ILMU BEDAH SARAF


Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon.
saanin@padang.wasantara.net.id
Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang.

Cari dalam ejaan/bahasa Indonesia di situs ini :
Search term:
Case-sensitive - yes
exact fuzzy

7. BEDAH SARAF FUNGSIONAL
A. Epilepsi
B. Operasi Untuk Gerakan Abnormal
C. Bedah Psiko
D. Neuralgia Trigeminal (Tic Douloureux)
E. Neuralgia Glosofaringeal
F. Nyeri
G. Simpatektomi
 
KEMBALI KEHALAMAN UTAMA
 

        6. N Y E R I
        
        Tindakan operasi dilakukan bila tindakan medikal gagal.
        
        1. Bedah Saraf Tepi
        Pemutusan  saraf tepi adalah tindakan sederhana  dengan 
        sedikit morbiditas. Sering dilakukan terhadap neuralgia 
        interkostal,  keadaan  dimana  dapat  idiopatik,  namun 
        sering  diakibatkan kerusakan setelah torakotomi.  Efek 
        pemutusan saraf adalah sekitar satu tahun dan  kemudian 
        nyeri timbul lagi, sering dipinggir daerah anestetik.
             Neuroma  yang  nyeri pada puntung  amputasi  dapat 
        dikenal  dan  dilokalisir  dengan  pemeriksaan   klinis 
        teliti.  Eksisi memberikan pengurangan  nyeri  sempurna 
        walau mungkin hanya dalam waktu singkat karena  neuroma 
        cenderung tumbuh lagi.
             Simpatektomi  berguna dalam  mengobati  kausalgia. 
        Efek tindakan ini dapat diperkirakan dengan  sebelumnya 
        menginfiltrasi ganglion simpatetik bersangkutan  dengan 
        anestetik  lokal. Simpatektomi sendiri dapat  dilakukan 
        baik  dengan  operasi terbuka  maupun  secara  perkutan 
        menggunakan fenol atau alkohol absolut.
        
        2. Rizotomi
        Destruksi akar sensori dapat dilakukan intradural  yang 
        berarti  pasien  harus  dilaminektomi.  Rizotomi  kimia 
        dilakukan   dengan  campuran  fenol  dan  miodil   yang 
        diletakkan  diruang subarakhnoid melalui  jarum  spinal 
        dan  dimanipulasi kedaerah yang tepat  dibawah  kontrol 
        radiologis.  Ini  bukannya tanpa bahaya  terhadap  cord 
        spinal   serta  lebih  menyebabkan  destruksi   parsial 
        dari pada total pada akar sensori, memberikan  beberapa 
        bulan  bebas  nyeri hingga dapat memuaskan  pada  kasus 
        keganasan.
        
        3. Tindakan Destruktif terhadap Cord Spinal
        
        a. Kordotomi antero-lateral
        Pemotongan  traktus spino-talamik akan  memutus  impuls 
        nyeri  yang  berasal dari sisi  seberang  tubuh  bagian 
        bawah.   Semakin  terlateralisasi  dan  semakin   lemah 
        nyerinya, makin efektif operasinya. Kordotomi bilateral 
        berrisiko besar akan terganggunya fungsi kandung  kemih 
        dan berak serta bila operasi dilakukan dibawah C4  akan 
        mengganggu  saraf  frenik pada sisi  tersebut.  Operasi 
        dilakukan  baik  secara  terbuka  melalui  laminektomi, 
        maupun  secara  perkutan  memakai  jarum  panjang  atau 
        pembuat lesi yang dituntun secara stereotaktis keposisi 
        yang tepat didalam cord dibawah kontrol radiologis.
        
        b. Mielotomi garis tengah
        Pemutusan  semua  substansi  kelabu  cord  spinal  pada 
        beberapa segmen. Efeknya sama dengan sirinks atau tumor 
        spinal  intrameduler  dan  berakibat  terjadinya   area 
        kehilangan  sensori disosiasi dengan  putusnya  serabut 
        penghantar  nyeri  pada saat menyilang  menuju  traktus 
        spinotalamik.
        
        c. Injeksi salin
        Memasukkan larutan salin dingin atau hipertonis keruang 
        subarakhnoid  spinal  berakibat  perubahan  pada   cord 
        spinal  yang  akan  mempengaruhi  penghantaran   impuls 
        nyeri.
        
        d. Insisi cord spinal
        Insisi  cord  spinal jarak pendek lateral  dari  tempat 
        masuknya masing-masing akar dorsal hanya dapat  memutus 
        serabut tak bermielin kecil untuk substansi  gelatinosa 
        berdekatan (Operasi Sindou).
        
        4. Modifikasi Input Sensori

        a. Tindakan  sederhana  seperti  pemnggunaan   vibrator  
        kutan  dan pak es pada area nyeri mungkin merubah  pola 
        impuls  yang  tiba  di cord  spinal  yang  cukup  untuk 
        mengakibatkan pengurangan nyeri.
        
        b. Aktivitas  saraf  perifer dapat  dipengaruhi  dengan 
        stimulasi  elektrik  secara  perkutan  atau  implantasi 
        elektroda permanen.
        
        c. Stimulasi cord spinal. Inhibisi impuls nyeri asenden 
        dengan menstimulasi kolum dorsal dari cord spinal dapat 
        bermanfaat pada banyak keadaan dengan nyeri.  Elektroda 
        diinsersikan baik dengan operasi atau, bila cukup kecil 
        dan fleksibel, perkutan melalui jarum besar. Kawat dari 
        stimulator  dihubungkan  dengan penerima  yang  ditanam 
        disisi  yang  enak bagi pasien  dan  diaktifkan  dengan 
        mengaktifkan transmiter diatasnya.
        
        5. Hipofisektomi
        Hilangnya  rasa nyeri secara cepat pada  pasien  kanser 
        payudara  diseminata  setelah  mengalami  hipofisektomi 
        menunjukkan  bahwa  reaksinya adalah  lebih  dari  yang 
        diharapkan  atas gangguan hormon yang sudah  diketahui. 
        Keberhasilan   tindakan  destruksi  pituitari   melalui 
        injeksi alkohol absolut trans-nasal mungkin akibat dari 
        merembesnya alkohol kehipotalamus didekatnya yang  akan 
        menyebabkan perubahan produksi endorfin.
        
        6. Tindakan stereotaktik pada otak
        
        a. Ablasi daerah talamus posterior dicoba untuk memutus 
        impuls nyeri pada tingkat titik akhir sebelum  mencapai 
        korteks  serebral. Sebaliknya, inhibisi  impuls  serupa 
        dilakukan dengan menstimulasi daerah terpilih ditalamus 
        dan aparat retikuler.
        
        b. Bedah-psiko  untuk nyeri sekarang jarang  dilakukan, 
        namun dianjurkan untuk kasus dimana modifikasi  keadaan 
        mental  pasien tampaknya diperlukan sebagai  penghilang 
        nyeri  yang sempurna yang saat ini tidak  bisa  didapat 
        dengan obat konvensional.
        
        Seleksi Pasien Untuk Bedah Nyeri
        Tindakan  yang dijelaskan diatas bervariasi luas  dalam 
        hal  skala bedah seperti juga halnya kuat  dan  lamanya 
        analgesi  yang dapat dicapai. Faktor faktor  ini  harus 
        seimbang:   pengetahuan mengenai patologi pasien,  umur 
        harapan  hidup,  dan  personalitas.  Misalnya  tindakan 
        destruktif yang efeknya tidak biasa berakhir lebih dari 
        satu   tahun  harus  dicadangkan  untuk  kasus   dimana 
        prognosis   keseluruhan  terletak  dalam  batas   waktu 
        tersebut, sedangkan tindakan pada nyeri 'phantom  limb' 
        pada  pasien  muda  tanpa  keganasan  mungkin   terbaik 
        dicapai  dengan mengubah sinyal input dengan  stimulasi 
        saraf atau cord spinal jangka panjang.