ILMU BEDAH SARAF


Dr. Syaiful Saanin, Neurosurgeon.
saanin@padang.wasantara.net.id
Ka. SMF Bedah Saraf RSUP. Dr. M. Djamil/FK-UNAND Padang.


Cari dalam ejaan/bahasa Indonesia di situs ini :
Search term:
Case-sensitive - yes
exact fuzzy

3. ANOMALI SUSUNAN SARAF PUSAT
A. Perkembangan dan Anomali S.S.P
B. Diagnosis Anomali Kongenital dengan CT Scanning
C. Ukuran Kepala Abnormal
D. Hidrosefalus Kongenital
E. Malformasi Serebral
F. Malformasi Serebeler
G. Disrafisme
H. Kraniosinostosis
I. Anomali Kraniovertebral
J. Sindroma Neurokutanosa (Fakomatosis)
K. Malformasi Vaskuler
L. Tumor Otak Kongenital
 
KEMBALI KEHALAMAN UTAMA
 


        2. DIAGNOSIS ANOMALI KONGENITAL 
           DENGAN TOMOGRAFI TERKOMPUTER

        Ventrikulografi (VG) dengan udara atau kontras positif, 
        dan  pneumoensefalografi (PEG) pernah menjadi  tindakan 
        yang  berharga pada diagnosis anomali  kongenital  SSP. 
        Prosedur  ini invasif dan tidak dapat  dilakukan  tanpa 
        merubah TIK. Angiografi serebral memperlihatkan  pembu- 
        luh  serebral dan hubungannya dengan  struktur  anatomi 
        intrakranial tanpa merubah tekanan CSS. Tehnik ini  te- 
        tap tak bisa disingkirkan untuk mendiagnosis malformasi 
        vaskuler, arsitekturnya dan untuk pemeriksaan  prabedah 
        atas  hubungan antara lesi kongenital  dengan  pembuluh 
        yang bersangkutan.
             CT scan adalah metoda pemeriksaan SSP yang  nonin- 
        vasif. Pemakaian untuk diagnosis dan perawatan  anomali 
        kongenital  SSP telah menggantikan VG dengan udara  dan 
        PEG.  Saat ini kebanyakan diagnosis radiologis  anomali 
        kongenital SSP berdasar pada CT scan dan angiografi se- 
        rebral.
             Kebanyakan  anomali kongenital  secara  morfologis 
        memperlihatkan perubahan rongga CSS dan karenanya mudah 
        tampak pada CT scan. Patologi rongga CSS termasuk  ber- 
        bagai anomali perkembangan seperti hipoplasia dan  lesi 
        destruktif. Keadaan ini dapat diklasifikasikan  kedalam 
        empat kelompok; (1) hidrosefalus, (2) rongga CSS abnor- 
        mal, (3) rongga ekstra digaris tengah, dan (4) disgene- 
        sis jaringan serebral. Hidrosefalus adalah abnormalitas 
        rongga CSS karena perubahan yang diperlihatkan oleh  CT 
        scan. Secara patofisiologi disebabkan tidak hanya  oleh 
        perubahan  ruang CSS, namun juga oleh parenkhima  otak. 
        Kadang-kadang perubahan pada rongga CSS terjadi  sekun- 
        der terhadap perubahan parenkhim. Hidrosefalus dan dis- 
        genesis jaringan serebral tampil sebagai dilatasi ruang 
        CSS  normal pada CT scan; rongga ekstra digaris  tengah 
        mungkin ditemukan sebagai rongga CSS persisten yang bi-
        asanya  menghilang. Rongga CSS abnormal  adalah  rongga 
        yang  baru, jadi tidak merupakan bagian dari ruang  CSS 
        normal yang sebenarnya.
             Diagnosis anomali kongenital SSP menjadi mudah se- 
        cara  progresif sejak adanya CT scan. Diagnosis  klinis 
        anomali kongenital harus termasuk penentuan  pengobatan 
        yang  mungkin serta prognosisnya. Konsekuensinya  pema- 
        haman atas perkembangan SSP serta anomalinya dan  pato- 
        fisiologi dari setiap anomali adalah penting dalam  di- 
        agnosis anomali SSP kongenital. Juga penting pada  pen- 
        dekatan  klinik terhadap setiap anomali  untuk  menilai 
        ukuran  kepala  dan mendeteksi setiap  peninggian  TIK. 
        Perkembangan fungsi otak harus dinilai  secara bersama- 
        an. Walau perubahan morfologi dapat diperlihatkan leng- 
        kap oleh CT scan, ada beberapa tes untuk menilai fungsi 
        otak. Tes developmental quotient (DQ) dan  intelligence 
        qoutient (IQ) biasanya digunakan untuk mengetahui fung- 
        si otak.
             Diagnosis akurat anomali kongenital karenanya ter- 
        gantung pada hubungan antara temuan CT scan dengan gam- 
        baran klinik. Diagnosis klinik harus termasuk penilaian
        akan  kemungkinan pengobatan serta penentuan  prognosis 
        sebagai tambahan terhadap penentuan penyakit.