ILMU BEDAH SARAF


Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon.
saanin@padang.wasantara.net.id
Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang.

Cari dalam ejaan/bahasa Indonesia di situs ini :
Search term:
Case-sensitive - yes
exact fuzzy

3. ANOMALI SUSUNAN SARAF PUSAT
A. Perkembangan dan Anomali S.S.P
B. Diagnosis Anomali Kongenital dengan CT Scanning
C. Ukuran Kepala Abnormal
D. Hidrosefalus Kongenital
E. Malformasi Serebral
F. Malformasi Serebeler
G. Disrafisme
H. Kraniosinostosis
I. Anomali Kraniovertebral
J. Sindroma Neurokutanosa (Fakomatosis)
K. Malformasi Vaskuler
L. Tumor Otak Kongenital
 
KEMBALI KEHALAMAN UTAMA
 

        9. ANOMALI KRANIOVERTEBRAL
        
        Pada  impresi basiler, foramen magnum dan tulang  bela-
        kang servikal atas berinvaginasi kefossa posterior. Ke-
        adaan ini sering bersamaan dengan pergeseran bagian  a- 
        tas  klivus,  dengan akibat sudut basal  (sudut  antara 
        planum sfenoidal dan klivus) menjadi lebih dari 143 de- 
        rajat (platibasia). Ini jarang pada anak. Impresi basi- 
        ler dapat diklasifikasikan kedalam jenis primer dan se- 
        kunder.  Impresi basiler sekunder dapat dibagi  kedalam 
        jenis yang disebabkan setiap kelainan ossifikasi konge- 
        nital seperti khondrodistrofia fetalis dan osteogenesis 
        imperfekta, dan jenis disebabkan setiap anomali metabo- 
        lisme tulang didapat seperti ricket dan penyakit Paget. 
        Impresi basiler primer mungkin disertai dengan asimila- 
        si (oksipitalisasi) atlas, platibasia, deformitas Klip- 
        pel-Feil, dislokasi atlanto-aksial, malformasi  Arnold-
        Chiari, dan siringomielobulbia.
             Pasien sering mengeluh nyeri kepala oksipital atau 
        nyeri leher dan biasanya tampak leher yang pendek,  ga- 
        ris rambut pendek, tortikolis, leher yang webbing,  dan 
        keterbatasan  gerak leher. Gejala dan tanda  neurologis 
        bervariasi,  terdiri dari sindroma  kolumna  posterior, 
        traktus  piramidal, serebelum, sistema  saraf  autonom, 
        dan  saraf kranial bawah serta servikal  atas,  seperti 
        juga peninggian TIK akibat hidrosefalus. Mekanisme tim- 
        bulnya  tanda dan gejala terdiri dari  kompresi  tulang 
        kejaringan saraf sekitarnya (sindroma foramen  magnum), 
        berbagai  gejala akibat siringobulbia  yang  menyertai, 
        dan gangguan sirkulasi CSS difossa posterior. Walau le- 
        sinya kongenital, onset gejala biasanya terjadi setelah 
        usia pertengahan. Gejala klinis yang sering tampak pada 
        anak adalah tetraparesis progresif.
             Diagnosis  impresi basiler dibuat dengan  pemerik- 
        saan rontgenografik. Diagnosis biasanya  disederhanakan 
        dengan  posisi  yang tinggi dari proses  odontoid  pada 
        tampilan  lateral foto polos tengkorak. Berbagai  garis 
        dan  sudut  standar sudah dilaporkan. Tak  ada  standar 
        tunggal  yang  cukup untuk  diagnosis.  Diantara  semua 
        standar,  garis Chamberlain, garis McGregor, dan  garis 
        digastrik paling menolong dalam diagnosis, dan tomogram 
        potongan koronal dan sagital berguna. CT scan bisa ber- 
        guna.
             Pada tindakan bedah terhadap impresi basiler  ber- 
        gejala, dekompresi fossa posterior dilakukan untuk  me- 
        ngurangi kompresi pada foramen magnum. Prosedur  opera- 
        tif  terdiri dari pembuangan rim foramen  magnum  serta 
        insisi  dura. Bila keadaannya disertai  malformasi  Ar- 
        nold-Chiari, laminektomi tulang belakang servikal  atas 
        dilakukan  juga. Impresi basiler sekunder  tidak  mudah 
        untuk suatu tindakan bedah, karena pengangkatan  tulang 
        menyebabkan  penurunan kekuatan sangga tulang  belakang 
        servikal dan karenanya akan memperburuk keadaan klinis. 
        Operasi  pintas mungkin perlu pada kasus yang  disertai 
        hidrosefalus atau siringomielia.
        
        
        ASIMILASI ATLAS DENGAN OKSIPUT
        
        Anomali kraniovertebral yang tersering adalah fusi  ar- 
        kus anterior atlas dengan tepi anterior foramen magnum. 
        Fusi mungkin tidak simetris. Atlas berfusi dengan oksi- 
        put (oksipitalisasi), mungkin disertai dengan defek ar- 
        kus posterior (spina bifida). Anomali ini bila  sendiri 
        biasanya tidak menyebabkan gejala klinis. Diagnosis bi- 
        sa dibuat dengan berdasar temuan CT scan.
        
        
        DISLOKASI ATLANTO-AKSIAL
        
        Atlas yang berasimilasi sering disertai malformasi  dan 
        hipoplasia proses odontoid dan defek kongenital ligamen 
        transversa dari aksis. Pada keadaan ini, cord  servikal 
        atas  mungkin  tertekan antara  proses  odontoid,  yang 
        berdislokasi keposterior dari arkus anterior atlas, dan 
        arkus posterior atlas. Gejala neurologis mungkin timbul 
        pada  usia  dewasa. Harus hati-hati untuk  tidak  salah 
        mendiagnosa keadaan ini sebagai sklerosis multipel  ka- 
        rena  gejala yang serupa. CT scan bisa  membantu  dalam 
        diagnosis.
        
        Tabel 9-1. Garis dan Sudut Kraniometrik pada 
                   Tampilan Anterior (Torklus dan Gehle)
        -------------------------------------------------------
        Nomenklatur      Definisi               Nilai Normal
        -------------------------------------------------------
        Garis bimastoid  Menghubungkan puncak   Ujung dens men-
                           prosesus mastoid       capai 10 mm 
                                                  diatas; ber- 
                                                  jalan melin- 
                                                  tas pusat 
                                                  sendi atlan- 
                                                  tooksipital 
        Garis biventer   Menghubungkan asal o-  Tidak dilalui
          (garis           tot biventer pada     tip dari dens
          digastrik)       medial basis mastoid
        Jarak antara     Jarak antara garis     22-39 mm;
          sendi mandi-     horizontal melalui     rata-rata  
          buler dan        sendi mandibuler       30 mm
          arkus atlas      dan tepi atas ar-
                           kus anterior atlas
        Sudut aksis      Kaki sudut berjalan    Rata-rata 124-
          sendi atlan-     melintas pusat sen-    127 derajat;
          to-oksipital     di atlanto-oksipi-     pada tomo-
                           tal, k.l. paralel      gram terukur
                           dengan faset sendi     hanya bila
                           kondiler               lintasi dens
        -------------------------------------------------------
        
        
        Dislokasi atlanto-aksial ditindak secara operatif  baik 
        pada fusi proses odontoid dan arkus anterior atlas  me- 
        lalui pendekatan transoral, atau dengan fiksasi  lamina 
        melalui pendekatan posterior.
        
        
        SINDROMA KLIPPEL-FEIL (BREVICOLLIS)
        
        Deformitas Klippel-Feil adalah keadaan dimana  sejumlah 
        tulang belakang servikal defektif dan berfusi (multiple 
        cervical block vertebrae). Keadaan ini mungkin termasuk 
        fusi lebih dari dua tulang belakang servikal. Predilek- 
        sinya C2 dan C3. Gejala klinis pada kasus yang  tipikal 
        adalah leher pendek, garis rambut rendah, dan  keterba- 
        tasan pergerakan leher. Anomali ini semata biasanya ti- 
        dak menimbulkan gejala klinis. Ia mungkin disertai pla- 
        tibasia.