...polong akan
selalu kesini...
dengan pantun ia bermula, bersama puisi karya dibina, cerpen kini
menyusul pula, lepas ini apa plak ye?...
sekali lagi tahniah....polong tak pandai bercerita.... |
sue_marie |
dimasukkan pada: 25-09-99 12:03 MST
Alpine : Thanks pine... weii sudi juga ko membaca ya.. ape2 pun harap bagi
komen ya..sbb..ini tulisan pertama sue..sekadar baru mencuba..sue akui
memang akan banyak kesilapan yang terdapat..tapi asalkan jalan ceritanya
bole difahami .. sue dah cukup bersyukur.. sue akan cuba tabahkan hati
semasa menulis sbb..tu le kelemahan bila masa nak mulakan
penulisan.. thanks pine...
*******************************
polong : temannnnn...heheh makasih atas sokongan tuu.. kalau ade
ape2 silap ..jangan lupa komen ya.. hmmm.. mula2
lukisan...pantun..sajak/puisi..dan selepas nie plak..??heheh, nak
tahuuuuuuuu.....tungguuuuuuuuuu!!!
***************************
Sambungan -->
Ina bingkas dari tempat duduknya menuju ke bilik. Nampak betul hatinya
yang sedang merajuk. " hah! ina nak ke mana lagi tuu?..kita belum pun
habis cakap ni, dah nak pegi.." "sudahlah mi... jangan susah, ina tak ke
mana... ina tetap di sini... temankan umi sepanjang masa.." Kata2 ina
mungkin dapat menyedapkan hati ibunya : Begitulah harapan ina, walaupun
keinginannya itu terpaksa di kubur buat ke sekian waktu lagi!...
Selang beberapa bulan selepas dari kejadian itu, ina kini telah pun
mengikuti kursus kesetiausahaan di sebuah kolej berhampiran dengan tempat
tinggalnya. "Sebenarnya, ina dah tak berminat lagi nak belajar, ed.."
terang ina pada Eddie ketika mereka bertemu di suatu petang di rumah
ina. "Janganlah begitu sayanggg!...jangan cepat berputus asa... mungkin
ibu ina punya sebab tertentu dia tak bagi ina pergi..ina harus faham...ina
lah satu2 nya anak perempuan dalam famili... abah ina pun bukannya selalu
ada di rumah. Orang bisnesslah katakan! selalu macam tu... kena usaha
lebih.. pelanggan di sana sini... urusan pun kena sendiri yang
bereskan...tak bole nak harap orang lain... nanti boleh lingkup
tauu!...bisik Eddie cuba memujuk hati ina.
Eddie adalah kenalan pertama ina sejak 2 tahun yang lalu. Dialah tempat
ina mengadu dan meluahkan segala masalah yang dihadapi. Perkenalan mereka
memang tak disengajakan. Masing2 mewakili sekolah dalam satu pertandingan
kuiz antara sekolah2 menengah . Walaupun mereka bukannya datang dari
satu sekolah yang sama kerana ina bersekolah di sekolah menengah perempuan
manakala Eddie pula di sekolah menengah lelaki, namun persahabatan mereka
tetap terjalin erat. Sama2 saling bertukar2 pendapat dan topik
perbincangan mereka biasanya berligar kepada masalah
pembelajaran. "Alaaaa..umi tu selalu pandang rendah pada pelajaran ina,
ed! camana tinggi pun pelajaran ina, jadi bini orang juga!"ina mulai
mengajuk cakap ibunya. "Betul tuu... tapi ina kenalah usaha juga,
jangan mudah mengaku kalah. tunjukkan pada umi akan kebolehan
ina..kehidupan di dunia masa kini amat jauh berbeza daripada masa dulu.
Ina juga maukan kejayaan.. jangan kerana cakap ibu, boleh melunturkan
semangat mu, sayangg!" "sudahlah ed!... cukuplah tuu, ina tauu.. ina juga
yang salah... HENDAK SERIBU DAYA; TAK HENDAK SERIBU DALEH..kan ed!" ina
mengharapkan sokongan Eddie.
bersambung..... |
Alpine
II |
dimasukkan pada: 26-09-99 11:32 MST
Its okay sue, ....lagipun bukan ke Pine dah janji dulu akan berikan
sokongan dan galakan pada sue, jika sue mencuba? Teruskan perjuangan sue!
Nampaknya, sue dah jumpa jalan cerita yang menarik. Pine akan jenguk
sekali sekala. Kalau ada apa-apa masalah, tanyalah pada Pine.... And I'll
try to help you.
Alpine: "Setiap insan memiliki kelebihan tersendiri. Atasi kelemahan
dengan meminta pertolongan... dan aku tak pernah sekali-kali merasa
tinggi, kerana tingginya aku adalah kudrat ilahi..." -QUOTE BY:
Myself. |
sue_marie |
dimasukkan pada: 26-09-99 12:35 MST
ALPINE : Terima kasih banyak... sekadar ucapan terima kasih saje yang
dapat sue ucapkan ... segala komen Pine dan rerakan yang lain sangat2
sue perlukan.. sue mmg akui bahasa dan vocab banyak kekurangan..tapi
asalkan jalan cerita dapat difahami ok lah.. orang kata.. TAK MENCUBA
TAK MERASA...
Pokok gerharu diluar rimba, Ambil galah buat penyandar, Sue ini
baru je mencuba, Silap dan salah, sila beri tunjukajar!
HuH! Pine ..suka QUOTE u..!
--> cerita selanjutnya akan sambung jap lagi..
|
kupera |
dimasukkan pada: 26-09-99 15:26 MST
teman teman ... "Hidup tidak ubah saperti seorang musafir yang berjalan
menuju ke suatu arah tetapi dia sendiri tidak mengetahui kemana arah yang
hendak di tujui nya ... dan berjalan lah musafir menuju kesuatu destinasi
dan dalam perjalanan di liku liku kehidupan senyum,tawa dan duka pasti di
lalui nya dengan rasa tabah dan cekal .. sesekali ia tergelincir dan
terseliuh.. dia masih bole berdiri untuk meneruskan langkah langkah nya
walau pun langkah langkah itu kian longlai dan lesu ..
satu ketika dia akan tiba ke hujung nya dan berhenti sebentar mengesat
peluh dan keringat sambil mengubati luka luka akibat tergelincir dalam
jurang jurang yang dalam ... tapi langkah wajar diteruskan
.....
|
sue_marie |
dimasukkan pada: 26-09-99 18:06 MST
kupera : terima kasih atas coretan anda...teruskan lagi ya...
*************************************
sambungan --->
Eddie tersenyum sambil memegang erat tangan ina. Matanya jauh merenung
ke dalam mata ina dan ina tak tahan dengan renungan mata itu lalu
menundukkan kepalanya sambil tangannya perlahan2 dilepaskan dari genggaman
Eddie. " Tak lama lagi ina akan jadi sekretari ed. sayangg!... bila
Eddie dah tamat pengajian nanti ed. akan balik dan kita akan buka satu
syarikat milik bersama.... ok sayang!" ina mengangguk2kan kepalanya,
mengakui akan kebenaran kata2 Eddie... walaupun sebenarnya dia sedang
membayangkan sesuatu di hadapan yang belum pasti lagi..
Sudah setahun ina belajar di kolej dan Eddie sudah pun kembali ke AS
untuk menamatkan pengajiannya yang kini hanya tinggal setahun saja
lagi. "Cuti krismas tahun nie, Eddie tak dapat balik Sabah, sayang.
Banyak perkara yang nak dibereskan... lagipun pertengahan tahun depan,
bila semuanya sudah selesai... ed. akan balik ke sana juga." Itulah
pesanan terakhir dari Eddie semasa ia menelefon ina seminggu sebelum
perayaan hari krismas disambut. Sejak dari hari itu ina tidak lagi
menerima panggilan telefon maupun surat dari kekasihnya di seberang. Ina
pernah mencuba untuk menghubungi Eddie melalui telefon tetapi orang yang
menjawab panggilan memberitahu yang Eddie sudah pun berpindah ke tempat
lain dan ia sendiri tidak tahu. Surat2 yang dikirim tidak mendapat
balasan. Perkara ini semakin merungsingkan hati ina.... kalau dulu ia
sering ditemani dengan khabar berita dari seberang.... tapi kini semuanya
hanya tinggal sepi belaka. Kepalanya berbaur dengan seribu satu
persoalan.. hatinya berbisik halus, berdoa agar segalanya dapat diatasi
dengan harmoni. Serba salah Marlina semakin menjadi2. Dia masih
mengharapkan khabar dari seberang bagi meredakan persoalannya itu. Seolah2
ada sesuatu yang menyucuk jantungnya. Kekusutannya tidak juga terlerai.
Mengingatkan itu semua keresahannya semakin menghimpit hatinya. Mendidih
dadanya bagai ditanak lava panas. Dia hanya mampu melirik kepada masa
lampau yang hanya tinggal kenangan. Kemarahannya cepat meluap bagai api
membakar rumpai kering. Sejak kekusutannya menongkah arus, marahnya
berlipat ganda. Dari seorang gadis yang periang dan manja, ia mula
menjadi seorang yang suka menyendiri dan pendiam... "Apalah yang bakal
terjadi pada awak nie ina,... semakin hari semakin teruk nampak...!
Sudahlah, jangan diingat sangat orang yang dah pergi ... biarkan dia
dengan haluannya sendiri... ina kan masih muda... bukan si Eddie tu saje
yang dapat membahagiakan ina.... ramai lagi.." "Sudah!! jangan cakap
lagi... ina tak mauuu dengar nama itu lagi .... cukup!!" ina bangun dan
berjalan meninggalkan Anne.
Dia sebenarnya tidak pasti apa yang diperkatakan olehnya itu.. hatinya
tersentuh oleh suatu perasaan seni yang tidak mungkin dapat dirasakan oleh
mereka yang memiliki jiwa yang besar dan kasar. Kehidupan ini dirasakan
terlalu banyak menuntut pengorbanan dan perjuangan... Apa yang pasti
dia terasa gagal melayari hidup masa itu... tewas dalam memberi definasi
impian yang telah Eddie lakarkan untuknya...
Bersambung...... |
sue_marie |
dimasukkan pada: 27-09-99 13:40 MST
Lanjutan dari cerpen semalam...
--> Anne(N)pada ina, adalah seorang kawan yang masih dapat bertahan
dengan sikap ina... mereka begitu akrab sekali sejak ina mula memasuki
kolej kira2 setahun lebih.
Beberapa bulan sudah berlalu, satu perkhabran mengenai Eddie masih
belum diperolehi. Ina sendiri tidak pasti bila lagi Eddie dapat
memunculkan diri di depannya. Dia juga tidak tahu samada dia akan
mendengar cerita yang sarat dengan kata2 nasihat dan pengajaran untuknya
meneruskan hidup. Dan dia tidak tahu, bilakah semua kenangan masa lalu
itukan berulang lagi...???
Yang masih tersimpan di minda, adalah segugus doa mengharap kebahagian
dan ketabahan sebagai seorang teman dan kekasih.... pun begitu ia akan
terus menunggu saat2 pertemuan yang tak berkesudahan. Lirikannya hanya
kepada masa2 silam yang telah dianyam menjadi sebuah NOSTALGIA...
Ina tidak boleh membiarkan perkara itu pergi terlalu jauh dari
kenyataan. Ini merupakan satu peringatan baginya. Dia masih muda dalam
hidup ini tetapi telah membahami hakikat yang hampir2 menelan dan
memutuskan tali-temali pengikat dirinya selama beberapa tahun lalu.
Benarkah kata orang - hidup seorang gadis di dalam genggaman
keluarga..?? Ternyata dia tidak mahu terikat tanpa ikatan yang nyata...
terumbang-ambing di lautan tidak berpantai. Berkat ketabahan dan kesabaran
yang tersisa akhirnya dia berjaya juga berlabuh. Kini dia sudah mulai
dapat melupakan Eddie... walaupun di hati kecilnya tiada seorang pun dapat
merasa dan mengetahui hal sebenar..
Di suatu petang sedang ina dan rerakan yang lain bermain badminton di
dewan kolej, tiba2 ina terasa nak pitam. Pandangannya menjadi gelap,
badannya berpeluh dingin... ia tidak dapat mengawal keseimbangan badannya
lagi. Akhirnya ia jatuh tersungkur di gelanggang. "Ina.... inaaaa!!..
kenapa dengan awak nie, inaa???" N menggerak2kan tubuh badan ina. Rasa
cemas jelas terbayang di wajah Anne.. Kawan2 yang lain semuanya
mengerumuni ina. Mereka nampak panik dengan kejadian tersebut. Masing2
terpinga2...dalam kelam-kabut itu muncul seorang anak muda datang dan
mententeramkan keadaan. "Dia pengsan nie... mari tolong... kita angkat
dia ke kereta... hantarkan ke klinik sekarang juga..." tanpa banyak
bicara, ina di masukkan ke dalam kereta dan terus di hantar ke klinik
berhampiran.
"Macam mana dengan keadaan budak perempuan tu tuan doktor..?" tanya
pemuda tadi kepada doktor yang membuat pemeriksaan terhadap
ina.. "Hmmm... nampaknya setakat ini belum ada apa2 yang membimbangkan.
Dia agak keletihan, lagi pun badannya pucat!.. Mungkin budak nie tak makan
sejak siang tadi..." balas tuan doktor menenangkan hati pemuda
tadi. "Dia dah sedar?...dia di tahan?.. nak jumpa dengannya
boleh????..." bertalu-talu pertanyaan yang tersembur keluar dari mulut
Anne. Sejak tadi asyik mundar-mandir penuh cemas. Hatinya bagai tak sabar
nak tahu, apa sebenarnya yang menimpa ina... kenapalah ina tetiba jadi
begitu??.. " Sabar cik, bawa bertenang... memandangkan keadaannya dah
stabil dan tidak memudaratkan, maka saya membenarkan ia pulang. Dia dah
pun sedar... sekejap lagi akan keluar. Buat masa nie, jururawat sedang
mengambil beberapa sampel dari darahnya untuk dibuat ujian lanjut. Nanti
pihak kami akan memaklumkan kepada kalian setelah keputusan dari ujiannya
diperolehi.
Bersambung ......
|
tiong_mas |
dimasukkan pada: 28-09-99 13:39 MST
Tumpang nyebuk sikit bole tak? nak tanya ni panjang lagi ke
cerita/cerpen ni kita tukar nama camno .. Hikayat 1001 malam ...bole
?
salam yer .. |
sue_marie |
dimasukkan pada: 29-09-99 10:52 MST
tiong_mas;
Acctually cerita nih tak panjang lagi..sebab itu nama nya cerpen
aje.. kalau nak tukar tajuk bole juga..HIKAYAT 1001 MALAM...
hmmm..mane2 aje deh..! sue menurut aje..ok! terima kasih..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Cerpen akan bersambung
nanti..tungguuuuuuuuu!! sue... |
sue_marie |
dimasukkan pada: 29-09-99 13:30 MST
Sambungan .... Ina muncul di muka
pintu. Dia tersenyum sinis. Meskipun wajahnya masih nampak agak pucat
tetapi senyumannya sudah bisa menyerlahkan keayuan wajahnya. "Ina dah
ok..? tak rasa pening lagi..?? betulkah dah sihat nih..?? jangan nanti
bila dah balik hostel kang, pengsan pula..!!" "Hmmm.. ok dah..N.., ina
rasa segar sikit berbanding masa tadi tu... ishkk..taktaulah napa tetiba
je boleh jadi camni..??" ina berjalan ke arah sofa yang terletak dekat
dengan meja doktor. "Ina, perkenalkan ini en. Mohd.Suffian...dialah
yang telah berusaha membantu ina tadi... mulanya kami semua dah panik, tak
tahu apa nak buat.... nasib baik en.Suffian datang. Hmm.. kalau takk...tak
tahulah apa dah jadi..!!"tambah N lagi. Lirikannya tajam ke arah
en.Suffian yang sedang asyik memerhati gelagat kedua anak gadis itu.
"Apa khabar cik? saya Suffian...eehhh, panggil saje 'ian'! Cik dah rasa
sihat? Tak pening lagi..?" tanya Suffian seketika menghulur tangannya
untuk bersalam. "Haah..ok dah!...terima kasih banyak en.Suffian...eehh
ian..!" balas ina dengan nada perlahan dan lesu. Tangannya yang lembut
menyambut tangan Suffian.
Setelah selesai semua urusan dengan doktor, Suffian menghantar ina dan
N balik semula ke kolej. Meluncur kereta honda milik en.Suffian menghilang
di celah kesamaran malam. Hembusan angin malam mulai terasa menusuk tubuh.
Hujan gerimis yang turun seketika telah mulai reda. Suara cengkerik dan
katak-katak menjadi satu irama berdendang dengan sebebasnya.
"Nama cik..ina saje kah??" tanya Suffian memecah keheningan
malam. "Hmmm..Marlina..nama saya Marlina..panggil ina dah cukup!"balas
ina sambil menoleh Anne yang ketika itu sedang duduk di
belakangnya. "ooohh gitu!" Suffian mengangguk2kan kepalanya tanda
mengerti.
Dua tahun pengajian di kolej terasa cepat masa berlalu. Ina dah pun
tamat kursusnya. "Lepas nih..ina nak cari kerja atau macam mana? bagi
N, rasa2nya nak kerjalah... itu pun kalau dapat.. keluarga N nih orang
susah.. so, keadaan yang mendesak N supaya mencari pekerjaan. Bukan macam
ina... tak kerja pun boleh.." "Jangan macam tu N... ina belum buat
keputusan lagi.. mungkin nak kerja atau pun rehat dulu... entahlah!" jawab
ina ringkas. Malam itu Marlina dan Anne bersembang sampai jauh malam..
Keesokkan harinya masing-masing akan kembali ke tempat asal mereka.
Akan bermulalah suatu kehidupan yang baru buat para puteri yang akan
meninggalkan kolej tersebut. Selama 2 tahun lebih mereka bersama.. dalam
sendu dan ceria.... perpisahan merupakan satu tamparan hebat buat para
penghuni asrama. Awal pagi lagi ina dan N sudah pun bersiap sedia.
Masing-masing mengatur dan menyusun barang2 sendiri yang memang sejak
awal2 lagi telah disusun. "Jangan lupa berkirim khabar ya N.. manalah
tau ina tak sempat kirim ..N kirimlah dulu ya..."pinta ina mengelak
keresahan dan sebak di dada. "Laaaaa... kalau ia pun janganlah cakap
camtu ..ina!N akan sentiasa berkirim khabar.. bukan itu saja..kalau bisa N
akan telefon ina bila2 masa saja..ishkkkk! ...dah biasa bersama selama
lebih 2 tahun nih... tentu rindu bila berjauhan.." terang N apabila
melihat wajah ina yang sudah mulai mengoreskan suatu kesedihan di wajah
pagi...
bersambung......
|
tiong_mas |
dimasukkan pada: 01-10-99 20:31 MST
susah gak nak sambung ni ... nampak nya kena tunggu penulis asal
ni baru bole dengar cerita nya
|
sue_marie |
dimasukkan pada: 02-10-99 13:15 MST
tiong_mas...
terima kasih dan maafkan sue aduhai tiong... kalian tertunggu nak
dengar cerita ya..hmmm..sejak sehari dua nih..... sue blum dapat menulis
lagi.... ada sebablah tu... so tunggu sikit masa
lagi....ok! sabarrrrrrrr........ |
tiong_mas |
dimasukkan pada: 02-10-99 18:44 MST
Wokey....Sue_Marie tapi jangan lelama tau
|
sue_marie |
dimasukkan pada: 03-10-99 10:11 MST
Sambungan dari kisah seee malaaaaam....
Hujan yang turun renyai-renyai pagi itu mengharukan lagi detik
perpisahan antara kedua rakan karib itu. "Sudahlah ina, dah lewat
nih... abah tu nak cepat !" siibu cuba memecah kesyaduan yang sudah mulai
ketara itu. N menghulurkan tangannya tapi ina dengan cepat memeluk N. Air
mata yang mengenang sejak tadi mulai turun mengalir deras. Marlina tidak
dapat memyembunyikan kesedihan yang memang sudah beberapa kali cuba
disembunyikan . Gugurnya air dari mata syadu itu lebih hebat dari hujan di
pagi . "N, ina mohon maaf atas segala yang telah berlaku antara
kita.... mungkin secara sedar atau tidak... ina minta dihalalkan segala
yang termakan, minum atau apa2 jua pun...." kata2 ina mati disitu.
Bicaranya tidak dapat diteruskan ... sebak di dada terasa amat memilukan.
N hanya mampu menggangguk2kan kepalanya. Tidak ada kata2 yang keluar dari
mulut kedua anak gadis itu.. Hanya tangisan dan sendu mengiringi
perpisahan mereka.
Ibu menarik tangan ina, perlahan2 masuk ke dalam perut kereta pacuan 4
roda milik ayah ina. Ina hanya sempat melambai2kan tangan sambil wajahnya
masih memandang ke arah Anne yang ketika itu berdiri termanggu kesedihan.
Apakah mungkin kita akan dapat ketemu lagi N?.. bisik hati kecil ina
seolah2 tidak yakin dengan masa2 mendatang!..
Malam itu ina tidur sendirian di biliknya. Kalau selama dua tahun lebih
ini ia tidur berkawan tapi malam itu ina terpaksa kembali ke masa sebelum
memasuki kolej. Memang terasa sunyi; tiada teman untuk diajak bercerita.
Lainlah semasa bersama N di kolej.... masing2 boleh buka cerita!
"Ina.... ina... bangun ina, dah pukul berapa nih... matahari dah tinggi
lah, bangun!.." suara si ibu menjerit perlahan kedengaran di celah daun
pintu bilik ina. Sesekali di iringi dengan ketukkan pintu dari luar. "
Hmmm.. ialah, dah bangun pun..." sahut ina lembut. " Kejap lagi ina
keluar nih... ina nak mandi dulu..."
Pagi itu ina sarapan sendirian. Secawan milo C dengan sekeping roti
bakar berserta sebiji telur setengah masak; itu sudah pun lebih dari
mencukupi buat ina. " Abang, abah.. mana mi?..dah pegi keja?" tanya ina
ketika menyedari bahawa rumah itu kian sepi. "Haah, .. umi pun kejap
lagi nak keluar .. ada hal sikit. Ina jangan ke mana2.. duduk rumah.."
suara ibunya selamba tapi mengambarkan satu perintah buat ina. "Hmmm...
ialah.." ina akur dengan perintah ibunya.
Setelah ibunya keluar tinggallah ina keseorangan di rumah. Bagi ina
rumah itu jarang dihuninya sejak ia mula memasuki kolej dua tahun yang
lalu. Rumah yang terletak di pinggir bukit, terselit di antara dusun
menghijau dan hembusan bayu dari perbukitan. Nyaman dan damai suasana
kampung! Disitulah Marlina di besarkan kira-kira 20 tahun yang lalu, cuma
rumah itu telah di ubahsuai dari bentuk asalnya .
Lamunan ina terhenti seketika. Lagu puisi dendangan M.Nasir
berkumandang dari rumah-rumah yang terletak di bawah bukit. Lagu itu
benar-benar menggamit hati nya. Ina menarik nafas lega...terhibur dengan
irama dan lirik lagu itu.
bersambung.............
|
polong |
dimasukkan pada: 03-10-99 10:34 MST
temannnn.. teruskan tak sabar nak tahu kisah
selanjutnya... nampaknya nak kena tukar jadi cerpan bukan
cerpen.... |
sue_marie |
dimasukkan pada: 04-10-99 19:10 MST
polong: Hmmm.... dah jadi cerpan ya..bukan cerpen lagi. anyway..kalian
faham tak bahasa yang sue guna nih..maklumlah, bahasa sue bukannya
standard.. ok lah... kalian nak tahu endingnya, kena sabarrr..! nak sad
ending ke atau happy ending..??? apa2 pun sue teruskan
lagi.... makasih..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sambungan dari kisah semalam........
Marlina mula mengemas biliknya. Barang-barang yang baru di bawa balik
dari kolej semalam mula disusun-atur .Kebanyakkan dari barangan itu adalah
buku-buku pelajaran dan rujukan. Rak penyimpanan buku-buku yang kosong
telah mulai di penuhi dengan buku-buku yang baru di susun. Seharian ina
menghabiskan masanya di dalam bilik: mengemas dan menyusun semula
barang-barang termasuk buku. "Aduh! perut nih keroncong lagi..." suara
hati ina berbisik seketika bila lapar sudah mula dirasakan. Ina menuju ke
dapur mencari kalau ada apa-apa makanan yang boleh di isi dalam perutnya
yang sedang merintih !
"Hmmm... cuma roti saja yang ada....roti pun roti lah!" bisik ina
sendirian. Susu segar UHT dalam peti sejuk itu di minum bersama dua
keping roti putih. Cukuplah sekadar ini... Ina memujuk perutnya yang masih
belum kenyang lagi.
"Ina dah makan.? dah masak..?" tanya si ibu sekembalinya dari
berjalan. "Belum mi.. ina tengah kemas bilik, tak sedar pula cepat masa
berlalu; bila perut lapar baru sedar hari dah melangkaui kepala..;" jawab
ina terus berlalu masuk ke bilik. "Inaa..sini dulu sayangg.." jerit si
ibu. "Kenapa dengan ina nih..? nampak pucat je..;" tanya ibunya
lagi "Takde lah, ina letih agaknya mi.. hmm, ina nak rehat
kejap.."beritau ina selamba. Ibunya masih terpingga-pingga melihat
keadaan anak gadis kesayangannya.
Malam itu ina makan sekeluarga; Ibu, ayah dan abangnya semua bersatu.
Walaupun saat inilah yang sering di damba oleh ina namun wajah ina
tidaklah seceria wajah-wajah semalam.. Perutnya yang lapar hanya diisi
dengan sedikit makanan..Nampak betul ia tidak berselera.. "Kenapa tak
habiskan makanan tu ina?macam tak selera je... tak sedap?" si ayah yang
memang sejak tadi asyik memerhatikan sikap Marlina tetiba menegur .
"Hah!..abah tanya tu ina, .nape pulang-pulang rumah tunjuk muka sedih
pula?"abang ina mencelah setelah sekian lama tidak kedengaran
suaranya..Baru itulah ia mula bersuara sejak dari hari kepulangan
ina. Ina mengeleng2kan kepalanya terus berdiri meninggalkan meja
makan. "Minta diri dulu semua, ina dah selesai nih.." nada suaranya
semakin rendah antara kedengaran dengan tidak. Wajah-wajah yang sedang
menjamu selera di meja, berpandangan sesama mereka. Tidak ada suara yang
kedengaran!
"Ina ..nih aa telefon.. kawan ina telefon.." jerit si ibu bila bunyi
deringan telefon bergema nyaring. Ina bergegas keluar dari biliknya
dan menyambut gagang telefon itu. Panggilan yang memang dinanti2kan oleh
ina. Anne, rakan karib ina menelefon dari Tawau.. panggilan jauh juga!..
Suara ina mula kedengaran lantangnya. Kerinduan ina akhirnya bersambut
. Tampak sekali wajahnya berseri-seri bila mendapat panggilan telefon
dari Anne. Entah apa yang di bualkan oleh kedua-dua anak gadis itu....
tapi yang pasti suara ina begitu riang sekali. Malam itu ina tidur lena
.. mungkin kerana panggilan telefon dari Anne sedikit sebanyak meredakan
rindunya.
Bersambung....... |
MRZ |
dimasukkan pada: 04-10-99 19:42 MST
Sue.. lama tak dengar cerita.. |
Alpine
II |
dimasukkan pada: 04-10-99 21:41 MST
Interesting.... ingin terus mengetahui jalan cerita yang selanjutnya.
Alpine: |
JinAir |
dimasukkan pada: 05-10-99 08:49 MST
eerrr errrrr uuwwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa uwaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
(JinAir bukan boleh dengar cerita heavy-heavy gini) |
sue_marie |
dimasukkan pada: 05-10-99 13:57 MST
Salam semua....
MRZ... haii zali.. pe khabar../ ceta? biasa je nih.. ape sal senyap
nih..camana keje baru..?
Alpine: ok pine... nak ikut sambungan nya..heheh malu pula nak tulis
sbb guru mengintai nih...kalau salah, komen ya.. Interesting ka..?
iskk..iskk..
JinAir: hehehehhehehh.. ceta tak
heavy punya...jangan sedih lak...!amboi ciannyer,,
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Lanjutan dari kisah semalam...
Keesokkan hari ina mengajak sepupunya turun ke bandar."Ada sesuatu yang
ina nak cari, lyn... marilah temankan ina.." pujuk Marlina.
Orang
ramai mula membanjiri kompleks membeli-belah. Ina dan lyn masih berligar
di tingkat atas. Suasana kelam-kabut dan riuh rendah tidak ketentuan
bahasa didengar. "Eehhh.. ramainya orang.. ada sales ker... dah lama
tak gi shopping.." suara ina kedengaran di antara bunyi lagu-lagu yang
berkumandang dari kedai-kedai menjual kaset.
" Jomlah pergi ke tingkat bawah, kita masuk KFC dulu.." Ajakan ina
cepat disambut oleh sepupunya, Roselyn. "Memang dah diduga, kecik tapak
tangan, satu kompleks nih lyn tadahkan..hehehh.." "ialah.. ina pun lapar
nih.. cepat! Mereka menuruni anak-anak tangga untuk sampai ke tingkat
bawah. Ketika itu beberapa orang remaja sedang melepak di sebelah tangga
ke tingkat bawah. Budak-budak remaja itu cuba mengusik ina dan lyn... ina
membiarkan saja keadaan itu terus bergegas masuk ke kedai
KFC. Oopppsss..! Ina terperanjat besar bila dirasakan dirinya
hampir-hampir bertembung dengan seseorang yang kebetulan masa itu baru nak
keluar pintu. Nasib baik orang itu cepat mematikan
langkahnya. "Ooppss! jaga cik.." ina mengalihkan pandangannya ke depan
dan dengan cepat mengelak. " Maafkan saya encik ... saya tak
sengaja.."pinta ina sedikit sopan. "Tak per.. mujur juga tak berlaku
kemalangan kecil.." suara itu seperti pernah di dengar oleh
ina. "eerrr.. en.suffian kerr..?" tanya ina inginkan kepastian. "Ina
tak silap orang ker nih..?" "Ya, saya .. hmm.. cik Marlina kan!.."
balas Suffian dengan iringan satu senyuman.
Ina mengangguk2kan kepalanya, membalas senyum Suffian. "Ina apa
khabar? Lama tak jumpa.. tak sangka pula jumpa kat sini.. marilah masuk
dulu, kita sembang kejap, boleh kan.. "Hmm.. boleh!..silakan encik.."
jawab ina ringkas. Setelah memperkenalkan sepupunya, Roselyn kepada
Suffian, mereka bertiga mengambil tempat duduk terus memesan makanan.
"Dah lama tinggalkan kolej, ina?"tanya Suffian. "Baru je.. lebih
kurang 4 - 5 hari gitu.."terang ina. "Sekarang nih buat apa.. maksud
ian.. rancangan ina seterusnya..? udah keja?" "Belum lagi ian.. ina
belum mencari lagi... ingat nak rehat dulu seminggu dua nih.. tengoklah
selepas itu nanti... ian pula buat apa..? maaf aa ina bertanya.." "Tak
per.. sebenarnya ian keja sendiri.. adalah buat bisnes
kecil-kecilan. "Itu sudah cukup bagus ian.." balas ina memuji
ikhlas. "Hmmm.. kalau nak hubungi ina, boleh?" tanya Suffian memohon
keizinan Marlina. Wajah ina yang lembut cuba di tatapnya. "Untuk apa?"
balas ina dengan satu senyuman manja. Belum pun sempat Suffian menjawab,
lyn cepat menyampuk. "Boleh..boleh..kan ina.." Kenyataannya itu
disambut dengan ketawa kecil. "Kalau sekadar bertanya khabar, apa
salahnya..." sambung ina lagi. "Kalau boleh bagaimana ya..?telefon ada?
Suffian seolah2 tidak sabar menantikan jawapan ina. "Ada..kejap ya.."
ina mengeluarkan pennya dan mencatat nombor telefon yang dihajat oleh
Suffian. Secarik kertas yang baru dikoyakkannya, di catit dengan nombor
telefon untuk dihubungi. "ini nombor telefon rumah.. ina belum keja
lagi.. so hanya ini saja yang ada.. cukup?" "Ini pun dah lebih dari cukup,
ina.."senang hati Suffian menerima carikan kertas yang memuatkan nombor
telefon ina..010 860****.. nombor itu dihafalnya dalam otak. "Ok lah
ian, nampaknya kami dah nak balik nih"suara ina mematikan lamunan
Suffian. "Aaa.. ia..iaa..eerr boleh ian tolong hantarkan..?ian pun nak
balik juga.."ber iya2 sungguh ian menaruh harapan agar ina dan lyn
memenuhi kehendaknya. "Tak payahlah ian, nanti menyusahkan
pula.."dengan lembut ina menolak pelawaan Suffian. "Hmmm.. tak perlah
kalau orang tak sudi.. nak buat camana.." ketara betul nada suara Suffian
yang sedang diamuk rajuk. "Janganlah gitu ian.. ina cakap yang betul
nih.. lain kali sajalah ok! jumpa lagi.."sempat juga Suffian menghulur
tangannya untuk bersalam dengan ina.. lembut tangan ina digenggamnya.
Direnungnya wajah yang ayu itu bagaikan cahaya berseri-seri. Sedikit pun
tidak berkelip matanya .Ina cuba menggelak renungan dari seorang lelaki
dan dengan cepat mengalihkan lirikannya ke lain arah.
Anak-anak rambut yang beralun di dahinya terkadang mengusap dan
membelai pipinya.Cepat jemarinya membetul2kan rambut yang dibiarkan lepas
mencecah bahu. Ina dan lyn beredar meninggalkan Suffian yang masih
berdiri memerhatikan mereka berlalu. Hatinya masih bermain dengan
persoalan dan perasaan yang ia sendiri tidak faham... Haiii..inaaaa! bisik
hati kecilnya sebelum beredar meninggalkan tempat pertemuan itu.
bersambung................
|
udika |
dimasukkan pada: 06-10-99 08:52 MST
sue *sob*sob* sedih aku.... citer nie gerek aku tak tau apa yg menyedihkan
uwaaaaaa tapi aku rasa kau ngan alpine nie buat story nak kasi aku nangis
uhuk uhuk! ish! apa yg sedih nie uwaaaaaaaaaaaaa
sambunglah cepat cepat!!!! |
sue_marie |
dimasukkan pada: 06-10-99 14:56 MST
Lanjutan dari kisah di atas....
Malam itu ina menerima panggilan telefon yang pertama dari Suffian.
Entah apa yang dibualkan oleh mereka tapi yang nyata, ina banyak
tersenyum. Gelagatnya itu diperhatikan oleh kedua orang
tuanya. "Hmm..tengok si ina tu.. entah siapa lagi kawan nya itu...
panjang pula ceritanya.." heran siibu di lepaskan kepada ayah
ina. "Biarkan... ina tu dah besar panjang, awak tegurlah mana yang tak
kena. Awak pun kena faham perasaan dan keinginannya. Kan ina tu anak gadis
kesayangan awak.." kata2 si ayah diluahkan dengan teliti. Bulat mata
siibu memandang muka suaminya yang asyik membaca surat khabar.Bagi ibu,
walaupun ina sudah besar tapi ia tidak sanggup melihat anak gadisnya
ditimpa kekecewaan. Kasih sayang seorang ibu sepanjang hayat! Seorang ibu
selalu memikirkan kebahagian anaknya... sakit anaknya adalah sakit nya
juga! "Siapa yang telefon ina..?"resah siibu menantikan jawapan yang
pasti. "Kawan mi!" ringkas saja jawapan yang terkeluar dari mulut
ina. "Selamat malam mi..."dikucupnya dahi siibu terus
kebilik. "selamat malam abah" tangan ayahnya disalam dan dikucup
sama. "Hmm.. selamat malam..tidur baik2."sahut siayah mengiring langkah
ina ke ranjang malam.
Malam semakin larut. Rembulan sedang bercengkerama bersama
bintang-bintang di angkasa. Mungkin sang pungguk juga masih dalam
kerinduan menantikan bulan jatuh ke riba! Insan2 yang keletihan sedang
leka diulit mimpi. Ina masih asyik mendengar lagu sambil berinteraksi
dengan diri dan alam sekeliling yang memiliki keunikkan tersendiri. Kata
orang *SEPI ITU INDAH*, tapi di manakah kenyataannya yang
sebenar..?? Butir-butir bicara yang menjanjikan pertemuan hari esok
dengan Suffian membuat ina tak dapat melelapkan mata.Entah kenapa hatinya
berdebar-debar... Gambar Eddie dari dalam laci dimeja bersebelahan
dengan katilnya, dibawa keluar. Perlahan2 dikesat habuk yang melekat.
Masih elok lagi walaupun lama tersimpan. Rindunya pada kenangan lama sudah
lama mengersang! Wajah di dalam gambar itu seolah2 mengoyak impian
semalam yang tidak mahu dikenang lagi.Mungkin Eddie dah bahagia hidupnya
kini! Minat ina dalam seni-lukis masih tak pudar. Jari-jemari ina
pernah menari2 di dada kanvas bersama pensel dan berus lukisan. Wajah
Eddie pernah dilakarnya, walaupun tidak sama dengan wajah sebenar, ada
juga iras-iras. Potreat itu masih ada dalam simpanannya. Dia mahu melihat
potreat itu ketika dia rindu... Gambar Eddie segera diletakkan
kembali. Ina tidak mahu merindu lagi. Cukup! Desisnya sendiri...
"Dah lama tunggu..?"tanya ina perlahan , memandang tepat muka Suffian
sambil menguntum senyuman segar. "Baru juga ina.." balas Suffian
melihat2 jam di tangan. SEKUNTUM MAWAR MERAH berselitkan SEBUAH PUISI
dihulurkan pada Marlina, untuk permulaan bagi sebuah cerita....
Gemersik rindu yang mengalun seketika dulu tertanggal kini. Ina
membiarkan Suffian merenung wajahnya. Dari sinar mata Suffian jelas
terpancar kesegaran kelopak cinta yang baru berputik. Anak matanya
mempamerkan kekukuhan rindu yang harum mewangi... Masing-masing kaku
dan kelu dalam luahan rindu yang belum terucap. Ina mulai pasrah dan
rela... dia mengalah pada cinta yang datang menegur tanpa paksaan. Dia
tenggelam dalam getaran rasa yang mendebarkan. Dia tidak mampu menepis
cinta yang datang menggema. Tidakkah terlalu awal cinta bertandang
menjemput aku..? suara hati kecilnya berbisik.
Pertemuan hari itu benar-benar mencabar.Cukup bermakna dalam tinta
sejarah kasihnya. Lamaran kasih dari seorang insan bernama lelaki
dilemparkan pada bait-bait kata bisu yang tertinta di warkah biru. Ucap
cinta bersalut rindu melonggarkan kekecewaan masa lalu.
bersambung...( kalau rajin aa..)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aiyaaa...penattt juga!! ok.. nanti ada masa sue sambung semula... tapi
macam dah kena penyakit hilang mood je nie...hmmmmmm...
udika: apa macam ni?? malasss dah ... tapi ko jangan pula sedih ok..
|
udika |
dimasukkan pada: 07-10-99 06:44 MST
jangan give up babe! citer dah bagus nie ish! jangan plak sakit mood
aku tu merebak kat kau ish! keep it up ok! |
sue_marie |
dimasukkan pada: 09-10-99 08:59 MST
udika: helloo dika..
I won't give up babe..don't worry... just wait and see..!! tapi
ambik masa lama skit..sbb masa nih ade skit hal nak settle... so stay tune
ok! thanks dika... see ye.. |
sue_marie |
dimasukkan pada: 11-10-99 11:32 MST
Salamm semua...
Lamanya rehat menulis.. hmmm.. camana pun sue ingin teruskah cerpan
nih walau pun sedikit2 ok! Pepatah pun ada berkata: sedikit2 lama2 jadi
bukit... begitu nasihat temannn...
~~~~~~~~~~~~~~~
Lanjutan dari kisah lalu....
Pejam... celik... pejam...celik... tak sedar musim cepat berlalu. Dalam
tempoh yang singkat itu, jalinan kasih antara Suffian dan Marlina semakin
segar mengharum. Masing-masing terperangkap dalam mainan perasaan. ...
sukar untuk mencari jalan keluar. Mungkin kah itu yang dinamakan cinta..??
Yang datang tanpa di sedari. Memerangkap dalam diam, dan membelenggu dalam
senyap...!
Kini ina telah pun bekerja di salah sebuah syarikat di
ibukota. "Macam mana dengan tempat kerja tu ina..?"ayah ina cuba
merisik. " ok juga abah; persekitarannya biasa je.. orang2 pun semuanya
baik2 , tapi boss kata, sekali sekala kena pergi out station!" "Hah!
out station..??? kemana..? dengan siapa?"ibu ina cepat memotong. Berubah
air muka orang tua itu pabila mendengar kenyataan anak
gadisnya.. "Entahlah mi, ina pun tak tahu..."ina tunduk merenung lantai
rumah. Fikirannya melayang memikirkan macam mana rasa sekiranya dia di
arahkan ke OS nanti! "Kalau tak tahu, kenapa tak bincang dengan boss.
Bagi tau sebab sebenar samada ina dapat pergi atau pun tidak...!" semakin
kusut fikiran orang tua ina. "Manalah ina berani nak tanya2 waktu tu,
... nanti apa pula kata boss. baru pun masuk keje dah lawan tokey..!"
tambah ina..penuh kegelisahan.
Beberapa bulan selepas ina bekerja, ia diusulkan pergi ke Brunei; konon
mengurus klien dan kontek di situ.. Risau hati ina memikirkan hal itu
walaupun pemergiannya nanti akan ditemani seorang kakitangan wanita. Tapi
bukan itu masalahnya.. "Entahlah ian, susah nak cakap. Bengang juga ina
dibuatnya..."redup mata ina merenung Suffian. Dia ingin sekali melepaskan
kegelisahaannya. "Tak pe lah ina, bukannya lama sangat, tak sampai pun
seminggu.. 2/3 hari baliklah .. tak baik lawan majikan tau.."Suffian cuba
menenangkan hati Marlina.
Bunga-bunga tanjung yang baru gugur memutih di atas tanah di kawasan
rumah ina, dikutipnya sekuntum lalu di selitkan di celah rambut Marlina
yang panjang mencecah bahu. Harum bunga itu menyapa lembut hidung ina.
Kuntuman yang lain mewangikan suasana sekeliling dengan aroma semerbak. Di
bawah rimbunan itulah juga tempat ina mencari ilham pabila melakar
lukisannya. Pokok itu banyak menyimpan kenangan ina sekeluarga. Pokok
itu juga menyaksikan ina dan abangnya membesar dan jatuh bangun abah ina
dalam dunia perniagaan.
Beberapa bulan selepas itu.....
"Ina, sini dulu sayang.. umi nak cakap sikit...," " ya .. mi.ada
apa..?" ina menantikan soalan dari ibunya. "hmm.. umi tengok, ina ni
bukan main rapat lagi dengan budak melayu tu... orang mana,
ina..??" "Orang jauhh..tapi kerje di sini.. " merah muka ina menahan
malu dengan teguran ibunya. "Setakat mana hubungan ina dengan pemuda
itu..?" "Kawan biasa je.."dada ina semakin berdebar dengan pertanyaan
ibunya. Mau rasanya dia menceritakan hal sebenar tapi dirasakan masa belum
mengizinkan lagi. "Hmm.. kawan biasa?..umi tengok.. macam luar biasa
je... kalau kawan biasa , bukan begitu caranya.. selalu pula dia kemari..
masa ina ke Brunei dulu pun dia ada datang ke airport.. menghantar! pastu
.. masa ina balik, dia tunggu dengan sekuntum bunga .." "iskkk.. orang
tua nih.. panjang pula kesangsiannya.." bisik hati ina
sendirian. Telefon rumah pun berdering. Cepat ina mengangkat gagang
telefon. Ia sengaja berbuat begitu untuk mengelakkan daripada dihujani
pertanyaan ibunya. "Telefon ..cari abah... mana abah mi??" "Abah
dalam bilik bacaan... pergilah panggil.." beritahu ibu ina.
bersambung....... |
sue_marie |
dimasukkan pada: 13-10-99 10:38 MST
salam..
sambungannya nanti deh...masa nih belum sempat ye..
|
sue_marie |
dimasukkan pada: 15-10-99 11:10 MST
Lanjutan dari kisah yang lalu.....
---> Malam itu ina menghabiskan masanya dengan melukis ; Dia ingin
menyiapkan lukisannya yang lama tergendala itu. Sejak ia mula bekerja,
jemarinya sudah jarang bermain dengan warna dan berus di atas kertas
lukisan. Jemari lembut itu lebih banyak mengetuk mesin taip atau mencoret
ayat-ayat ringkas di buku nota.
Tetiba ina merasakan seperti ada sesuatu yang menghiris di dalam
dadanya dan dia rasa amat pedih sekali! "Aduuuuhhh..! sakitnyaaa...
tolonnngg miii...!!"suaranya mengerang kesakitan. Air matanya merembas
keluar menahan sakit . sakit yang tidak tertanggung olehnya barangkali....
Ina duduk memaut lututnya sambil mengerang2 kesakitan. Abangnya yang
baru kembali dari berjalan, mendengar jeritan ina. Dengan pantas ia meluru
ke bilik melihat ina. "Inaaa... apa halnya dengan kau nih..?"tanpa
berlengah lagi abangnya memimpin ina lalu meletakkannya di atas tilam
katilnya. "Umi..abahhh..! sini cepat.. tengok si ina nih..'"jeritannya
didengar oleh kedua2 orang tua ina. Cepat saja mereka bergegas ke
bilik melihat apa sebenarnya yang sedang berlaku. "Laaaa.. kenapa
dengan budak nih.. cepat, bawa dia ke hospital.." Malam itu juga ina
dihantar ke rumah sakit. "Kami terpaksa menahan budak nih encik. Kami
nak masukkan ia ke dalam wad, sebab nak buat pemeriksaan terapi.
Penyakitnya belum dapat dipastikan lagi. Tapi buat masa nih, keadaannya
kurang stabil. Bagaimana pun encik sekeluarga janganlah risau. Baliklah
dulu..nanti kami akan bagitau atau hubungi encik kalau ada apa-apa perlu.
Bertambahlah runsing keluarga ina bila mendengar penjelasan dari doktor
yang membuat pemeriksaan. "Biar umi saja yang temankan ina di wad nih.
Abah dan abang, baliklah ke rumah..." pinta si ibu penuh kerisauan. Tak
mau rasanya dia berpisah dengan anak gadisnya kesayangannya itu. "Umi,
abah .. baliklah dulu.. rihat di rumah.. cukupkan tidur.. biar saya saja
yang menjaga ina.." abang ina cuba menawarkan khidmatnya.
Sejak dari kejadian hari itu, ina diusulkan berjumpa doktor dua kali
dalam seminggu. Setiap kali ke hospital, ina ditemani oleh Suffian. Setiap
kali pemeriksaan dibuat, ujian darah akan dijalankan. "Ina dah
bosanlah, balik2 ke hosital. Setiap kali pergi.. setiap itu juga darah
akan diambil. Sakit pula tu... kadang tu, nurse balik2 cucuk, sebab darah
tak dapat lagi.. habis lebam sudah tangan ina nih..! "Sabarlah ina,
memang dah begitu jadinya,... nak buat camana lagi.."pujuk Suffian bila
mendengar rintihan Marlina.
bersambung lagi... kalau rajin ya.. |
butterfly |
dimasukkan pada: 15-10-99 13:43 MST
Mistress of the skies Pride of the air Crowning glory While the
servent waited below Living a vicarious pleasure In the soaring
flight Hawk of heaven Let me fly free like you
The frenzied sound of speeding wings Searched the answer and the
night skies Hopes pinned on one thing Trust and loyalty would come
first
|
sue_marie |
dimasukkan pada: 17-10-99 15:05 MST
Salam sayangg ...
"Onu abal ..?" (Apa khabar..?) "Avasi.." (Baik..)
~~~~~~~~~~~~
butterfly :... terima kasih ...
~~~~~~~~~~~~
Lanjutan dari kisah yang lalu...
---> Beberapa bulan kemudiannya, ina merasakan tahap kesihatannya
semakin merosot. Hasil pemeriksaan dan susulannya ke hospital masih belum
mendapat apa-apa keputusan. "Agaknya apa dah kena dengan ina
nih..?"keresahannya di suarakan pada Suffian. Lorong kecil yang
membawa mereka ke kolam ikan di kawasan rumah ina disusur sambil
bermandikan cahaya senja. Sebuah pondok kecil berbentuk pohon cendawan,
bertiangkan sebatang kayu belian dan beratapkan daun rumbia terletak
disebelah kolam ikan. Terasa segar duduk di situ sambil menyaksikan dusun
menghijau di lereng bukit bersebelahan. Hembusan bayu senja nyaman
mengusap wajah! Pepohon bunga yang ditanam oleh ina bersama ibunya,
tersusun rapi di celah bunga-bunga renek yang dibuat memanjang menyusur
jalan kecil. Suffian suka dengan suasana itu. Kicau burung bersahutan
seolah-olah mengerti perasaan sepasang teruna dara yang sedang menyaksikan
keindahan alam ...saujana mata memandang!
"Sabarlah ina... jangan difikir sangat keadaan itu. Ian benar2
sayangkan ina.. percayalah! Walau apa jua pun , ian takkan tinggalkan
ina...:"suffian cuba memperkukuhkan lagi kata2 hatinya yang pernah
dilafazkan pada ina suatu ketika dulu. Wajah ina di renungnya perlahan..
ia sempat menyaksikan air2 jernih mengalir melewati pipi ina. Diambil
sehelai sapu tangan dari sakunya lalu di kesat limpahan air yang tumpah ke
bumi..
Marlina menutup mata, menahan sebak di dada.Mungkin kesedihannya itu
ujud kerana ia terlalu membayangkan masa depan yang belum pasti ceritanya.
Bagaimana pun, dia merasakan sesuatu kesamaran yang lebih condong ke arah
kegelapan! Dia tidak dapat mengawal rasa sebak.. di rebahkan kepalanya ke
dada Suffian untuk satu teduhan yang damai. Dia cuma inginkan
ketenangan... Marlina sedar kasihnya yang semakin segar terhadap
Suffian, tulus dan suci. Begitu juga dengan Suffian. Cinta mereka bukan
berkiblatkan harta dan rupa..jauh sekali!
Setidak-tidaknya kehadiran Suffian dapat mengajak Marlina larut dalam
gelora rindu. Dia ingin sekali mengkhabar kepada karangan laut, kepada
ombak... supaya semua tahu... dia ingin berkhabarkan pada rerumput yang
bergoyang supaya mendengar katanya bukan melihat ia berbicara... dia ingin
sekali membisik kepada bayu bahawa jiwanya sudah tertambat dan ada sebuah
lagu yang sedang mengalun di sebalik rimbunan dedaun.. dan apabila mata
bertaut, ada getaran di balik pagar terbatas.
Marlina duduk merenung senja yang telah disapanya tetapi belum
berjawab. Suffian pula asyik memahat langit dengan angan2 dan mengukir
kedatangan malam dengan bayang2. Digenggam erat tangan Marlina.. enggan
dilepaskan lagi... hendak di ikatnya dengan benang kasih
sayang.! Gemuruh ombak di pantai, sesejuk lembut deruan angin, tidak
mampu mengusir kasihnya terhadap Marlina. Barangkali takdir tengah
berbicara tentang apa yang di peruntukkan buat mereka..
bersambung....( bila rajin ya...)
|
Alpine
II |
dimasukkan pada: 19-10-99 12:54 MST
he he, kewwlll.....
tips: elok tulis bila ada mood. Kalau tulis di atas kertas, dan
kemudian type di sini pun okay. Anyway, you did a good job. As i promised,
i read all of your story.... kinda interesting. Kepp it up!
-Alpine dedicated from NOVEL SATU. |
sue_marie |
dimasukkan pada: 20-10-99 14:44 MST
Salam buat semua pembaca...
Alpine: Huh! terima kasih..pine..kerana luangkan masa untuk membaca
cerpen yang telah menjadi cerpan nih.. anyway..thanks for the tips..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Lanjutan dari kisah yang lalu( sue singkatkan cerita ya..)....
Keesokkan hari, seperti biasa Suffian mengajak Marlina keluar makan
tengah hari. "Kita makan kat bawah nih je, ian.." pinta Marlina apabila
teringat akan janjinya dengan Anne. Suffian hanya menurut kehendak Marlina
dan ketika mereka sampai ke restoran di tingkat bawah, N telah pun
bersedia menanti kedatangan mereka.Anne tergaman melihat Suffian ada
bersama-sama. Dia tidak menduga antara Marlina dan Suffian telah bercambah
bibit-bibit cinta yang harum menyegar. Anne hanya tersenyum melihat
kemesraan kasih dua insan yang baru ditemuinya itu. "Mungkin N akan
terima tawaran bekerja di K.K nih ina. N akan menumpang di rumah aunty di
Likas... itu pun buat sementara waktu saje... kalau dah ok, mungkin N akan
mula tinggal menyewa!" "aaah...menyewa? kenapa nak menyewa, sayang duit
N tu terbuang gitu saje... napa tak tinggal di rumah saudara-mara; duit..,
N boleh simpan..!" "Tapi, takkanlah sepanjang masa nak menumpang... tak
elok juga... nanti tak de privacy pulak...'"senyum N membayangkan sesuatu.
Borak punya borak, tak sedar masa dah masuk waktu bekerja.Ketiga-tiga
insan itu pun mula berpecah haluan. masing-masing mengikut laluan
sendiri.. Keesokan paginya seperti biasa, Marlina ke hospital untuk
membuat susulan pemeriksaan doktor terhadap kesihatannya. Sebenarnya dia
sudah serik dengan keadaan itu: berjumpa dengan tuan doktor, dirasakan
tidak membawa apa2 perubahan yang baik terhadap kesihatannya .. Tubuh
badan Marlina nampak semakin mengurus.. berat badannya pula kian
menyusut. "Apa macam cik Marlina..?..ada baik.? tanya doktor sebelum
memulakan bicara sebagai seorang pakar perubatan. "Entahlah tuan
doktor.. macam ini jugalah keadaan saya, tiada perubahan, rasa semakin
lemah ..!kenapa agaknya boleh jadi begini.?"Marlina mula menagih jawapan
terhadap pertanyaannya itu.
Doktor pula asyik membelek2kan fail /rekod kesihatan Marlina. Dibacanya
kertas-kertas yang ada tercatat keputusan ujian yang telah Marlina jalani
termasuklah ujian darah.. setelah hampir selesai membelek surat-surat
dan kertas di dalam fail, doktor pun menggeleng2kan kepalanya. Terukir
suatu keresahan di wajah doktor yang sudah agak separuh usia itu.
Garis-garis halus di dahinya sudah mula kelihatan... ia merenung muka
Marlina yang semakin sayu dan hiba ... sedangkan Marlina hanya membisu
bicara.
Hatinya bergolak dengan pelbagai kegelisahan! Apa agaknya yang bakal
disampaikan oleh tuan doktor kepadanya nanti. Dipandangnya wajah tuan
doktor itu, bagaikan menembusi halangan menyekat!
bersambung... (maaf ya,.. letih lagi nih.. pagi tadik.. bz
sekali..
|
sue_marie |
dimasukkan pada: 22-10-99 12:40 MST
Lanjutan dari kisah yang lalu....
--> Marlina semakin mendesak ..Dia mendesak doktor supaya
memberitahunya perkara sebenar. "Tolonglah tuan doktor.. apa sebenarnya
yang terjadi kepada diri saya . Kerisauannya kian menebal. Golak
pertanyaan berligar-ligar di kepalanya. Tidak sabar ia menanti
jawapan. "Sabarlah cik Marlina.... banyak-banyak bersabar..." "Tapi
bagaimana saya harus bersabar tuan doktor..perassan saya tidak
tenang...saya sanggup terima kenyataan dari doktor... saya redha!...saya
faham!..doktor tidak seharusnya menyembunyikan penyakit saya. Saya faham
akan tanggung jawab doktor... memang tugas doktor menjaga hati pesakit
lantas itu mungkin doktor tidak mahu memberitahu saya... tapi saya juga
punya hak untuk tahu, doktor!... tolonglah bagi tahu saya... jangan seksa
saya dengan persoalan saya sendiri... saya sanggup!.. saya rela!.. betapa
pun berat dan hebat keadaan ini.. saya dah bersedia menerima.. Plizzzz
....." bertalu-talu simpati yang cuba didambanya... macam-macam rayuan
yang terhambur dari mulut Marlina.
Doktor hanya memandang sayu pada Marlina. Dia memang sudah biasa dengan
keadaan dan gelagatpesakit yang datang meminta rawatan. Barangkali melihat
akan kesungguhan Marlina, akhirnya doktor pun mengaku kalah... kalah pada
keteguhan hati seorang hamba yang sedang memperjuangkan hidupnya di ambang
kegelapan.. "Baiklah cik Marlina..." katanya memulakan bicara. Marlina
memandang tajam ke anak mata tuan doktor.Segala apa yang di perkatakan dan
dijelaskan , di dengarnya dengan penuh khusyuk dan teliti. Semakin
banyak perkara yang dia tahu. dia mula terasa sebak. Jiwanya yang lembut
..mula tergores!.. setiap patah kata yang keluar dari mulut doktor,
seolah-olah merobek hati dan jiwanya. Bagaikan turunnya belati dari langit
resah yang hujungnya ditancapkan , menikam dada... Air mata mula bergenang
di kelopak mata ayu itu. Dia tidak lagi merenung mata doktor di
sebelahnya. Pandangannya telah dialihkan ke luar jendela.. Di situ ,
Marlina dapat melihat jalan ke hadapan .. dia terbayangkan suatu laluan
yang gelap pekat... tiada pelita buatnya penyuluh jalan...! Kata-kata
doktor tidak lagi singgah di cuping telinganya. Seketika matanya
berkerdip, merembaslah air jernih turun mengalir membasahipipi.. sederas
air tumpah yang tak terhalang... Ooh Tuhan!apakah dosa ku ... apakah
salah ku..sehingga aku yang Engkau pilih untuk menghadapi dugaan perit
ini...Marlina hampir hilang ingatan. Dia tidak sedar bahawa doktor sedang
merenung nya.. "Sabarlah cik... kenyataan ini barangkali hanya satu
kemungkinan cuma...jangan cepat berputus asa.. berserah saje pada yang
Esa.. "aaahhhh, doktor bukan malaikat... dan adalah menjadi tugas doktor
menyenangkan hati pesakit, fikirnya sendiri di dalam hati....
bersambung di lain masa...
|
PuTeRi_MeLaYu79 |
dimasukkan pada: 22-10-99 15:11 MST
Assalamualaikum.....
Hai...sue_marie...kau punyee..cerpen nie boleh tahan..laaa best
nyee...saye nie pun suke gak bace cerpen nie...cepat laa..sikit habiskan
cerita nie..saya nie tak sabarr nak tahu andingnyee...okeylaa...teruskan
berkarya....ok....bye...
...Hidup Mesti Terus.. ~PuTeRi_MeLaYu79~
|
sue_marie |
dimasukkan pada: 22-10-99 18:46 MST
Salam buat PuTeRi_MeLaYu79...
Terima kasih atas kesempatan anda membaca cerpen yang sue tulis.. sue tak janji sampai bila akan habis
cerpen ini..tapi sue berusaha meringkaskan nya setakat yang dapat.. lagi
pun nak reka cerpen, ikut mood juga.. hmm..kalau nak tahu endingnya
..kenalah ikut hingga ke penghujungnya..ok!
..sue..
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Lanjutan dari kisah semalam...
Marlina tunduk... dihelanya nafas panjang, sekurang2nya dapat melegakan
perasan yang sedang berkecamuk pilu. Ingin sekali dia menjerit, tapi
jeritannya tidak bergema.! Marlina keluar meninggalkan bilik doktor. Dia
ingin pergi jauh ....jauuuuuhhh sekaliiiii...! Wajah-wajah orang
tersayang : umi, abah, abang, Anne dan juga Suffian.. silih berganti..
Ooohh tidaakk! Tidak mungkin...mana mungkin!.. Doktor yang silap meneka .
Dia menolak kenyataan doktor walau di hatinya tetap ada kebenaran... Aku
belum mau mati lagi! Aku ingin hidup lebih lama lagi.... bagilah aku
sedikit ruang kesempatan untuk meneruskan hidup ini.. kenyataan doktor
itu masih berdesir di telinganya. Kenyataan itu juga dirasakan telah
meragut segala impian murninya..
Lama ia duduk di bawah pepohon rendang memerhatikan para pesakit yang
keluar masuk ke hospital. Tidak lama kemudian Suffian muncul menjemputnya.
Marlina cuba mengelak keresahannya. Cepat-cepat di kesat air yang turun
mengalir . "Hmm...dah lama tunggu, ina.." tanya Suffian bila melihat
Marlina berdiri menantinya. "Tidaklah.. baru juga nih.. tidak pun
sampai lima minit.." senyum Marlina terukir manis menyambut kedatangan
Suffian. Mereka berjalan menuju ke kereta. Dalam perjalanan, Marlina hanya
diam. Dia cuba untuk menyembunyikan keadaan sebenar. Dia tidak mahu
Suffian mengorek rahsianya. Di hatinya sudah terniat untuk tidak mahu
berkongsi rahsia. "Apa kata doktor, ina..? Ina nampak diam je kali
nih...." "Tak de apa-apa ian...biasalah.." Marlina masih dapat menahan
perasaannya. Sebak di dada yang mesih menggetar, berjaya
dikawalnya. "Kita pergi lunch dulu, ye sayang.." Suffian bersuara
seketika.. "Tak nak lah,.. ina nak balik rumah.. malas nak
berjalan.." "Baiklah sayang, ina rihatlah ye.." Suffian terus
menghantar Marlina ke rumahnya. Ketika itu ibu Marlina sedang berada
di laman rumah, memerhatikan bunga-bunga yang segar di taman tersusun
dalam pasu-pasu besar. Dilihatnya Suffian datang menghantar Marlina
pulang. Suffian tidak singgah lagi. Dia meminta diri untuk terus
beredar... Marlina melangkah lesu menuju ke biliknya.. Ibunya hanya sempat
memerhatikan gerak laku anak gadis kesayangannya . Tidak lama kemudian,
Marlina keluar ke dapur mengambil sesuatu.. "Ina, sini dulu .. ada umi
nak bincangkan dengan ina..hmm.. umi nak tahu perkara sebenar nih.. terus
terang pada umi.. jangan berdalih!" "Nak tau apa mi..?
tanyalah.."Marlina mengangguk2kan kepalanya.. " ..duduklah dulu ...
banyak yang umi nak cakap.." "Ia mi... tanyalah apa yang umi nak
tahu.." fikiran Marlina masih lagi kusut. Walaupun mukanya kelihatan lesu,
tetapi senyumannya masih dapat menyembunyikan rahsia yang baru dihimpun
tadi. " Antara ina dengan budak Suffian tu.. apa sebenarnya hubungan
kalian..?? umi tengok semakin rapat kamu berdua... umi takut ina.. si
Suffian tu berlainan ugama dari kita.." Ibu nya memulakan soalan.
Dilihatnya Marlina hanya berdiam diri. Tidak ada respon diterima dari
persoalannya itu. "Ina bercinta dengan Suffian tu ye..??" Kata-kata
itulah yang dirasakan berat untuk dirisik oleh seorang ibu terhadap anak
gadisnya.
Bersambung di lain masa.....
|
sue_marie |
dimasukkan pada: 25-10-99 19:15 MST
Lanjutan dari kisah yang lalu....
Marlina mengangguk2kan kepalanya. Dia tunduk sambil menepuk2 tilam
kerusi yang sedia kemas itu. " Apa yang harus saya perkatakan lagi,
mi.." dia mulai bersuara setelah lama membisu untuk beberapa waktu. "
Beginilah... sebenarnya tindak-tanduk Suffian, ina dah faham mi.. cinta
kami bukan bertolak dari rasa simpati. Cinta kami berputik dari rasa
kejujuran dan keikhlasan .... umi faham kan..!" walaupun Marlina tidak
menangis tetapi suaranya bergetar menahan perasaan.Ibunya merenung Marlina
sedalam mungkin. "Sebenarnya.. ina tak sanggup lagi gagal.. ina sudah
merasakan betapa sakit! Dia meninggalkan luka yang mendalam..." keluh
Marlina. Ibu jadi semakin binggung. Perasaan kasihan bercampur baur
dengan rasa kekesalan berkaca-kaca di wajahnya.
" Sememangnya setiap wanita memerlukan lelaki dalam hidupnya, tapi
kalau hanya kerana terpaksa mengorbankan agama dan pegangan, maka itu
sudah keterlaluan ina.. ibu pohon, ina lupakan tentang Suffian ..."
kelopak matanya bergerak-gerak. Tangan Marlina digenggamnya erat. "
Walaupun cinta itu kudus dan mengasyikkan, tapi yang jadi penentu adalah
rasa cinta kepada agama itu sendiri. Cinta kepada lelaki tidak akan
menjamin kehidupan kekalnya. Yang menjamin keselamatan kekalnya bukan
perkhawinan atau agama barunya... tetapi kebenaran....cinta tidak
seharusnya di persatukan..!
Marlina melepaskan tangan yang digenggam ibunya itu lalu menekup muka
menahan rasa sedih. Dia tidak berdaya menjawab. Didikan agama yang
diperolehinya sejak kecil begitu kuat, tambahan pula keluarganya setia
berpegang teguh pada agamanya. "Tapi kami amat mencintai mi,..ina tak
sanggup berpisah dengannya.." hatinya mulai menjerit.. jiwanya mula
meronta-ronta.. dia benar-benar rasa tertekan dengan keadaan yang menimpa2
itu. Air matanya mula mengalir di pipi. Sesungguhnya tidak ada kata yang
dapat dibayangkan betapa dalamnya cinta kasihnya terhadap Suffian.
Ibunya turut sama menitiskan air mata. Dia faham cinta kasih anaknya
terhadap pemuda yang tidak seagama itu.. tapi dia tidak sanggup melihat
anaknya menggadai keluarga dan agama hanya kerana mancintai Suffian yang
berlainan agama, bangsa dan kepercayaan. Oleh sebab itu dia harus
memutuskan hubungan itu walau dalam keadaan terpaksa. Marlina lari ke
dalam biliknya.. Dia menangis semahunya.. Kesedihan yang dirasakan pada
hari itu benar-benar mengugat kesabaran dan ketabahan hatinya sebagai
seorang hamba di dunia dan sebagai seorang anak dalam sebuah keluarga. Ibu
hanya membiarkan keadaan itu. Dia tidak mahu memujuk dan berbincang lagi.
Segala apa yang terselit di otaknya telah pun diluahkan.
bersambung.....
|
sue_marie |
dimasukkan pada: 26-10-99 19:06 MST
Lanjutan dari kisah semalam...
Malam itu Marlina tidur awal dari biasanya. Sewaktu Suffian menelefon,
ibu memberitahu yang Marlina sedang tidur. Ibu tidak pula menyampaikan
pesan Suffian pada Marlina. Keesokkan harinya Marlina ke pejabat
seperti biasa.Masa rihat tengah hari Suffian datang menjemput Marlina
keluar 'lunch'... Marlina akur dengan jemputan itu. Dia akur kerana
rindu... dia akur kerana mahu... walaupun dia sedang bergelut
resah. "Semalam ian telefon ina, tapi umi kata ina dah tidur.."Suffian
memulakan bicara semasa menanti makanan yang dipesan. " Ia..? jam
berapa..? " suara Marlina selamba tapi tenang. " Jam 9 macam
tu.." "Agaknya ina dah tidur... ian telefon pasal apa..? tanya Marlina
lagi. Dia seakan2 cuba mengingati masa lenanya semalam. " Hmm..
sesaja.. nak dengar suara ina.. rinduuu!.. " senyum Suffian. " Ina,
esokkan hari sabtu.. syarikat akan mengadakan satu majlis.. nanti ian
datang jemput ina di rumah, ya.." " Hmm.. majlis apa pula tu ..jam
berapa..?" "Majlis anugerah cemerlang.. untuk kakitangan yang
berpotensi cemerlang!" jawab Suffian. "Hmm..ntah lah ian.. rasanya ina
tak dapat hadir.." ucap Marlina lagi. "Kenapa pula?.. ina tak sihat?.."
kata-kata Marlina membuat Suffian tersentak. Selama ini Marlina tidak
pernah menolak pelawaan nya.. Marlina tidak menjawab. Dia diam membisu.
Hatinya bergolak sayu. Mahu saja diletakkan kepalanya di dada Suffian
untuk menenangkan jiwanya, tapi keputusan yang baru diambilnya semalam
terpaksa dilakukan walaupun hati sakit dan pilu.. Orang-orang yang
disayangi tidak harus merana kerananya. Biarlah orang-orang tersayang itu
merana seketika ini . Dia mahu melihat mereka bahagia kelak. Dia ingin
segalanya damai sebelum masanya tiba... sebelum matanya tertutup rapat.
Kan doktor berkata..hidupku takkan bertahan lama.. paling lama 1/2 tahun
... 6 bulan!..aaahhhh! itu cuma tekaan doktor... doktor bukan malaikat!..
tapi, walaupun cuma tekaan doktor.. aku harus bersedia.. aku tidak mahu
orang lain mengetahui.. aku tidak ingin meninggalkan orang-orang tersayang
dalam penantian yang tidak bertepi sebelum mata ini tertutup buat
selamanya.! "Ina .. kenapa sayang?.. jauh lamunan.." Suffian menegur
setelah dilihatnya Marlina diam seketika. " Ehh.. tak de apa ian..jom
makan!.."pinta Marlina seketika makanan yang dipesan sampai.
Suffian tidak lagi mengulangi pertanyaannya. Dia faham dengan sikap
Marlina. Dia tahu Marlina sedang menyembunyikan sesuatu daripadanya,
walaupun tidak tahu apakah perkara itu. Dia tidak mahu mempersoalkan lagi.
Dia akan terus menanti sampai bila hati Marlina terbuka untuk
menyuarakannya.
Detik masa berlalu... Marlina semakin pasrah terhadap dugaan yang
melanda. Betullah seperti kata doktor.. penyakit ina akan bertambah berat
dalam masa yang sesingkat itu. Kerana itu, dia ingin perlakukan sesuatu
... dia tidak mahu pergi begitu saja.. Dia mula menjauhkan diri dari
Suffian. Dia juga sudah meletakkan jawatan di tempat
pekerjaannya. Seketika Suffian tidak berupaya menghubungi Marlina di
pejabat, lantas dia bertandang ke rumah Marlina.. Sayangnya sesampai dia
di situ, dia telah dihalang oleh abang Marlina yang kebetulan ketika itu
sedang duduk di laman rumah. "Maafkan saya en. Suffian... kami tidak
dapat membenarkan awak masuk,.. ketemu Marlina... Dia sedang 'tenat'.. dia
perlu berihat!.." Bagaikan gelap dunia ini dirasakan oleh Suffian bila
mendengar yang Marlina sedang 'tenat'... oohh sayang!.. apa benarkah
berita yang baru ku dengar ini atau sekadar alasan untuk kau menyisihkan
diri dariku.. fikir Suffian. Namun belum pun sempat Suffian bertanya...
suasana menjadi kelam-kabut. Ibu Marlina tetiba menjerit memanggil abang
Marlina. "Marlina sedang tenat... kita harus bawa dia ke hospital
sekarang juga..walaupun doktor tidak mampu berbuat apa-apa lagi... Kita
tidak mahu membiarkan dia dalam keadaan begitu.. cepat..!" suara ibunya
bergetar bersama tangisan yang tertahan-tahan.
bersambung.....
|
Alpine
II |
dimasukkan pada: 26-10-99 19:36 MST
Keep it up sue..... I'm always support you.
Your truly, Alpine. |
sue_marie |
dimasukkan pada: 28-10-99 13:19 MST
ALPINE... Mekasih Pinee... heh! tak lama lagi nak habis dah cerpen
ni.. Anyway..thanks for everything!
Huh!
~~~~~~~~~~~~~~~~~
Lanjutan dari kisah lalu...
Masa itu juga Marlina dikejarkan ke hospital. Nafasnya tersekat-sekat.
Ibu resah dalam tangisan. Doa-doa meniti di bibirnya. Suffian mengekori
dari belakang. Marlina dimasukkan ke wad kecemasan. Di situ dia
diberikan bantuan oksijin. Orang-orang tersayang semuanya sedang menunggu
di luar dengan debar menyelimuti diri. Ayah Marlina juga ada bersama. Riak
di wajah mereka penuh dengan tanda-tanya dan cemas. Suffian duduk
tenang di hujung kerusi dekat dengan pintu bilik kecemasan. Tidak lama
kemudian doktor pun keluar dari bilik kecemasan. Dilihatnya ahli keluarga
Marlina semua ada di situ. "Maafkan saya... mana satu ahli keluarga
terdekat cik Marlina ni..?" Doktor merenung satu persatu muka yang hadir
di situ. " Saya ayahnya Marlina... bagaimana dengan keadaan anak saya
tuan doktor..?" ayah Marlina menyoal doktor dengan nada gelisah. "
Begini encik..anak tuan itu masih dalam keadaan tidak sedarkan diri.
Setakat ini sukar bagi kami hendak meramalkan sesuatu ... sebenarnya,
keadaannya memanglah tenat... tidak ada rawatan perubatan yang boleh
membantunya lagi.. Bagaimana pun kita tidak seharusnya berputus asa....
berserah saja pada tuhan : sambil itu pihak kami akan sentiasa berusaha
setakat yang terdaya." "Tapi , doktor... kesian anak saya ini... dia
masih muda.. jangan biarkan dia pergi begitu saja... tolonglah selamatkan
lah dia. Bukankah setiap penyakit itu ada ubatnya.?" menitis airmata ibu
mendengar kata-kata tuan doktor tadi.Terbayang-bayang wajah Marlina di
matanya dengan rambutnya yang beralun cecah ke bahu. Anak gadis
kesayangannya takkan dibiarkan pergi dalam usia yang masih muda. "Boleh
kami masuk melihat keadaannya..?" Ayah Marlina cuba mendapat izin. "
Maafkan saya.. kalian belum boleh dibenarkan masuk sebab kakitangan kami
sedang berusaha merawatnya. Bagaimana pun kalian boleh melihat dari luar
melalui kaca dibilik kecemasan. Nanti bila semuanya sudah selesai... pihak
kami akan benarkan masuk.
Sudah dua malam Marlina berada di wad kecemasan tapi dia masih dalam
keadaan yang sama. Keluarganya silih berganti menemaninya. Suffian juga
tidak berganjak dari situ... kalau ada pun, dia pulang hanya untuk mandi
dan makan sahaja. Kebetulan masa itu, ibu Marlina bersama Suffian
berada di sisi Marlina. Ibu merenung muka sayu Suffian. Dilihatnya mata
Suffian cengkung sedikit akibat kurang tidur dan rihat. Selama tiga hari
Marlina berada di wad, tiga hari itu jugalah Suffian setia bersama
menemani. Bertambah pilu hati orang tua itu melihat akan cinta kasih
Suffian yang begitu suci dan hebat. Ibu mula insaf akan kesilapannya
dalam menilai Suffian dulu. Dia terlalu membeza2kan soal agama, bangsa dan
pegangan sehingga cinta kasih Marlina dan Suffian menjadi mangsa. Dia
kesal kerana telah meleraikan kasih dua insan yang suci murni itu... dia
sedar bahawa kasih mereka terlalu utuh dan hanya takdir saja yang mampu
melerai. Untuk itu ibu perlu memohon maaf . "Maafkan aunty, Suffian..."
Ibu memulakan bicaranya. " Terlalu berat dosa yang aunty telah lakukan
terhadap kamu berdua..." suaranya tersendu antara esak tangisnya.
Suffian kaget! Dipandangnya muka ibu Marlina. Dalam hatinya bergolak
pertanyaan... kenapa nih..?? Apa sebenarnya yang terjadi..?? fikirnya
sendiri.
bersambung sekejap lagi...
|
sue_marie |
dimasukkan pada: 29-10-99 22:38 MST
Lanjutan dari kisah yang lalu...
Setelah ibu menjelaskan semuanya sedari mula barulah Suffian
faham. " Sabarlah aunty,lupakan perkara yang sudah itu.. yang penting
sekarang ialah doa kita untuk kesembuhan Marlina.. kita tidak seharusnya
putus berdoa.. Insya Allah Tuhan akan mendengar doa kita..." balas
Suffian. Ditatapnya wajah Marlina yang tidak bermaya dengan penuh rasa
sayu . Ya Allah, ya Tuhanku ...kiranya Engkau mengizinkan penyakitnya
itu dipindahkan kepada aku...aku rela menerima.. asalkan orang yang amat
aku sayangi kembali sihat... kiranya Engkau mengizinkan pertukaran nyawa
sekali pun , ambillah nyawa ku sebagai gantinya... dan biarkan dia terus
hidup . Aku memohon dengan seikhlasnya..sekiranya doa hamba Mu ini tidak
membangkitkan kemurkaanMu... Tidak lama kemudian , abang dan ayah
Marlina sampai. Semuanya berada disisi dengan tumpuan mata arah Marlina.
Riak di wajah masing-masing jelas menunjukkan rasa sayu dan pilu
sekali. Suffian sendiri tidak dapat membendung rasa kasih sayang nya
terhadap Marlina yang semakin melimpah-limpah itu. Selama ini Marlina
membuatkan dirinya resah dan rindu sepanjang waktu. Gelak tawa dan
jelingan manjanya mengisi segenap ruang hati Suffian. AHHH!... begitu
hebatkah panggilan CINTA?? Demi cinta kasih ku, aku akan melamarmu
menjadi puteri dalam hidupku.... Suffian masih teringat sewaktu Marlina
senyum membalas cintanya... ucapnya.. 'semoga engkau akan jadi seorang
lelaki yang tabah menghadapi dugaan hidup dan paling setia dalam ikatan
cinta kasih kita!'
Sedang semuanya dilamun hiba, tetiba Suffian tersentak dan
bersuara. "Ehh,.. Marlina!..inaaa!.." digenggamnya kemas tangan Marlina
lalu diletakkannya ke dadanya.. " Kenapa Suffian?..kenapa dengan
inaaa..?" si ibu terkejut sama. " Marlina ..aunty.. tangannya
bergerak2.. dia mula menunjukkan satu reaksi yang baik aunty..!" jawab
Suffian.
Tidak lama kemudian Marlina membuka matanya perlahan2... mata yang
telah beberapa hari berpeluk erat itu baru pun mulai dibuka. Teringat akan
kata-kata tuan doktor...kalau dalam tempoh seminggu dua ini keadaan cik
Marlina tidak berubah, maka buruklah petandanya.. tapi kalau semangatnya
kuat ,insya Allah satu petanda yang baik... Semua orang di sisi amat
gembira dengan keadaan ini. Satu persatu wajah yang tersayang , tercegat
di sisinya..direnung dengan penuh pilu. Senyum masih bisa terukir di bibir
yang pucat lesu. Dia membalas genggaman erat Suffian walaupun genggamannya
ketara lemah.
Walaupun masih belum mampu meluahkan kata-kata , senyumannya sudah
cukup menenangkan hati dan perasaan orang-orang yang setia di sisinya.
Matanya kembali tertutup .... semua memandang terpingga-pingga melihat
keadaan Marlina. Adakah kerana dia letih dan perlu rihat SEKETIKA atau
untuk SELAMANYA..??? Di luar langit masih kelihatan mendung , meskipun
gerimis sudah mulai reda. Senja pun baru berlabuh bersama sebentuk pelangi
yang amat indah.....
....TAMAT ....
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Terima kasih kepada semua pembaca kerana sudi membaca cerpen yang
pertama kali lahir dari penulis...
*sue*
|
udika |
dimasukkan pada: 29-10-99 22:58 MST
sue.... tulis lagi k dah habis citer nie sonok ika baca ari ari
duk tunggu cerpen sue ngan alpine la nie tunggu alpine punya
jerler sambung lagi sue sambunG!!!!!!!! hehehehe ciao
babehh! keep writing!
eh lupa lak nak cakap... ending dia tergantung..takde ending yg
pasti... teringat pulak cerita fenomena (search) *sob*
[Mesej ini telah diubah suai oleh udika (pada
29-10-99).] |
6tolak6 |
dimasukkan pada: 30-10-99 03:01 MST
kopivosian...
dah habis dah, kat hospital habisnya... hmmmm teringat, masa
melawat seorang kawan kat wad kecemasan jantung, suatu waktu dahulu, tapi
kawan tu, adalah watak di pentas nyata. tiada keajaiban. hmmmmm...
|
sue_marie |
dimasukkan pada: 30-10-99 17:02 MST
ikaaa.... hmmm acctually citer ni bole sambung ... dan bole kira tamat
juga.. endingnya terpulang pada pembaca semua .. lagi pun, semuanya nak
happy ending..tapi sue tak leh buat gitu..sebab tu kene tamat kan sampai
situ dulu... lain waktu kalau rajin
..Insya Allah sue akan buat sambungannya ok..! so sabar ye sayangg!!..
~~~~~~~
6tolak6... kopivosian ...
Hmmm.. terima kasih kerana membaca cerpen yang pertama kali sue reka
ini.. habis nya kat hospital juga... tapi boleh sambung lagi..kalau
rajin.. sedih juga sue dengar citer
teman tu..lawat kawan kat hospital di pentas nyata!! hmm... ooh
sedihnyaaaaa!..hmmmmmmm..
apa2 pun ..terima kasih atas komen kalian
.. *sue*
|
udika |
dimasukkan pada: 30-10-99 17:20 MST
hehehe sue ika rasa ending nya dah cukup bagus tu... buat yang ada fikiran
luas dan terbuka cam ika nie mauahhaha (friends down here believe we two
have big wide brains!) errkk apa ika merepek nie anywaaaayyy bila nak
sambung leh sambung... nak ending leh ending... nie sme fictions...yang
jadi kat pentas nyata tiada kene mengena dah takdirnya... |
Alpine
II |
dimasukkan pada: 30-10-99 18:02 MST
alamakkkk..... aper ending camnie? Anyway, it is good for you to ending it
with your own way. Kita ada kuasa ke atas novel tulisan kita. Orang lain
takde hak nak ubah ek? Congratulations.... bila ada masa nanti, tulislah
lagi okay?
Alpine: Kalau camni, sue dah kira berjaya dalam percubaan pertama sue.
Ingat lagi, dulu sue tak berani mencuba.... sekarang dah berjaya. You can
do it man! Congrat..... |