URUTAN KERJA : (Versi Buku Petunjuk ini ada pada tiap ambulans PPGD)
1. Masuk ke 'Daftar Isi' (tombol 'start'). Cari Pilihan yang diperlukan.
2. 'KLIK' untuk membuka pilihan anda.
3. Untuk tindakan, klik Pedoman Tindakan Gawat Darurat sesuai Kelainan
(Khusus bagi kru ambulans Non PPGD, dengan Persetujuan Kontrol Medik)
4. Untuk menuju Penuntun Pertanyaan dan Perintah Tanggap Panggil

UNTUK PETUGAS AMBULANS   !!!!!!


DAFTAR ISI

Isi :
Istilah
Penggunaan Pedoman
Kegunaan Pedoman
Masalah Komunikasi
Petunjuk Umum Pemakaian Pedoman
Pertimbangan Khusus (Jalur IV, ETT, Obat per ETT)
Pertimbangan Resusitasi
Tanggap Lokasi/Dokter di Lokasi
Daftar Obat / Infus AGD Transport
Tindakan Rutin
Pedoman Tindakan Gawat Darurat sesuai Kelainan

Appendiks :
Pemakaian Obat Paralitik
Prosedur Induksi Berurutan Cepat (RSI)
Krikotiroidotomi Jarum
Krikotiroidotomi Bedah
Dekompresi Jarum
Pemasangan Jalur Intraosseus
Resusitasi Jantung-Paru
Triase S.T.A.R.T
Ten code
Klasifikasi Jumlah Korban Massal
Pembagian Wilayah Kerja Padang
Nomor telefon Pusat Kontrol Medik dan Daftar Dinas

Kembali ke judul


ISTILAH

Definisi / penjelasan istilah yang sering digunakan :

1. TGD-D (Tim Gawat Darurat Dasar) :
Petugas yang sudah mendapat pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD/BLS) dengan sertifikasi dari Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sumatera Barat atau RS. Dr. M. Djamil.

2. TGD-L (Tim Gawat Darurat Lanjut) :
Petugas yang sudah mendapat pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) atau Bantuan Hidup Lanjut (BHL/ALS) dengan sertifikasi dari Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sumatera Barat lokasiatau RS. Dr. M. Djamil.

3. Paramedik Ambulans Gawat Darurat Transport :
Petugas yang sudah mendapat pelatihan PPGD/BHL/ALS dan sudah menyelesaikan kursus Transport Pelayanan Gawat Darurat dengan sertifikasi dari Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Sumatera Barat atau RS. Dr. M. Djamil, disetujui oleh Koordinator Kontrol Medik untuk bertugas pada pelayanan tingkat lanjut. DALAM KEADAAN DARURAT, DIREKSI BISA MENENTUKAN LAIN.

4. Dokter Ambulans Gawat Darurat Transport :
Petugas yang sudah mendapat pelatihan PPGD/BHL/ALS/GELS dan sudah menyelesaikan kursus Transport Pelayanan Gawat Darurat dengan sertifikasi dari Perhimpunan Profesi terkait dan disetujui oleh Koordinator Kontrol Medik untuk bertugas pada pelayanan tingkat lanjut. DALAM KEADAAN DARURAT, DIREKSI BISA MENENTUKAN LAIN.

5. Pedoman :
Petunjuk pelayanan pasien pra rumah sakit yang hanya bisa dilakukan setelah menghubungi dan disetujui kontrol medik. DALAM KEADAAN DARURAT, DIREKSI BISA MENENTUKAN LAIN.

6. Kontrol Medik On-line :
Pengarahan medik atas kegiatan BHL (Bantuan Hidup Lanjut) pra rumah sakit yang dilaksanakan langsung melalui komunikasi telefon atau radio dengan dokter Kontrol Medik on-line.

7. Kontrol Medik :
Sekelompok Dokter Spesialis RS. Dr. M. Djamil yang ditunjuk oleh Direksi RS. Dr. M. Djamil untuk bertugas sebagai petugas Kontrol Medik On-line yang dapat dihubungi melalui telefon atau radio komunikasi.

8. Ambulans Gawat Darurat Transport :
Ambulans dengan tugas primer memberikan bantuan hidup lanjut, dilengkapi dengan peralatan untuk merawat penderita dalam perjalanan ke rumah sakit. DALAM KEADAAN DARURAT, DIREKSI BISA MENENTUKAN LAIN.

9. Ambulans Gawat Darurat Respons Cepat :
Ambulans dengan tugas primer memberikan bantuan hidup lanjut, namun tidak dilengkapi dengan persiapan untuk membawa penderita ke rumah sakit. DALAM KEADAAN DARURAT, DIREKSI BISA MENENTUKAN LAIN.

10. Rekam Medik pasien :
Gunakan formulir Rekam Medik khusus atau UGD.

11. Formulir Informed Consent :
Gunakan formulir informed consent khusus atau UGD.

12. Peralatan :
Semua peralatan yang sesuai kebutuhan untuk penilaian, tindakan dan transport harus dibawa kelokasi pasien pada saat awal menemui pasien. Paling tidak tandu dan tas paket medik atau tas paket trauma harus dibawa pada setiap panggilan, bersama dengan peralatan lain sesuai dengan jenis panggilan.

13. Disposisi pasien :
Pasien harus dibawa ke rumah sakit sesuai pilihan pasien kecuali beratnya penyakit mengharuskan membawanya ke rumah sakit terdekat untuk stabilisasi.
Keputusan transport kefasilitas terdekat atau merubah rencana dalam perjalanan adalah tanggung-jawab kontrol medik berdasar laporan akurat pemeriksaan fisik, tanda-tanda vital, serta perubahan kondisi pasien.
Namun dalam kasus trauma kritis, kru bisa independen memutuskan berbelok ke rumah sakit terdekat yang layak bila pasien memiliki kriteria triase trauma :
----a. TD sistolik kurang dari 85, atau
----b. Skor Motor Glasgow kurang dari 5 (tidak ada gerakan berarti sebagai respons -----------terhadap rangsang nyeri), atau
----c. Trauma tembus kepala, leher atau tubuh.
Catatan : Dalam keadaan kru harus mengambil keputusan sendiri, kontrol medik harus diberitahu segera.

Kembali ke awal

 

PENGGUNAAN PEDOMAN

Pedoman ini hanya digunakan oleh petugas Ambulans Transport Gawat Darurat (AGD Transport) yang ditunjuk oleh Koordinator. Pedoman ini tidak digunakan sebagai tindakan Bantuan Hidup Lanjut rutin (diluar AGD Transport). Dilaksanakan setelah ada perintah dari kontrol medik.

Kembali ke awal

 

KEGUNAAN PEDOMAN

Kegunaan pedoman ini untuk memberikan petunjuk pelayanan Pra dan Antar Rumah Sakit. Kualitas pelayanan Luar Rumah Sakit didapat dari pendidikan, akurasi penilaian pasien, pengambilan keputusan tepat, serta perbaikan kualitas berkelanjutan. Semua petugas AGD harus mengetahui pedoman dan alasan penggunaannya. Petugas tidak melakukan pedoman bila belum dilatih melakukan prosedur atau tindakan ini.

Kembali ke awal

 

MASALAH KOMUNIKASI

Bila AGD tidak dapat menghubungi petugas kontrol medik (bencana atau gangguan telepon), laksanakan pedoman ini. Demikian pula bila petugas kontrol medik tidak dapat dihubungi dalam dua menit. Petugas UGD di Rumah Sakit kontrol medik harus menyampaikan perintah dokter terkait bila ybs. tidak dapat menyampaikan langsung. Tidak perlu berbicara dengan dokter ybs. bila pedoman akan dilaksanakan kecuali ada pertanyaan akan tindakan yang akan dilakukan.
Bila petugas kontrol medik tidak bisa dihubungi, pelaksanaan pedoman diserahkan pada koordinator medik untuk ditelaah. Setelah ditelaah, ditanda-tangani.

Kembali ke awal

 

PETUNJUK UMUM PENGGUNAAN PEDOMAN

1. Riwayat jangan didapat dari pasien. Masalah ancaman hidup yang dijumpai saat penilaian primer ditindak pertama.
2. Henti jantung karena trauma tidak ditindak seperti pedoman henti jantung medikal. Pasien trauma harus ditransport segera sambil di RJP, kontrol perdarahan, immobilisasi leher, serta prosedur lain yang diindikasikan sepanjang perjalanan.
3. Pasien gadar tidak dengan ancaman hidup yang memerlukan jallur IV, hanya boleh dilakukan dua kali usaha insersi. Usaha berikut dilakukan atas persetujuan kontrol medik.
4. Transport pasien atau tindakan yang diperlukan, tidak boleh tertunda oleh usaha intubasi.
5. Ulang berkali-kali secara verbal instruksi yang diberikan sebelum memulai tindakan.
6. Semua pasien dengan riwayat kardiak, nadi irreguler, tekanan darah tidak stabil, dispnea, atau nyeri dada harus dipasang monitor kardiak.
7. Bila kondisi pasien tidak cocok dengan pedoman, hubungi kontrol medik.

JANGAN TUNDA MENGHUBUNGI KONTROL MEDIK ATAS SEMUA MASALAH, PERTANYAAN, ATAU INFORMASI TAMBAHAN

Kembali ke awal

 

PERTIMBANGAN KHUSUS

a. Terapi IV
1. Semua pasien trauma dipasang minimal satu, lebih baik dua jalur RL-IV melalui kateter besar (14-16). Pasien trauma dengan sistol <90 mmHg diberikan cairan dengan kontrol terbuka lebar hingga sistol >90 mmHg. Pasien trauma dengan sistol >90 diberikan cairan asal netes (AN/TKO) seperti ditunjukkan oleh pedoman.

2. Infus intra osseus bisa dilakukan untuk pediatrik hingga usia 6 tahun. Tindakan ini dibatasi untuk henti jantung serta pasien tidak responsif bila usaha IV perifer gagal dua kali.

3. Semua IV perifer pediatrik harus dimulai dengan set minidrip.

4. Semua usaha IV adalah periferal. Vena Jugular eksternal dianggap sebagai vena perifer. Pemasangan jarum intra osseus diizinkan untuk anak dibawah 6 tahun dengan ancaman hidup gadar yang membutuhkan pemberian cairan atau obat segera. Hanya paramedik yang sudah mendapat pelatihan dan sudah disetujui koordinator medik diizinkan. Tindakan ini hanya atas persetujuan kontrol medik (kecuali pasien dengan henti jantung pediatrik atau cedera berganda pediatrik).

5. Jalur sentral (kateter Hickman) diizinkan hanya saat usaha periferal gagal serta keperluan terapi melebihi risiko. Perhatikan bahwa kateter ini umumnya memerlukan jarum akses khusus. Jangan lakukan bila jarum akses khusus tidak ada.

6. Setiap kantong cairan diberi label :
----a. Tanggal dan jam IV mulai.
----b. Ukuran kanul IV.
----c. Nama paramedik yang memulai.

Kembali ke awal

 

b. Intubasi Endotrakheal
1. Letak pipa endotrakheal yang benar dipastikan minimal dengan tiga cara berbeda :
----a. Ada bunyi nafas bilateral.
----b. Tidak ada bunyi nafas di epigastrium.
----c. Ada kondensasi pada bagian dalam pipa endotrakheal.
----d. Monitoring dioksida karbon end-tidal.
----e. Penggunaan detektor endotrakheal esofageal.
----f. Menyaksikan pipa melewati pita suara.
Semua tiga cara verifikasi harus dicatat di rekam medik.

2. Setelah intubasi endotrakheal, letak pipa harus diverifikasi setiap 5-10 menit dengan memeriksa bunyi nafas dan pembacaan dioksida karbon sinambung.

Kembali ke awal

 

c. Pemberian Obat via Endotrakheal
1. Hanya empat obat berikut dapat diberikan via pipa endotrakheal :
----L - lidokain
----E - epinefrin
----A - Atrofin sulfat
----N - Nalokson
Perhatian : Diazepam (Valium) tidak boleh diberikan via pipa endotrakheal.

2. Dalam memberikan obat via pipa endotrakheal, berikan dosis 2-2,5 kali dosis IV. Encerkan obat dengan RL atau salin normal hingga volume total sekitar 10 mL. Ini akan memberikan instilasi endotrakheal dan membantu meningkatkan penyerapan obat pada jaringan pernafasan.

Kembali ke awal

 

PERTIMBANGAN RESUSITASI

1. Perintah Do Not Resuscitate (DNR) harus dengan dasar yang kuat. Bila keluarga pasien memberikan surat perintah DNR dari dokter pribadinya, ikuti prosedur berikut :
----a. Hubungi kontrol medik.
----b. Berikan keterangan yang jelas mengenai situasi yang ada. Pastikan agar diagno
----sis yang mengakibatkan DNR sudah dijelaskan (misal : kanker).
----c. Buat laporan status pasien secara jelas (tanda-tanda vital, pemayaran EKG).
----d. Pastikan mengisi form DNR tertulis. Pastikan mencatat nama dokternya.
----e. Dokter kontrol medik menentukan apakah menyetujui atau menolak perintah DNR.
----f. Bila pasien dalam henti jantung saat tiba di UGD, mulai BHD sambil menghubungi
----kontrol medik.

2. Resusitasi tidak dilakukan bila :
----a. Kaku mayat.
----b. Dekapitasi.
----c. Dekomposisi.
----d. Lividitas dependen.
----e. Jelas trauma kepala atau tubuh yang masif yang tidak memungkinkan untuk hidup ----(pastikan pasien tidak memiliki tanda-tanda vital).

3. Pikirkan potensi untuk donasi organ. Pasien dengan cedera mematikan mungkin tetap membutuhkan tindakan gadar hingga ditentukan apakah pasien mungkin potensial sebagai donor organ atau jaringan.

4. Bila mungkin, letakkan telapak tampak segera atau leads EKG untuk memastikan irama asistol atau agonal dan lampirkan strip kopi pada laporan.

Perintah dari dokter pengirim/penerima
Selama transportasi, kru medik harus menanyakan kelanjutan tindakan yang telah dimulai di rumah sakit pengirim. Perintah bisa lisan atau tertulis. Perintah lisan harus dicatat oleh kru medik dan lekatkan pada rekam medik, idealnya ditanda-tangani dokter pengirim. Bila suatu saat kru AGD transport mengajukan pertanyaan pada dokter pengirim/penerima, kontrol medik harus dihubungi. Demikian pula bila dokter pengirim/penerima memberikan perintah pada kru AGD transport untuk melakukan tindakan yang belum dilatihkan, atau perintah yang berlawanan dengan pedoman, kontrol medik HARUS dihubungi sebelum memulai tindakan

Kembali ke awal

 

TANGGAP LOKASI/DOKTER DI LOKASI

Kru AGD bertugas dibawah Sistem Kontrol Medik RSUP Dr. M. Djamil, tidak boleh menerima perintah dokter di Lokasi. Kekecualian bila pasien berasal dari RS dokter tsb. Jadi semua tindakan yang sangat berbeda dari pedoman harus disetujui oleh kontrol medik sebelum dimulai. Bila timbul kontroversi, hubungkan ybs. dengan kontrol medik melalui radio atau ponsel.

Pakaian PASG/MAST
Tidak digunakan. Bila departemen tertentu menganjurkan membawa dan menggunakannya, ikuti pedoman.

Kembali ke awal

 

DAFTAR OBAT TRANSPORT GADAR
# Nama Generik Nama Dagang Konsentrasi QTY
1 Activated Charcoal Bekarbon tablet 250 g 10
2 Adenosin Adenocard/ATP vial 20 mg 4
3 Albuterol Ventolin 0.5 mL premix 3
4 Aminophyllin   vial 250 mg 2
5 Aspirin Ascardia/Aspilets tablet 325 mg 10
6 Atrofin Sulfat   siring 1,0 mg 6
7 Bretylium tosylate Bretylol vial 500 mg 2
8 Calcium Chloride   siring 1 g 2
9 Dexamethasone Decadron/Oradexon ampul 4 mg 2
10 Dextrose 50%   siring 25 g 4
11 Diazepam Valium siring 10 mg 2
12 Digoxin Lanoxin ampul 0,5 mg 1
13 Diltiazem Herbesser ampul 25 mg 1
14 Dimenhydrinate Dramamine vial 50 mg 2
15 Diphenhydramine Benadryl vial 50 mg 2
16 Dobutamine Dobutrex/Dobuject vial 250 mg 2
17 Dopamine Dopamine Giulini ampul 2000 mg 2
18 Epinephrine 1:1.000 Adrenaline ampul 1,0 mg 4
19 Epinephrine 1:10.000 Adrenaline ampul 1,0 mg 8
20 Flumazenil Romazicon/Anexate ampul 0,5 mg 2
21 Furosemide Lasix vial 40 mg 4
22 Glucagon   vial 1 mg 1
23 Haloperidol Haldol vial 5 mg 2
24 Heparin   5.000 IU 2
25 Hydoxyzine Iterax vial 50 mg 2
26 Insulin regular 40 iu/ml Humulin R ampul 10 ml 1
27 Ipatropium Atrovent 2,5 ml prefill 4
28 Isoetharine Bronkosol sol. nebulizer 1% 4
29 Ketorolac Toradol vial 60 mg 2
30 Labetalol Normodyne vial 200 mg 2
31 Lidocaine Xylocaine siring 100 mg 4
32 Lidocaine Xylocaine 2 g premix 2
33 Magnesium sulfate   vial 1 g 2
34 Mannitol   vial sol. 20% 2
35 Methylprednisolone Solu-Medrol vial 125 mg 2
36 Methylprednisolone Solu-Medrol vial 500 mg 4
37 Midazolam Dormicum vial 5 mg 4
38 Morphine   ampul 10 mg 4
39 Nalbuphine Nubain vial 10 mg 2
40 Naloxone Narcan vial 2 mg 2
41 Nifedipine Adalat kapsul 10 mg 4
42 Niroglycerin drip Nitrocine botol 50 mg 2
43 Niroglycerin spray Nitrolingual 0.4 mg 1
44 Niroglycerin paste/disc Nitro-Dur/Nitroderm/Nitradisc 1 tube/sachet/pad 1
45 Norepinephrine Levophede vial 4 mg 2
46 Phenytoin Dilantin vial 1 g 1
47 Procainamide Pronestyl/Gima 500 mg 2
48 Prochlorperazine Stemetil vial 10 mg 2
49 Promethazine Phenergan vial 25 mg 2
50 Racemic Epinephrine VapoNefrin sol. 2,25% 2
51 Succinylcholine   200 mg 2
52 Tetracaine Tetracaine dosis unit 1 ml 2
63 Thiamine Vitamin B1 100 mg 1
64 Torsemide Demadex 20 mg 2
55 Vecuronium Norcuron 10 mg 3
56 Verapamil IsoptinVerpamil ampul 10 mg 2


CAIRAN IV
# Nama Volume QTY
1 Ringer Lactate (RL) 1.000 mL 8
2 Sodium Chlorida (NaCl) 0,9% 1.000 mL 4
3 Dextrose 5%, dalam air 500 mL 2
4 Dextrose 5%, dalam NaCl 500 mL 2
Kembali ke awal


TINDAKAN RUTIN

Penilaian berikut dilakukan dan informasi diambil dari semua pasien :
1. Pastikan Lokasi aman untuk anda, penolong berikutnya dan pasien.

2. Survei Primer :
A = Airway with cervical spine control.
B = Breathing.
C = Circulation with control of bleeding.
-----Tiga diatas dikatakan ABC.
D = Disability Determination. AVPU or GCS.
-----A = Alert and concious.
-----V = Responsive to verbal stimuli.
-----P = Responsive to painful stimuli.
-----U = Unresponsive
E = Exposure.

3. Resusitasi - Stabilisasi sesuai kelainan/pedoman.

4. Survei Sekunder :
----a. Ambil tanda-tanda vital dan lakukan pemeriksaan objektif kepala hingga jari kaki.
----b. Dapatkan riwayat (AMPLE dll) :
--------a. Kelamin, usia, perkiraan berat badan.
--------b. Keluhan utama.
--------c. Faktor pencetus.
--------d. Riwayat medik sebelumnya yang bermakna.
--------e. Alergi.
--------f. Pengobatan yang sedang berjalan.

5. Pasang monitor bila indikasi :
----a. EKG.
----b. Oksimetri denyut.
----c. Kapnografi.

6. Gunakan pedoman sesuai berdasar penilaian.

7. Hubungi kontrol medik seperti diatur pedoman atau untuk semua masalah atau pertan
yaan.

8. Posisikan pasien senyaman diindikasikan kondisi atau situasi.

9. Mantapkan dan tenangkan pasien. Longgarkan semua pakaian yang menjerat atau buka bila perlu.

10. Transport sesegera memungkinkan

Kembali ke awal


PEDOMAN TINDAKAN GAWAT DARURAT SESUAI KELAINAN

GADAR UMUM
1. Alergi/Reaksi Anafilaktik
2. Dehidrasi
3. Hipoglikemia/Diabetik gadar
4. Hiperglikemia/Keto-asidosis/Diabetik gadar
5. Lesu dan Pusing
6. Luka Bakar
7. Mabuk Perjalanan
8. Mual dan Muntah
9. Psikiatrik Gadar
10. Selam Gadar (Penyakit Dekompresi)
11. Serangan Seksual
12. Sinkop
13. Tenggelam

GADAR SISTEM KARDIOVASKULER
1. Aneurisma/Diseksi Aorta
2. Disritmia (petunjuk)
3. Disritmia Aktifitas Elektrik Tanpa Denyut (PEA)
4. Disritmia Asistol
5. Disritmia Bradikardia, simtomatik
6. Disritmia Takhikardia Kompeks Sempit (NCT), simtomatik
7. Disritmia Kontraksi ventrikuler Prematur (PVC)
8. Disritmia Fibrilasi Ventrikuler (VF)
9. Disritmia Ventrikuler (VT) dengan Denyut
10. Disritmia Takhikardia Ventrikuler (VT) tanpa Denyut
11. Gagal Jantung Kongestif/Edema Paru-paru
12. Krisis Hipertensif
13. Nyeri Dada
14. Pompa Balon Intra-aortik
15. Syok Kardiogenik

GADAR SISTEM PERNAFASAN
1. Asma
2. Dispnea
3. Embolisme Paru-paru

GADAR SISTEM SUSUNAN SARAF PUSAT
1. Cedera Kepala/Tulang Belakang
2. Cedera Mata
3. Kejang
4. Koma / Perubahan Status Mental
5. Strok/CVA

GADAR AKIBAT TRAUMA
1. Amputasi
2. Fraktura (Umum)
3. Fraktura (Femur)
4. Fraktura (Pelvis)
5. Trauma Abdominal
6. Trauma Dada
7. Trauma Multipel

GADAR KEBIDANAN
1. Eklampsia
2. Partus
3. Pre-eklampsia/ Hipertensi Dipicu Kehamilan
4. Prematur

GADAR AKIBAT GIGITAN/KERACUNAN
1. Gadar Alkohol
2. Gigitan Ular
3. Keracunan/Overdosis

GADAR AKIBAT LINGKUNGAN
1. Gadar Lingkungan (Frosbite)
2. Gadar Lingkungan (Hipertermia)
3. Gadar Lingkungan (Hipotermia)

GADAR PEDIATRIK
1. Gadar Pediatrik
2. Henti Jantung (Medikal)
3. Henti Jantung (Surgikal)
4. Laringotrakheobronkhitis (Croup)
5. Epiglottitis
6. Sindroma Kematian Bayi Mendadak (SIDS)

Kembali ke awal

 

PEDOMAN KELAINAN DAN TINDAKAN GADAR

GADAR UMUM

1. REAKSI ALERGI / ANAFILAKSI
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
3. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
4. Berikan RL asal netes.
5. Bila tekanan darah normal pikirkan Benadryl 50 mg. IM atau IV lambat.
6. Bila hipotensif (sistolik <90 mmHg) dan pasien dengan distres pernafasan ringan - sedang :
-----a. Buka keran IV, bolus (500 ml pada dewasa atau 20 ml/kg pada anak-anak).
-----b. Pasang PASG yang tidak ditiup dan tinggikan tungkai.
-----c. Berikan Epinefrin 1:1.000 SC (Dewasa 0,3 ml, pediatrik 0,01 ml/kg).
-----d. Transport.
7. Bila hipotensi refrakter, atau distres pernafasan berat :
-----a. Berikan Epinefrin 1:1.000 SC (Dewasa 0,3 ml, pediatrik 0,01 ml/kg).
-----b. Transport
-----c. Hubungi kontak medik dalam perjalanan.
-----d. Pikirkan Epinefrin 1:10.000 3-5 ml IV.
-----e. Pikirkan drip Dopamin mulai 2ug/kg/menit dan titrasi hingga berefek.
8. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

2. DEHIDRASI
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
4. Berikan RL melalui dua kateter IV 14-16 untuk mempertahankan tekanan sistol > 90 mmHg (20 ml/kg bolus untuk anak-anak).
5. Waspada disritmia.
6. Transport.
7. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

3. HIPOGLIKEMIA / DIABETIK GADAR
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Berikan RL asal netes dan draw tabung darah.
4. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Periksa kadar glukosa serum dengan Glukometer atau DextroStix.
-----a. Bila <80 mg/dl, berikan 25 g Dextrosa 50% IV.
-----b. Bila >80 mg/dl dan <250 mg/dl, lanjut ke #6.
-----c. Bila >250 mg/dl, lanjut ke pedoman Hiperglikemia.
6. Bala gagal memasang IV, berikan Glukagon 1 mg. IM.
7. Transport.
8. Ulang pemeriksaan glukosa dalam 5 menit.
9. Lakukan tindakan suportif.
10. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.
11. Label contoh darah pra tindakan dan serahkan pada rumah sakit penerima bersama pasien.

Kembali ke awal

4. HIPERGLIKEMIA / KETO-ASIDOSIS / DIABETIK GADAR
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
3. Berikan RL asal netes. dan draw tabung darah.
4. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Periksa kadar glukosa serum dengan Glukometer atau DextroStix.
-----a. Bila <80 mg/dl, berikan 25 g Dextrosa 50% IV.
-----b. Bila >80 mg/dl dan <250 mg/dl, lanjut ke #6.
-----c. Bila >250 mg/dl, lanjut ke #7.
6. Transport kefasilitas sesuai.
7. Bila glukosa >250 mg/dl, dan pasien menunjukkan perubahan status mental, respirasi Kussmaul, kulit kering dengan turgor buruk, dan/atau pernafasan ketotik :
-----a. Berikan RL dengan bukaan lebar.
-----b. Hubungi kontrol medik untuk pemberian Insulin atau bikarbonat.
-----c. Transport kefasilitas sesuai.
8. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.
9. Pikirkan pipa nasogastrik.
10. Pikirkan thiamin 100 mg IV.

Kembali ke awal

5. LESU DAN PUSING
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
4. Berikan RL IV 125 ml/jam. Berikan 250 ml bolus (20 ml/kg pada padiatrik) bila sistol <90 mmHg.
5. Waspada disritmia.
6. Berikan tindakan yang memberi rasa nyaman (seperti kompres dingin pada dahi).
7. Bila pasien mual atau baru muntah, berikan Phenergan 12,5-25 mg IV dorong atau IM. Jangan ulang lebih sering dari tiap 4 jam kecuali perintah kontrol medik.
8. Bila mengeluh pusing atau mabuk, pikirkan Dimenhydrinate (Dramamine) IV dorong 25-50 mg IV dorong dalam 30 detik.
9. Monitor EKG, tanda-tanda vital, oksimetri denyut, dan tingkat kesadaran.
10. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

6. LUKA BAKAR
1. Jamin ABC.
2. Padamkan semua api pada pasien, buka pakaian berasap (kulit), dan semua perhiasan yang menjerat.
3. Pindahkan dari lingkungan berbahaya dan batasi cedera :
-----a. Kimia : Bilas dengan air atau salin normal. Sikat zat kimia kering.
-----b. Ter : Dinginkan dengan air atau salin normal (jangan berusaha mengelupas ter).
-----c. Listrik : Lepaskan kontak dengan listrik bila sarana tersedia.(Temukan fraktur ----------sekunder dan luka keluar yang disebabkan arus.
4. Bila distres pernafasan, atau terjadi luka bakar jalan nafas, siapkan intubasi. Pikirkan RSI segera bila ada luka bakar pernafasan.
5. Bila nadi tidak teraba atau apnea, lanjut kepedoman henti jantung.
6. Bila dengan cedera lain, lanjut ke pedoman Pengelolaan Trauma.
7. Bila luka bakar derajat 2 atau 3 bermakna (>20% LPT / BSA) :
-----a. Oksigen via sungkup non-rebreather.
-----b. Berikan RL melalui dua kateter IV besar.
-----Berikan 4 ml X BB(kg) X BSA terbakar.
-----Berikan ½ dalam 8 jam pasca terbakar.
-----Berikan ¼ dalam 8 jam kedua.
-----Berikan ¼ dalam 8 jam ketiga.
-----c. Hubungi kontrol medik.
-----d. Pikirkan Morfin 2-5 mg IV dorong. Bisa diulang tiap lima menit hingga maksimum -------15 mg.
8. Bila penurunan kesadaran dan/atau tanda-tanda cedera kepala (pikirkan keracunan monoksida karbor bila ruang tertutup terbakar) :
-----a. Oksigen via sungkup non-rebreather.
-----b. Immobilisasi tulang belakang leher.
-----c. Berikan RL IV asal netes.
-----d. Hubungi kontrol medik.
9. Transport pasien luka bakar bermakna dalam selubung kering steril.
10. Pikirkan insersi kateter Foley.
11. Monitor output urin. Bila kurang dari 30-60 ml/jam (dewasa) atau 1 ml/kg/jam (pediatrik), tingkatkan cairan IV hingga tingkat output tercapai.
12. Pikirkan askharotomi bila daerah luka bakar leher, dada, atau ekstremitas mengganggu ventilasi atau sirkulasi efektif.
13. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

7. MABUK PERJALANAN
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
4. Berikan RL IV 125 ml/jam. Berikan bolus 250 ml bila sistol <90 mmHg (20 ml/kg pada anak-anak).
5. Waspada disritmia.
6. Berikan tindakan kenyamanan (misal kompres dingin pada dahi).
7. Bila pasien mual atau muntah, berikan Phenergan 12,5-25 mg IV dorong atau IM. Jangan ulang lebih sering dari tiap 4 jam kecuali perintah kontrol medik.
8. Bila pasien mengeluh pusing atau mabuk, pikirkan 25-50 Dimenhydrinate (Dramamine) IV dorong dalam 30 detik.
9. Monitor EKG, tanda-tanda vital, oksimeter denyut, dan tingkat kesadaran.
10. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

8. MUAL DAN MUNTAH
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via kanul nasal 2 lpm kecuali konsentrasi lebih tinggi dibutuhkan.
3. Berikan RL IV 125 ml/jam.
4. Berikan tindakan kenyamanan (misal kompres dingin pada dahi).
5. Bila pasien mual atau muntah, berikan Phenergan 12,5-25 mg IV dorong atau IM. Jangan ulang lebih sering dari tiap 4 jam kecuali perintah kontrol medik.
6. Bila pasien muntah berulang , berikan 5-10 mg Compazine IV dorong atau IM (hanya dewasa).
7. Monitor EKG, tanda-tanda vital, oksimeter denyut, dan tingkat kesadaran.
8. Pikirkan intubasi pasien muntah bila terjadi perubahan status mental.
9. Pikirkan pipa nasogastrik pada pasien dengan perubahan status mental dan/atau tidak dapat mempertahankan jalan nafas.
10. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

9. PSIKIATRIK GADAR
1. Pastikan keamanan diri. Panggil polisi.
2. Dekati pasien bila aman dilakukan.
3. Bicara netral, nada menenangkan.
4. Bebat bila dalam usaha membunuh atau bunuh diri, atau gadar mengancam jiwa (hanya dengan bantuan polisi).
5. Lakukan penilaian primer.
6. Lakukan penilaian sekunder:
-----a. Cari penyebab traumatikal atau medikal atas kelakuan pasien.
-----b. Tentukan tingkah-laku.
-----c. Tentukan status mental.
-----d. Dapatkan riwayat psikiatrik, obat-obatan, alkohol, medikal.
7. Berikan oksigen 6-10 lpm (bila COPD, berikan 2 lpm via kanul nasal).
8. Berikan RL asal netes.
9. Periksa kadar glukosa serum dengan Glukometer atau DextroStix.
-----a. Bila <80 mg/dl, berikan 25 g Dextrosa 50% IV.
-----b. Bila >80 mg/dl dan <250 mg/dl, lanjut ke #10.
10. Bila riwayat alkoholisme, atau diduga alkoholisme :
------ Berikan Thiamine 100 mg IV atau IM.
11. Transport (bila dibebat, pasien ditemani polisi).
12. Pikirkan Haldol 2-5 mg IM untuk sedasi.
13. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

10. SELAM GADAR (PENYAKIT DEKOMPRESI)
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Letakkan pasien terlentang kepala rendah posisi dekubitus lateral kiri.
4. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Berikan RL asal netes.
6. Cegah hipotermia atau hipertermia.
7. Monitor ketat komplikasi (pneumotoraks, syok, kejang) dan tindak sesuai masing-masing pedoman.
8. Hubungi kontrol medik bla indikasi analgesik.
9. Nilai tanda-tanda vital, termasuk suhu, tiap 10 menit.
10. Transport. Pikirkan Transport kefasilitas hiperbarik bila ada. Laporkan pada petugas hiperbarik riwayat menyelam lengkap (kedalaman, durasi, waktu serta onset dari gejala komplikasi, dan tindakan yang dilakukan.
11. Transport dengan kabin bertekanan serendah mungkin atau seperti diperintahkan kontrol medik atau dokter penerima.
12. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

11. SERANGAN SEKSUAL
1. Jamin ABC.
2. Tenangkan pasien dan berikan dukungan emosional.
3. Lakukan survei sekunder.
4. Tindak semua cedera, lebih baik didampingi relasi.
5. Amankan Lokasi dan bukti. Jangan izinkan korban mandi, ganti pakaian, kekamar mandi, cebok.
6. Beritahu polisi bila belum.
7. Transport kefasilitas yang mempunyai sarana pemeriksaan serangan seksual.
8. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

12. SINKOP - PINGSAN
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Berikan RL IV.
4. Monitor kardiak. Bila disritmi, lanjut ke pedoman disritmi sesuai.
5. Nilai tanda-tanda vital. Bila sistol <90 mmHg :
-----a. Tinggikan tungkai.
-----b. Periksa ulang tanda-tanda vital.
-----c. Bila tetap hipotensif, berikan 250 ml bolus (20 ml/kg pada padiatrik).
6. Oksimeter denyut.
7. Dapatkan riwayat terkait :
-----a. Saat terjadinya sinkop dan lamanya tidak sadar.
-----b. Posisi pasien saat terjadinya sinkop.
-----c. Tanda-tanda sebelum kejadian (pusing, mual, nyeri dada, nyeri kepala, kejang dll).
-----d. Medikasi/Alkohol(Ethanol)/penggunaan obat.
8. Periksa kadar glukosa serum dengan Glukometer atau DextroStix.
-----a. Bila <80 mg/dl, berikan 25 g Dextrosa 50% IV.
-----b. Bila >80 mg/dl dan <250 mg/dl, lanjut ke #9.
9. Letakkan pada posisi pemulihan.
10. Lakukan pengisapan dan jamin jalan nafas.
11. Ulang terus pemeriksaan tanda-tanda vital. Waspada hipotensi.
12. Transport kefasilitas sesuai.
13. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

13. TENGGELAM (Nyaris, NEAR DROWNING)
1. Jamin ABC.
2. Immobilisasi tulang belakang leher.
3. Oksigen via sungkup non-rebreather.
4. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Berikan RL IV asal netes.
6. Bila apneik :
-----a. Mulai dan lanjutkan ventilasi mekanik dengan oksigen 100%.
-----b. Intubasi endotrakheal.
-----c. Tindak semua disritmia sesuai pedoman.
-----d. Transport dan hubungi kontrol medik diperjalanan.
7. Bila apneik dan tanpa denyut nadi :
-----a. Mulai dan lanjutkan ventilasi mekanik dengan oksigen 100%.
-----b. RJP.
-----c. Intubasi endotrakheal (dengan immobilisasi leher in-line).
-----d. Tindak semua disritmia sesuai pedoman.
-----e. Transport dan hubungi kontrol medik diperjalanan.
8. Bila hipotensif :
-----a. Tinggikan tungkai.
-----b. Berikan RL IV 250 ml (pediatrik 20 ml/kg). Ulang hingga sistol dipertahankan >90
-----mmHg. Pikirkan memulai RL pada jalur IV kedua bila diperlukan bolus multipel.
-----c. Transport dan hubungi kontrol medik diperjalanan.
-----d. Mulai drip Dopamine bila tidak beraksi terhadap cairan. Mulai infus 2 ug/kg/menit
-----dan titrasi hingga sistol >90 mmHg dipertahankan.
9. Tindak semua disritmia sesuai pedoman.
10. Pikirkan pipa nasogastrik dengan isapan ringan.
11. Mulai penghangatan pasif bila pasien hipotermik.
12. Pikirkan Mannitol 0,5-1 g/kg pada perburukan status neurologikal.
13. Dapatkan gula darah dan berikan 25 g Dekstrosa 50% bila <80 mg/dl.
14. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal


 

GADAR SISTEM KARDIO-VASKULER

1. ANEURISMA / DISEKSI AORTA
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
3. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
4. Berikan RL melalui dua kateter IV 14-16 untuk mempertahankan tekanan sistol > 90 mmHg.
5. Bila tekanan darah normal pikirkan morfin 2-5 mg IV dorong untuk kontrol nyeri.
6. Bila hipertensif, lanjut ke pedoman Krisis Hipertensi.
7. Pikirkan PASG dan tiup untuk mempertahankan sistol >90 mmHg bila tidak dapat mempertahankan TD dengan cairan IV (Jangan gunakan PASG pada pasien yang diketahui atau diduga memiliki aneurisma torasik).
8. Laporkan kondisi pasien pada rumah sakit penerima agar dilakukan persiapan bedah.
9. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

2. DISRITMIA
Perawatan disritmia kardiak berdasar pada standar yang ditetapkan komite AHA untuk tindakan kardiak gadar. Lihat pedoman khusus untuk :
1. Asistol
2. Bradikardia (simtomatik).
3. Takhikardia Kompleks Sempit / NCT (simtomatik).
4. Aktifitas Elektrik Tanpa Denyut / PEA (disosiasi elektromekanik).
5. Fibrilasi Ventrikuler / VF.
6. Takhikardia Ventrikuler / VT (dengan denyut nadi).
7. Takhikardia Ventrikuler / VT (tanpa denyut nadi).
- Kontraksi Ventrikuler Prematur / PVC.

Hal penting harus diingat :
1. Selalu tindak pasien, bukan monitor.
2. Henti jantung akibat trauma tidak ditindak dengan pedoman medik.
3. Pedoman untuk keadaan henti jantung beranggapan bahwa keadaan yang dibahas tetap berlangsung, bahwa pasien tetap dalam henti jantung, dan RJP selalu dilaksanakan.
4. Jalan nafas, ventilasi, oksigenasi, kompresi dada, dan defibrilasi memadai adalah lebih penting dari pemberian medikasi dan berperan diatas pemasangan infus atau penyuntikan obat.
5. Ingat bahwa Lidokain, Epinefrin, Atropin dan Nalokson bisa diberikan via pipa endotrakheal.
6. Setelah setiap pemberian obat IV, berikan 20-30 ml bolus cairan IV dan segera tinggikan ekstremitas untuk membantu obat ke sirkulasi sentral.

Kembali ke awal

3. DISRITMIA AKTIFITAS ELEKTRIK TANPA DENYUT (PEA)
1. Jamin ABC.
2. Mulai dan lanjutkan RJP.
3. Intubasi segera.
4. Berikan RL keran terbuka lebar.
5. Pastikan asistol pada lebih dari satu lead.
6. Pikirkan kemungkinan penyebab :
-----a. Hipovolemia
-----b. Hipoksia.
-----c. Hiperkalemia (peninggian potasium).
-----d. Tamponade kardiak.
-----e. Perjalanan keasidosis. 
-----f. Overdosis obat.
-----g. Hipotermia.
-----h. Pneumotoraks tension.
-----i. Emboli paru-paru masif.
-----j. Infark miokard akut masif.
7. Berikan 1 mg Epinephrine 1:10.000 tiap 3-5 menit IV, diikuti bolus 20 ml cairan IV setelah tiap pemberian disertai peninggian ekstremitas. Bila gagal menyiiapkan jalur IV, berikan via endotrakheal.
8. Bila denyut jantung <60/menit, atau bradikardia relatif, berikan atropin 1mg IV. Bisa diulang tiap 3-5 menit hingga :
-----a. 2 mg pada pasien BB kurang dari 50 kg.
-----b. 3 mg pada pasien BB 50-75 kg.
-----c. 4 mg pada pasien BB 75-100 kg.
9. Hubungi kontrol medik.
10. Pikirkan sodium bikarbonat.
11. Pikirkan pacu jantung transkutan (TCP) segera, bila tersedia.
12. Transport.
13. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

4. DISRITMIA ASISTOL
1. Jamin ABC.
2. Mulai dan lanjutkan RJP.
3. Intubasi segera.
4. Berikan RL asal netes.
5. Pastikan asistol pada lebih dari satu lead.
6. Pikirkan kemungkinan penyebab :
-----a. Hipoksia.
-----b. Hiperkalemia (peninggian potasium).
-----c. Hipokalemia (penurunan potasium).
-----d. Perjalanan keasidosis.
-----e. Overdosis obat.
-----f. Hipotermia.
7. Pikirkan pacu jantung transkutan (PCT) segera, bila tersedia.
8. Berikan atropin 1mg IV. Bisa diulang tiap 3-5 menit hingga :
-----a. 2 mg pada pasien BB kurang dari 50 kg.
-----b. 3 mg pada pasien BB 50-75 kg.
-----c. 4 mg pada pasien BB 75-100 kg.
10. Hubungi kontrol medik untuk petunjuk selanjutnya.
11. Transport.
12. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

5. DISRITMIA BRADIKARDIA SIMTOMATIK
1. Jamin ABC.
2. Oksigen.
3. Pasang monitor.
4. Berikan RL asal netes.
5. Nilai tanda-tanda vital.
6. Bila denyut jantung <60/menit dan pasien menunjukkan tanda-tanda atau gejala :
-----a. Nyeri dada.
-----b. Pernafasan dangkal.
-----c. Penurunan tingkat kesadaran.
-----d. Tekanan darah rendah.
-----e. Syok.
-----f. Edema paru-paru.
-----g. Gagal jantung kongestif.
-----h. Infark miokard akut / AMI.
-----berikan atropin 0,5 mg IV.
7. Hubungi kontrol medik.
8. Atropin IV dapat diulang tiap 3-5 menit hingga :
-----a. 2 mg pada pasien BB kurang dari 50 kg.
-----b. 3 mg pada pasien BB 50-75 kg.
-----c. 4 mg pada pasien BB 75-100 kg.
9. Pikirkan pacu jantung transkutan (TCP) segera, bila tersedia.
10. Transort.
11. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

6. DISRITMIA TAKHIKARDIA KOMPLEKS SEMPIT (NCT) SIMTOMATIK
1. Jamin ABC.
2. Oksigen.
3. Pasang monitor. Pastikan NCT. Bila takhikardia kompleks lebar, lanjut ke pedoman Takhikardia Ventrikuler (VT).
4. Nilai tanda-tanda vital.
5. Berikan RL asal netes.
6. Bila pasien menunjukkan tanda-tanda atau gejala :
-----a. Nyeri dada.
-----b. Pernafasan dangkal.
-----c. Penurunan tingkat kesadaran.
-----d.Tekanan darah rendah.
-----e. Syok.
-----f. Edema paru-paru.
-----g. Gagal jantung kongestif.
-----h. Infark miokard akut / AMI.
-----pikirkan bahwa pasien tidak stabil.
7. Lakukan manuver vagal bila tidak kontra indikasi.
8. Bila manuver vagal gagal, berikan Adenosine 6 mg IV cepat, pompa dalam 1-3 detik dengan tempat masuk sedekat mungkin pasien.
9. Bila setelah 1-2 menit tidak tampak respon, berikan Adenosine 12 mg IV cepat, pompa dalam 1-3 detik dengan tempat masuk sedekat mungkin pasien.
10. Pikirkan kardioversi tersinkronisasi, terutama bila tanda-tanda vital memburuk. Bila waktu mengizinkan, premedikasi dengan Valium 2-5 mg IV dorong, Versed 1-2 mg IV dorong, atau Morfin 2-5 mg IV dorong.
11. Bila irama adalah fibrilasi atrial atau flutter atrial dengan respon ventrikuler cepat, pikirkan Diltiazem 20 mg IV dorong lambat (sekitar 2 menit).
13. Transport.

Kembali ke awal

7. DISRITMIA KONTRAKSI VENTRIKULER PREMATUR (PVC)
1. Jamin ABC.
2. Oksigen.
3. Berikan RL asal netes.
4. Pasang monitor. Pastikan PVC.
5. Nilai tanda-tanda vital.
6. Bila asimtomatik, transport dengan monitoring berkelanjutan.
7. Bila pasien menunjukkan tanda-tanda atau gejala :
-----a. Nyeri dada.
-----b. Pusing.
-----c. Gejala-gejala AMI,
-----dan PVC malignan :
-----a. > 6/menit.
-----b. Multifokal.
-----c. Tejadi dalam couplets.
-----d. Menunjukkan fenomena r on t.
-----e. Menunjukkan takhikardia ventrikuler berkepanjangan.
-----berikan Lidokain 1-1,5 mg/kg IV dorong (kurangi dosis hingga 50% bila usia >70 ----------tahun atau diketahui mengidap kelainan hati).
8. Bila setelah 5 menit PVC menetap, ulang Lidokain ½ dosis inisial. Bila PVC teratasi, mulai Lidokain drip 2 mg/menit. Hubungi kontrol medik.
9. Pikirkan Prokainamide 30 mg/menit hingga maksimum 17 mg/kg bila PVC menetap.
10. Bila pasien satu saat menjadi tanpa denyut, pindah ke pedoman Takhikardia Ventrikuler Tanpa Denyut (PVT) (atau pedoman sesuai lain).
11. Transport.
12. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

8. DISRITMIA FIBRILASI VENTRIKULER (VF)
1. Jamin ABC.
2. Mulai dan lanjutkan RJP sampai defibrilator terpasang.
3. Pastikan VF atau non perfusing VT pada monitor.
4. Defibrilasi sampai 3 kali bila dibutuhkan pada VF atau VT persisten :
-----a. #1 : 200 joule.
-----b. #2 : 300 joule.
-----c. #3 : 600 joule.
5. Bila VF atau VT menetap, lanjutkan RJP. Bila pasien menunjukkan PEA atau asistol, lanjut ke pedoman sesuai.
6. Intubasi.
7. Berikan RL asal netes.
8. Berikan 1 mg Epinephrine 1:10.000 tiap 3-5 menit IV, diikuti bolus 20 ml cairan IV setelah tiap pemberian disertai peninggian ekstremitas. Bila gagal menyiiapkan jalur IV, berikan via endotrakheal.
9. Defibrilasi 360 joule dalam 30-60 detik diikuti pemberian masing-masing obat.
10. Berikan 1,5 mg/kg Lidokain IV, ulang tiap 3-5 menit hingga total 3 mg/kg sudah diberikan. Bila gagal mendapat jalur IV, berikan via endotrakheal.
11. Pikirkan Bretylium 5 mg/kg IV.
12. Hubungi kontrol medik.
13. Pikirkan Sodium Bikarbonat.
14. Transport.
15. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

9. DISRITMIA TAKHIKARDIA VENTRIKULER DENGAN DENYUT (VT w/ PULSE)
1. Jamin ABC.
2. Oksigen
3. Berikan RL asal netes.
4. Pasang monitor. Pastikan VT.
5. Nila tanda-tanda vital.
6. Bila pasien menunjukkan tanda-tanda atau gejala :
-----a. Nyeri dada.
-----b. Pernafasan dangkal.
-----c. Penurunan tingkat kesadaran.
-----d. Tekanan darah rendah.
-----e. Syok.
-----f. Edema paru-paru.
-----g. Gagal jantung kongestif.
-----h. Infark miokard akut / AMI.
-----pikirkan bahwa pasien tidak stabil.
7. Berikan Lidokain 1,5 mg/kg IV dorong.
8. Berikan 0,5-0,75 mg/kg Lidokain IV, tiap 5-10 menit hingga VT terkontrol atau total 3 mg/kg sudah diberikan.
9. Pikirkan Prokainamid 30 mg/menit hingga maksimum 17 mg/kg.
10. Pikirkan Betrylium 5-10 mg/kg tiap 8-10 menit hingga maksimum 30 mg/kg.
11. Pikirkan kardioversi tersinkron. Bila waktu mengizinkan, premedikasi dengan valium 2-5 mg IV dorong, Versed 1-2 mg IV dorong, atau Morphine 2-5 mg IV dorong.
12. Bila pasien kehilangan nadi, lanjut ke pedoman VT atau pedoman lain yang sesuai.
13. Transport.
14. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

10. DISRITMIA TAKHIKARDIA VENTRIKULER TANPA DENYUT (VT wo/PULSE)
1. Jamin ABC.
2. Mulai dan lanjutkan RJP sampai defibrilator terpasang.
3. Pastikan VF atau non perfusing VT pada monitor.
4. Defibrilasi sampai 3 kali bila dibutuhkan pada VF atau VT persisten :
-----a. #1 : 200 joule.
-----b. #2 : 300 joule.
-----c. #3 : 600 joule.
5. Bila VF atau VT menetap, lanjutkan RJP. Bila pasien menunjukkan PEA atau asistol, lanjut ke pedoman PEA atau asistol.
6. Intubasi.
7. Berikan RL asal netes.
8. Berikan 1 mg Epinephrine 1:10.000 tiap 3-5 menit IV, diikuti bolus 20 ml cairan IV setelah tiap pemberian disertai peninggian ekstremitas. Bila gagal menyiiapkan jalur IV, berikan via endotrakheal.
9. Defibrilasi 360 joule dalam 30-60 detik diikuti pemberian masing-masing obat.
10. Berikan 1,5 mg/kg Lidokain IV, ulang tiap 3-5 menit hingga total 3 mg/kg sudah diberikan. Bila gagal mendapat jalur IV, berikan via endotrakheal.
11. Pikirkan Bretylium 5 mg/kg IV.
12. Hubungi kontrol medik.
13. Pikirkan Sodium Bikarbonat.
14. Transport.
15. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

11. GAGAL JANTUNG KONGESTIF / EDEMA PARU-PARU
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather bila tidak ada riwayat COPD. Bila ada riwayat COPD, titrasi pemberian oksigen untuk mempertahankan SPO2 >90%. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
3. Berikan RL asal netes.
4. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Bila ada tanda-tanda hipoventilasi berat :
-----a. Bantu ventilasi dengan BVM (Ambu bag) dengan oksigen 100%.
-----b. Pikikan intubasi endotrakheal.
-----c. Hubungi kontrol medik.
6. Bila ada riwayat GJK/CHF, dan pasien menunjukkan takhipnea, DVJ/JVD, edema, bunyi nafas basah (rales) :
-----a. Letakkan dalam posisi duduk (semi-fowler).
-----b. Berikan Nitrogliserin 1/150 sublingual (bila TD sistol >120).
-----c. Berikan Lasix 40-80 mg IV.
-----d. Pikirkan morfin 2-5 mg tiap 5 menit (total jangan melebihi 10 mg). Monitor ketat
-----tekanan darah dan pernafasan.
-----e. Bila sistol >100 mmHg, beri Dobutamin 2-20 ug/kg/menit untuk mempertahankan
-----sistol >100 mmHg.
-----f. Bila sistol <100 mmHg, beri Dopamin 2-20 ug/kg/menit untuk mempertahankan
-----sistol >100 mmHg.
-----g. Pikirkan Norepinefrin 0,5-30 ug/menit bila sistol <70 mmHg stelah diperintahkan
-----kontrol medik.
-----h. Hubungi kontrol medik. bila tidak ada respons terhadap tindakan.
-----i. Transport.

Kembali ke awal

12. HIPERTENSIF, KRISIS
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
4. Bila TD > 200/130 dan asimtomatik; atau TD >180/110 diserta bradikardia, nyeri kepala, bingung, berikan Procardia 10 mg sublingual (tusuk kapsul dengan jarum dan letakkan dibawah lidah pasien, atau suruh pasien mengisap kapsul). Jangan berikan Procardia bila pasien menunjukkan tanda-tanda edema paru-paru.
6. Monitor tanda-tanda vital tiap 3-5 menit.
7. Bila ada sedikit atau tidak ada perubahan TD setelah pemberian Procardia, Hubungi kontrol medik untuk instruksi tambahan. Pikirkan Labetalol atau obat sejenis.
8. Bila respon terhadap Procardia berlebihan dan terjadi hipotensi, tinggikan tungkai pasien dan berikan 250 mg bolus RL. Beritahu kontrol medik.
9. Transport kefasilitas sesuai.
10. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

13. NYERI DADA
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
4. Letakkan pada posisi nyaman.
5. Berikan RL atau salin normal asal netes.
6. Berikan satu tablet Nitrogliserin (1/150) sublingual bila sistol >100 mmHg. Bisa diulang tiap 5 menit hingga :
-----a. 3 tablet sudah diberikan.
-----b. Nyeri membaik.
-----c. Sistol turun dibawah 100 mmHg.
7. Berikan satu tablet aspirin (325 mg) PO atau isap bila pasien tidak alergi aspirin dan tidak mengidap ulkus.
9. Pikirkan Morfin 2 mg IV dorong tiap 5 menit hingga maksimum 10 mg dalam 1 jam. Monitor respirasi dan tekanan darah ketat.
10. Pikirkan Phenergan 12,5-25 mg atau Compazine 5-10 mg IV dorong untuk mual dan muntah.
11. Pikirkan drip Nitroglycerin untuk nyeri dada persisten atau berat.
12. Minimalkan penusukan vena.
13. Transport.
14. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

14. POMPA BALON INTRA-AORTIK (INTRA-AORTIC BALOON PUMP)
1. Jamin ABC.
2. Oksigen 2-3 lpm via kanul nasal. Naikkan bila perlu untuk mempertahankan saturasi >90%.
3. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
4. Berikan RL melalui dua kateter IV 14-16 asal netes (jalur IV biarkan ditempat dan mulai Transport kefasilitas sesuai).
5. Monitor tanda-tanda vital, EKG, status mental, pernafasan dan oksigenasi tiap 10 menit.
6. Tindak aritmia dengan pedoman sesuai.
7. Jaga tekanan arterial rata-rata (MAP) 60-80 mmHg.
8. Jangan tinggikan kepala tempat tidur > 300 (petugas darat menghubungi pilot mengenai sudut mendarat dan berangkat).
9. Nilai pasien berulang.
10.Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

15. SYOK KARDIOGENIK
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather bila tidak ada riwayat COPD. Bila ada riwayat COPD, atur pengangkutan oksigen untuk mempertahankan SPO2 >90%. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
3. Berikan RL IV asal netes. Bila hipotensif, bolus 250 cc.
4. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Tindak disritmia sesuai pedoman sesuai.
6. Bila ada tanda-tanda hipoventilasi berat :
-----a. Bantu pernafasan dengan BVM (Ambu bag) dengan oksigen 100%.
-----b. Pikirkan intubasi endotrakheal.
-----c. Hubungi kontrol medik.
-----d. Pasien kongesti paru-paru berat dengan intubassi mungkin memerlukan PEEP untuk -----mempertahankan status oksigenasi.
7. Monitor Intake dan output ketat.
8. Bila sistol >100 mmHg, beri Dobutamin 2-20 ug/kg/menit untuk mempertahankan sistol
>100 mmHg.
9. Bila sistol <100 mmHg, beri Dopamin 2-20 ug/kg/menit untuk mempertahankan sistol
>100 mmHg.
10. Pikirkan Norepinefrin 0,5-30 ug/menit bila sistol <70 mmHg setelah diperintahkan kontrol medik.
11. Hubungi kontrol medik. bila tidak ada respons terhadap tindakan.
12. Transport.

Kembali ke awal

 


GADAR SISTEM PERNAFASAN

1. ASTHMA
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather bila tidak ada riwayat COPD. Bila ada riwayat COPD, berikan oksigen 2-3 lpm via kanul nasal. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
3. Berikan IV RL asal netes.
4. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Bila ada tanda-tanda hipoventilasi berat :
-----a. Bantu ventilasi dengan BVM (Ambu bag) dengan oksigen 100%.
-----b. Pikirkan intubasi endotrakheal.
-----c. Hubungi kontrol medik.
6. Bila ada riwayat asma, pasien dengan wheezing, batuk, takhipnea, atau retraksi :
-----a. Dapatkan garis dasar PEFR (peak expiratory flow rate) saat menyiapkan nebu lizer.
-----b. Berikan Albuterol melalui nafas (dewasa 0,5 ml). Dapat diulang tiap 10 menit. ----------Hentikan bila pasien mengalami takhikardia jelas atau nyeri dada.
-----c. Pikirkan Epinefrin 1:1.000, 0,3 mg SC (pediatrik 0,01 mL/kg) bila diperintahkan ---------kontrol medik.
-----d. Bila pasien sudah mendapat Albuterol dalam dua jam terakhir, pikirkan Isoetharine -----(Bronkosol) (Dewasa 0,5 mL) dibanding Albuterol.
-----e. Ipratropium (Atrovent) (Dewasa 500 ug) bisa ditambahkan pada nebulizer awal ---------dengan Albuterol atau Isoetharine.
-----f. Dapatkan tingkat PEFR pasca setiap tindakan.
-----g. Pikirkan Methylprednisolone 80-125 mg IV dorong.
-----h. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.
-----i. Transport kefasilitas sesuai.
7. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

2. DISPNEA
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather bila tidak ada riwayat COPD. Bila ada riwayat COPD, berikan oksigen untuk mempertahankan SPO2 >90%. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
3. Berikan RL asal netes.
4. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Bila ada tanda-tanda hipoventilasi berat :
-----a. Bantu pernafasan dengan BVM (Ambu bag) dengan oksigen 100%.
-----b. Pikirkan intubasi endotrakheal.
-----c. Hubungi kontrol medik.
6. Bila ada riwayat COPD (emfisema/bronkhitis kronik) :
-----a. Dapatkan garis dasar peak expiratory flow rate (PEFR) saat menyiapkan nebu
-----lizer.
-----b. Berikan Albuterol melalui nafas (dewasa 0,5 ml). Dapat diulang tiap 10 menit. ----------Hentikan bila pasien mengalami takhikardia jelas atau nyeri dada.
-----c. Bila pasien sudah mendapat Albuterol dalam dua jam terakhir, pikirkan Isoetharine -----(Bronkosol) (Dewasa 0,5 mL) dari pada Albuterol.
-----d. Ipratropium (Atrovent) (Dewasa 500 ug) bisa ditambahkan pada nebulizer awal ---------dengan Albuterol atau Isoetharine.
-----e. Dapatkan tingkat PEFR pasca setiap tindakan.
-----f. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.
-----g. Transport kefasilitas sesuai.
7. Bila ada riwayat demam dan/atau batuk produktif :
-----a. Letakkan pasien pada posisi nyaman.
-----b. Transport.
8. Bila terpapar allergen, edema, rash dan wheezing :
-----a. Lanjut ke pedoman Anafilaksi/alergi.
-----b. Hubungi kontrol medik.
-----c. Transport.
9. Bila ada riwayat emboli paru-paru :
-----a. Letakkan pada posisi nyaman (disukai tungkai lebih rendah dari jantung).
-----b. Pikirkan Morfin 2 mg IV dorong untuk nyeri, dapat dilulang hingga maksimum 10 -------mg.
-----c. Pikirkan Valium 2-5 mg IV dorong untuk kecemasan.
10. Bila ada riwayat CHF, dan pasien menunjukkan takhipnea, JVD, edema, bunyi nafas basah (rales) :
-----a. Letakkan dalam posisi duduk (semi-fowler).
-----b. Berikan Nitrogliserin 1/150 sublingual (bila TD sistol >120).
-----c. Berikan Lasix 40-80 mg IV.
-----d. Pikirkan morfin 2-5 mg tiap 5 menit (total jangan melebihi 10 mg). Monitor ketat
-----tekanan darah dan pernafasan.
-----e. Bila sistol >100 mmHg, beri Dobutamin 2-20 ug/kg/menit untuk mempertahankan
-----sistol >100 mmHg.
-----f. Bila sistol <100 mmHg, beri Dopamin 2-20 ug/kg/menit untuk mempertahankan
-----sistol >100 mmHg.
-----g. Pikirkan Norepinefrin 0,5-30 ug/menit bila sistol <70 mmHg ketika diperintahkan
-----kontrol medik.
-----h. Hubungi kontrol medik, bila tidak ada respons terhadap tindakan.
-----i. Transport.
11. Bila ada riwayat asma, pasien dengan wheezing, batuk, takhipnea, atau retraksi :
-----a. Dapatkan garis dasar PEFR (peak expiratory flow rate) saat menyiapkan nebu lizer.
-----b. Berikan Albuterol melalui nafas (dewasa 0,5 ml). Dapat diulang tiap 10 menit. ----------Hentikan bila pasien mengalami takhikardia jelas atau nyeri dada).
-----c. Pikirkan Epinefrin 1:1.000, 0,3 mg SC (pediatrik 0,01 mL/kg) bila diperintahkan ---------kontrol medik.
-----d. Bila pasien sudah mendapat Albuterol dalam dua jam terakhir, pikirkan Isoetharine -----(Bronkosol) (Dewasa 0,5 mL) dari pada Albuterol.
-----e. Ipratropium (Atrovent) (Dewasa 500 ug) bisa ditambahkan pada nebulizer awal ---------dengan Albuterol atau Isoetharine.
-----f. Dapatkan tingkat PEFR pasca setiap tindakan.
-----g. Pikirkan Methylprednisolone 80-125 mg IV dorong.
-----h. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.
-----i. Transport kefasilitas sesuai.
12. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

3. EMBOLISME PARU-PARU
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather bila tidak ada riwayat COPD. Bila ada riwayat COPD, berikan oksigen untuk mempertahankan SPO2 >90%. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
3. Berikan RL asal netes.
4. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Bila ada tanda-tanda hipoventilasi berat :
-----a. Bantu pernafasan dengan BVM (Ambu bag) dengan oksigen 100%.
-----b. Pikirkan intubasi endotrakheal.
-----c. Hubungi kontrol medik.
6. Bila riwayat diduga embolisme paru-paru :
-----a. Letakkan pada posisi nyaman (disukai ekstremitas lebih rendah dari jantung).
-----b. Pikirkan Morphine-5 mg IV dorong untuk nyeri. Bisa diulang hingga maksimum 10 -----mg.
-----c. Pikirkan Valium 2-5 mg IV dorong untuk cemas.
-----d. Transport.
7. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal


 

GADAR SISTEM SUSUNAN SARAF PUSAT

1. CEDERA KEPALA / TULANG BELAKANG
1. Jamin ABC.
2. Pertahankan immobilasi tulang belakang leher.
3. Tentukan tingkat kesadaran (AVPU).
4. Periksa motorik (paralisis, kelemahan, posturing) bila mungkin.
5. Periksa pupil (ukuran dan ekualitas).
6. Periksa sensori bila mungkin.
7. Luka terbuka dengan jaringan otak terlihat, tutup dengan kassa dibasahi salin.
8. Oksigen via sungkup non-rebreather. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
9. Bila tidak ada nadi, apneik :
-----a. Intubasi dengan leher pada posisi netral (stabilkan dengan traksi oleh petugas
-----kedua).
-----b. Hiperventilasi dengan oksigen 100%.
-----c. RJP.
-----d. Pasang dan pompa PASG.
-----e. Transport kefasilitas sesuai.
-----f. Berikan RL IV diperjalanan.
-----g. Hubungi kontrol medik diperjalanan.
10. Bila pasien tidak responsif :
-----a. Intubasi dengan leher pada posisi netral (stabilkan dengan traksi oleh petugas
-----kedua).
-----b. Hiperventilasi dengan oksigen 100%.
-----c. Transport kefasilitas sesuai.
-----d. Berikan RL IV diperjalanan.
11. Bila TD sistol <90 mmHg, atau tanda-tanda syok :
-----a. Oksigen via sungkup non-rebreather.
-----b. Immobilisasi leher.
-----c. Pasang dan pompa PASG.
-----d. Transport kefasilitas sesuai.
-----e. Berikan RL IV diperjalanan.
-----f. Hubungi kontrol medik diperjalanan.
-----g. Bila berontak, periksa jalan nafas, pastikan aliran oksigen, dan restrain bila perlu.
12. Pikirkan Mannitol 0,5-1 g/kg IV dorong.
13. Antisipasi kejang dan kemungkinan berontak. Pikirkan Valium 2-10 mg IV dorong bila kejang dan agitasi. Tetap pertahankan jalan nafas dan ventilasi pasien bila perlu.
14. Pikirkan induksi berurutan cepat (RSI) dan intubasi untuk pasien yang berontak dengan 0.08-0,1 mg Vecuronium (Norcuron) untuk paralisis. Vecuronium bisa diulang 0,05 mg/kg untuk kelanjutan paralisis diperjalanan.
15. Transport kefasilitas sesuai segera.
16. Bila cedera tulang belakang dengan ada atau disangka defisit neurologis, hubungi kontrol medik untuk kemungkinan memulai terapi kortikosteroid dosis tinggi. Pikirkan vasopresor untuk syok spinal bila diperintahkan kontrol medik.
17. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

2. CEDERA, MATA
1. Jamin ABC.
2. Survei sekunder.
3. Bila cedera kimia atau sensasi benda asing, berikan 2 tetes mata Tetracaine (larutan 0,5%) pada mata terkena bila pasien tidak alergi tetracaine atau kelompok anestesi lokal ‘caine’.
4. Bila cedera kimia, bilas segera dengan salin normal steril. Lanjutkan diperjalanan.
5. Hubungi kontrol medik.
6. Transport kefasilitas sesuai.
7. Bawa kontainer zat kimia atau nama zat kimia bersama pasien ke UGD.
8. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

3. KEJANG
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Berikan RL asal netes.
4. Bila kejang aktif, lanjut ke #7.
5. Bila kejang tidak aktif :
-----a. Buka jalan nafas dan isap bila perlu.
-----b. Mulai survei sekunder.
-----c. Dapatkan riwayat.
-----d. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
6. Periksa kadar glukosa serum dengan Glukometer atau DextroStix.
-----a. Bila <80 mg/dl, berikan 25 g Dextrosa 50% IV.
7. Bila kejang aktif :
-----a. Lindungi pasien dari cedera.
-----b. Jangan usahakan bilah lidah atau jalan nafas oral.
-----c. Isap bila perlu.
-----d. Jalan nafas nasofarings mungkin berguna.
8. Bila kejang lama (>5 menit) :
-----a. Draw blood tube, bila mungkin.
-----b. Berikan valium 2-5 mg IV (dewasa).
-----c. Periksa kadar glukosa serum dengan Glukometer atau DextroStix.
-----Bila <80 mg/dl, berikan 25 g Dextrosa 50% IV.
-----d. Transport dan hubungi kontrol medik dari perjalanan.
9. Bila baru kejang, dan pasien post-ictal :
-----a. Letakkan pada posisi pemulihan.
-----b. Isap bila perlu.
-----c. Transport.
10. Bila pasien pediatrik dengan kejang aktif :
-----a. Lindungi pasien dari cedera.
-----b. Hubungi kontrol medik.
-----c. Pikirkan Valium seperti diperintah kontrol medik.
-----d. Transport.
11. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

4. KOMA / PERUBAHAN STATUS MENTAL
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
3. Berikan RL asal netes.
4. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Tentukan kadar glukosa serum dengan Glukometer atau DextroStix.
-----a. Bila <80 mg/dl, berikan 25 g Dextrosa 50% IV.
-----b. Bila >80 mg/dl dan <250 mg/dl, lanjut ke #6.
-----c. Bila >250 mg/dl, lanjut ke pedoman Hiperglikemia.
6. Bila riwayat diduga alkoholisme, berikan 100 mg thiamin IV/IM.
7. Bila riwayat penyalahgunaan obat, pasien dengan pupil konstriksi atau depresi pernafasan, berikan Nalokson 1-2 mg IV.
8. Bila riwayat mengarah pada penggunaa Benzodiazepin, berikan Flumazenil (Anexate/Romazicon) IV dorong dalam 30 detik. Ulang bila perlu hingga maksimum 1 mg.
9. Berikan tindakan penunjang.
10. Transport ke rumah sakit sesuai.
11. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

5. STROKE / CVA
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
3. Berikan RL IV asal netes.
4. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Tinggikan kepala tempat tidur bila mungkin.
6. Periksa kadar glukosa serum dengan Glukometer atau DextroStix.
-----a. Bila <80 mg/dl, berikan 25 g Dextrosa 50% IV.
-----b. Bila >80 mg/dl dan <250 mg/dl, lanjut ke #7.
-----c. Bila >250 mg/dl, lanjut ke pedoman Hiperglikemia.
7. Letakkan pada posisi pemulihan (kecuali diduga cedera tulang belakang).
8. Siapkan pengisap dan rawat jalan nafas.
9. Ulang pemeriksaan tanda-tanda vital sesering mungkin. Bila hipertensif, lanjut kepedoman Krisis Hipertensi.
10. Atasi kejang dengan 5-10 mg Valium IV dorong. Hubungi kontrol medik bila tidak respons terhadap valium.
11. Atasi agitasi dengan Valium 2-5 mg IV dorong. Ulang bila perlu tiap 10 menit hingga maksimum 10 mg.
12. Bila pasien pasien dapat menelan, berikan 325 mg Aspirin PO (isap atau telan).
13. Transport ke rumah sakit sesuai.
14. Pikirkan Mannitol 0,5-1 g/kg IV dorong dalam 5-10 menit untuk tanda-tanda dan gejala peninggian Tekanan Intrakranial.

Kembali ke awal


 

GADAR AKIBAT TRAUMA

1. AMPUTASI
1. Jamin ABC.
2. Kontrol perdarahan.
3. Oksigen via sungkup non-rebreather.
4. Berikan RL melalui dua kateter IV 14-16 untuk mempertahankan tekanan sistol > 90 mmHg.
5. Atasi syok bila indikasi.
6. Cuci bagian amputasi dengan salin normal untuk membuang debris yang lepas. JANGAN GUNAKAN SIKAT.
7. Balut bagian amputasi dengan kassa dilembabkan salin normal.
8. Letakkan bagian yang dibalut dalam kantung plastik dan seal. Label dengan Nama, Tanggal, dan Jam.
9. Letakkan kantung yang di seal dalam kontainer terisi air dan beberapa potong batu es.
10. Pikirkan Morfin 2-5 mg IV dorong untuk kontrol nyeri. Bisa diulang dalam 5 menit hingga maksimum 10 mg.
11. Bila amputasi parsial, letakkan pada posisi anatomis untuk menjamin status vaskuler terbaik dan balut dengan tampon tebal. Bila vaskularisasi bagian distal terganggu, balut bagian distal dan gunakan es (Pikirkan memasang probe oksimeter denyut pada jari ekstremitas terkait untuk memonitor status vaskuler anggota terkena).
12.Transport kefasilitas sesuai.
13. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

2. FRAKTURA, UMUM
1. Jamin ABC.
2. Survei sekunder.
3. Catat tingkat kesadaran dan orientasi pasien.
4. Pikirkan Nubain 5-10 mg IV atau IM, atau Morphine 2-4 mg IV sebelum memindahkan pasien bila tidak ada bukti cedera kepala atau abdomen.
5. Immobilisasi fraktura.
6. Transport kefasilitas sesuai.
7. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

3. FRAKTURA, FEMUR
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Berikan RL 250 ml/jam.
4. Bila ada tanda-tanda syok (takhicardia, diaforesis, hipotensi dll), mulai infus RL jalur kedua, terbuka lebar.
5. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
6. Nilai tanda-tanda vital.
7. Pikirkan Nubain 5-10 mg IV atau IM, atau Morphine 2-4 mg IV sebelum memindahkan pasien bila tidak ada bukti cedera kepala atau abdomen.
8. Pasang alat traksi.
9. Transport kefasilitas sesuai.
10. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

4. FRAKTURA, PELVIS
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Berikan RL 250 ml/jam.
4. Bila ada tanda-tanda syok (takhicardia, diaforesis, hipotensi dll), mulai infus RL jalur kedua, terbuka lebar.
5. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
6. Nilai tanda-tanda vital.
7. Pasang PASG, pompa bila perlu untuk immobilisasi atau syok.
8. Transport kefasilitas sesuai.
9. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

5. TRAUMA ABDOMEN
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
3. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
4. Berikan RL melalui dua kateter IV 14-16 untuk mempertahankan tekanan sistol > 90 mmHg.
5. Sarana harus terpasang kokoh pada tempatnya.
6. Eviserasi ditutup dengan kassa direndam salin. Jangan mencoba mendorong organ kembali kerongga abdomen. Jangan meniup bagian abdomen PASG/MAST.
7. Transport segera.
8. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

6. TRAUMA DADA
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
3. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
4. Berikan RL melalui dua kateter IV 14-16 untuk mempertahankan tekanan sistol > 90 mmHg.
5. Bila luka dada tembus atau mengisap (sucking) (lihat gelembung, dengar kebocoran udara) :
-----a. Pasang tampon sumbat saat ekshalasi (plester 3 sisi).
-----b. Sekali menyumbat, monitor adanya pneumotoraks tension.
6. Bila terjadi flail chest (segmen tidak stabil yang tidak mengembang bersama bagian dada lainnya saat inspirasi) :
-----a. Bila sadar, stabilkan segmen flail dengan tampon kassa, kantung IV, dll.
-----b. Bila tidak sadar, immobilisasikan leher dan intubasi. Ventilasi dengan oksigen
-----100% dengan BVM (Ambu bag).
7. Bila pneumotoraks tension (tidak adanya bunyi nafas unilateral dengan atau tanpa deviasi trakheal atau tidak adanya bunyi nafas bilateral :
- Lakukan dekompresi jarum sesuai pedoman
8. Ventilasi inadekuat berkelanjutan atau penurunan kesadaran :
-----a. Survei sekunder cepat untuk kelainan lain.
-----b. Immobilisasi leher.
-----c. Kontrol perdarahan.
-----d. Intubasi dengan stabilisasi leher.
-----e. Ventilasi dengan oksigen 100% via BVM (Ambu bag).
-----f. Pastikan RL IV kedua terbuka lebar bila ada tanda-tanda syok.
-----g. Kompresi kardiak bila tidak ada denyut.
9. Alat terpasang harus stabil ditempatnya.
10. Tindak semua disritmia sesuai pedoman.
11. Transport.
12. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

7. TRAUMA MULTIPEL
PETUNJUK SITUASIONAL
1. Paramedik yang pertama tiba di Lokasi menjadi komandan Lokasi dan yang datang kemudian harus mengikuti perintahnya hingga tim SPGDT tiba di Lokasi.
2. Usahakan agar kru ambulans datang bersama peralatan sendiri untuk mengurangi kebingungan bila beberapa ambulans datang bersamaan di Lokasi.
3. Pastikan terhubung dengan penanggung-jawab kebutuhan bila ada kebutuhan tambahan ketika jumlah korban sudah diketahui.
4. Pastikan semua bahaya (kebocoran kimia, listrik dll).
5. Tindakan dimulai dengan menjaga jalan nafas, diikuti oksigenasi dan kontrol perdarahan.
6. Mulai dengan mentransport pasien cedera berat, namun berpeluang hidup. Pasien tewas atau tidak punya harapan hidup ditransport setelah semua pasien berharapan diangkut.
7. Pada kecelakaan pesawat udara, pastikan meninggalkan tanda posisi pasien sebelum mengangkatnya dari Lokasi.
8. Bila lebih dari 6 pasien, mulai sistem triase dan umumkan kejadian korban masal (lihat pedoman KKM).
9. Hal berikut kelompok ‘naikkan dan angkut’ :
-----a. Sumbatan jalan nafas yang tidak teratasi engan cara mekanik.
-----b. Keadaan dengan akibat respirasi tidak adekuat.
-----c. Luka dada terbuka luas (luka dada mengisap/sucking).
-----d. Flail chest luas.
-----e. Pneumotoraks tension.
-----f. Trauma tumpul dada berat.
-----g. Henti jantung traumatika.
-----h. Syok.
-----i. Cedera kepala dengan tidak sadar, pupil tidak ekual, atau perburukan status neu
-----rologikal.
-----j. Perut nyeri, distensi.
-----k. Fraktura femur bilateral.
-----l. Pelvis tidak stabil.
-----m. Adanya kesulitan bernafas.

Bila pasien dengan tanda-tanda vital tidak stabil :
1. Bila pasien dengan cedera berat, dengan sistol <90 mmHg pada dewasa, atau pediatrik dengan waktu refill kapiler >2 detik :
-----a. Airway dengan kontrol tulang belakang leher.
-----b. Breathing.
-----c. Circulation/ perfusi dengan kontrol perdarahan.
-----d. Disability ditentukan (AVPU, motor, posturing).
-----e. Exposure.
2. Lakukan pemeriksaan seluruh tubuh cepat dan berurutan untuk mengetahui semua cedera mayor.
3. Bila perlu ekstrikasi, lakukan cepat dengan tetap immobilisasi spinal.
4. Pasang PASG dan pompa bila tidak kontra-indikasi.
5. Transport kefasilitas sesuai.
6. Berikan RL IV melalui dua kateter IV 14-16 diperjalanan dan buka lebar.
7. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah diperjalanan.

Bila pasien dengan tanda-tanda vital stabil :
1. Bila sistol awal dan selanjutnya stabil, tanpa tanda-tanda atau gejala syok, lebih banyak waktu untuk menilai dilapangan :
-----a. Airway dengan kontrol tulang belakang leher.
-----b. Breathing.
-----c. Circulation/ perfusi dengan kontrol perdarahan.
-----d. Disability ditentukan (AVPU, motor, posturing).
-----e. Exposure.
2. Oksigen 100% via sungkup non-rebreather.
3. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
4. Lakukan pemeriksaan seluruh tubuh cepat dan berurutan untuk mengetahui semua cedera mayor.
5. Bila perlu ekstrikasi, lakukan cepat dengan tetap immobilisasi spinal.
6. Berikan RL IV diperjalanan150 ml/jam.
7. Lengkapi pemasangan bidai dan balut.
8. Bila ada cedera kepala atau tulang belakang, ikuti pedoman sesuai.
9. Bila ada fraktura femur/pelvis, ikuti pedoman sesuai.
10. Bila ada trauma dada, ikuti pedoman sesuai.
11. Transport kefasilitas sesuai.
12. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal


GADAR KEBIDANAN

1. EKLAMPSIA
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
3. Survei sekunder.
4. Berikan RL IV 125 ml/jam.
5. Valium 5-10 mg IV dorong dalam 1 menit bila kejang.
6. Monitor EKG, tanda-tanda vital, bunyi jantung fetal, GCS, refleks pateller, tingkat pernafasan, status oksigenasi setiap 5 menit. Bila refleks pateller tidak ada, hentikan infus dan hubungi kontrol medik segera.
7. Letakkan pasien posisi baring lateral kiri.
8. Hubungi kontrol medik untuk perintah obat anti hipertensi.
9. Monitor output uriner bila mungkin.
10. Nilai adanya edema pulmoner. Bila ada, berikan Morphine 2-5 mg IV dorong dalam 1-2 menit dan/atau Furosemide 20-40 mg IV dorong dalam 2-3 menit.
11. Pikirkan magnesium sulfate bila diperintahkan oleh kontrol medik, mulai dengan dosis 4-6 g magnesium sulfate (8 ml larutan 50%) dalam 100 ml RL dalam 30 menit. Setelah dosis pembebanan (loading), mulai infus magnesium sulfate. Berikan 10 g magnesium sulfate (20 ml larutan 50%) dalam 250 ml RL dan infuskan 50 ml/jam (2 g/jam). Ingat bahwa magnesium sulfate dapat menyebabkan depresi pernafasan dengan kolaps kardiovaskuler. Antidotnya adalah calcium khlorida IV dalam 5 menit.
12. Pasang pipa nasogastrik bila memungkinkan.
13. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

2. MELAHIRKAN.
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Survei sekunder.
4. Dapatkan riwayat pertinen :
-----a. Jumlah kehamilan/melahirkan.
-----b. Riwayat kesulitan kehamilan (perdarahan vaginal, SC sebelumnya, tekanan darah
-----tinggi, kelahiran prematur, robekan membran prematur).
-----c. Periode menstrual terakhir dengan tanggalnya.
-----d. Keluhan sekarang (onset kelahiran, tenggang kontraksi, ruptur selaput, menge ----------dan).
-----e. Riwayat medik sebelumnya (termasuk obat-obatan).
5. Pemeriksaan perineal (jangan lakukan pemeriksaan dalam vaginal) :
-----a. Perdarahan vaginal atau kebocoran cairan.
-----b. Adanya mekonium.
-----c. Crowning saat kontraksi.
-----d. Adanya bagian tubuh bayi (kepala, wajah, kaki, lengan, tali pusat).
6. Bila kelahiran aktif, dan tidak ada perdarahan vaginal atau crowning :
-----a. Periksa bunyi jantung fetal.
-----b. Transport.
7. Bila dengan perdarahan tanpa tanda-tanda syok (sistol >90 mmHg) :
-----a. Transport.
-----b. RL IV 125 ml/jam.
-----c. Monitor kardiak.
8. Bila perdarahan vaginal hebat dengan tanda-tanda syok (sistol <90 mmHg) :
-----a. Trnsport dengan posisi baring miring kiri.
-----b. Monitor kardiak.
-----c. RL IV terbuka lebar.
9. Bila kelahiran berlangsung :
-----a. Posisikan pasien litotomi.
-----b. Pasang linen.
-----c. Siapkan resusitasi neonatal.
-----d. Bantu persalinan.
-----e. Isap mulut, lalu hidung dengan pengisap bayi (bila mekonium mewarnai cairan,
-----isap jalan nafas bayi hingga bersih sebelum merangsang pernafasan).
-----f. Hangatkan, keringkan dan rangsang bayi.
-----g. Balut bayi dengan linen steril atau blanket kering.
-----h. Infus ibu dengan RL IV 125 ml/jam.
-----i. Transport.
-----j. Bila tali pusat menumbung :
-------a. Letakkan ibu pada punggung dengan paha ditinggikan ata letakkan dalam
-------posisi lutut dada.
-------b. Dengan memakai sarung tangan, letakkan jari tengah dan telunjuk dalam
-------vagina dan dorong bayi keatas untuk mengurangi tekanan pada tali pusat.
-------c. Periksa denyut tali pusat.
-------d. Transport dan beritakan rumah sakit penerima akan kedatangan.
-----k. Bila fetus tampil tidak normal atau penurunan bunyi jantung fetal :
-------a. Letakkan pasien berbaring pada sisi kiri tubuh.
-------b. Transport dan beritahu rumah sakit penerima akan rencana kedatangan.
-------c. Berikan RL 125 ml/jam
-----l. Bila persalinan lengkap sebelum kedatangan, atau di Lokasi :
-------a. Cegah agar tidak terjatuh atau penurunan suhu.
-------b. Periksa tanda-tanda vital bayi (lakukan RJP bayi atau bantuan nafas bila perlu).
-------c. Klem tali pusat pada dua tempat, 15 cm dari bayi, potong diantara klem.
-------d. Bayi diisap, hangatkan, keringkan dan rangsang.
-------e. Berikan bayi pada ibunya.
-------f. Pijat uterus dengan mantap.
-------g. Jangan tarik tali pusat atau berusaha melahirkan plasenta.
-------h. Mulai RL IV 200 ml/jam.
-------i. Transport.
-------j. Waspada perdarahan eksternal. Lakukan penekanan fundus bila plasenta
-------sudah lahir.
-----m. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

3. PRE-EKLAMPSIA , HIPERTENSI DIINDUKSI KEHAMILAN
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Survei sekunder.
4. Berikan RL IV 125 ml/jam.
5. Monitor EKG, tanda-tanda vital, bunyi jantung fetal, GCS, refleks pateller, tingkat pernafasan, status oksigenasi setiap 5 menit. Bila refleks pateller tidak ada, hentikan infus dan hubungi kontrol medik segera.
6. Letakkan pasien posisi baring lateral kiri.
7. Hubungi kontrol medik untuk perintah obat anti hipertensi.
8. Monitor output uriner bila mungkin.
9. Nilai adanya edema pulmoner. Bila ada, berikan Morphine 2-5 mg IV dorong dalam 1-2 menit dan/atau Furosemide 20-40 mg IV dorong dalam 2-3 menit.
10. Pikirkan magnesium sulfate bila diperintahkan oleh kontrol medik, mulai dengan dosis 4-6 g magnesium sulfate (8 ml larutan 50%) dalam 100 ml RL dalam 30 menit. Setelah dosis pembebanan (loading), mulai infus magnesium sulfate. Berikan 10 g magnesium sulfate (20 ml larutan 50%) dalam 250 ml RL dan infuskan 50 ml/jam (2 g/jam). Ingat bahwa magnesium sulfate dapat menyebabkan depresi pernafasan dengan kolaps kardiovaskuler. Antidotnya adalah calcium khlorida IV dalam 5 menit.
11. Pasang pipa nasogastrik bila memungkinkan.
12. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

4. KELAHIRAN PRE-TERM
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Survei sekunder.
4. Berikan RL IV 125 ml/jam.
5. Pikirkan bolus cairan sebagai terapi tocolytic (pencegah kelahiran) awal.
6. Letakkan pasien posisi baring lateral kiri.
7. Catat frekuensi, karakter dan durasi kontraksi, bunyi jantung fetal, tekanan darah, dan denyut nadi setiap 15 menit.
8. Berikan tocolytic sesuai yang diperintahkan.
9. Transport kefasilitas sesuai.

Kembali ke awal


 

GADAR AKIBAT GIGITAN/KERACUNAN

1. ALKOHOL GADAR
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather. Pertimbangkan intubasi dan hiperventilasi dengan oksigen 100% bagi pasien dengan penurunan GCS jelas, tidak dapat menjaga jalan nafas utuh, atau GCS 8 atau kurang.
3. Berikan RL asal netes.
4. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Tentukan kadar glukosa serum dengan Glukometer atau DextroStix.
a. Bila <80 mg/dl, berikan 25 g Dextrosa 50% IV.
b. Bila >80 mg/dl dan <250 mg/dl, lanjut ke #6.
c. Bila >250 mg/dl, lanjut ke pedoman Hiperglikemia.
6. Bila riwayat diduga alkoholisme, berikan 100 mg thiamin IV/IM.
7. Bila riwayat penyalahgunaan obat, pasien dengan pupil konstriksi atau depresi pernafasan, berikan Nalokson 1-2 mg IV.
8. Bila riwayat mengarah pada penggunaan Benzodiazepin, berikan Flumazenil (Romazicon) IV dorong dalam 30 detik. Ulang bila perlu hingga maksimum 1 mg.
9. Berikan tindakan penunjang.
10. Transport ke rumah sakit sesuai.
11. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

2. GIGITAN ULAR
1. Bunuh ular bila mungkin, bawa bangkainya ke UGD (atau identifikasi). Jangan pancung kepala ular.
2. Jamin ABC.
3. Oksigen via sungkup non-rebreather.
4. Bila gigitan pada ekstremitas, immobilisasi anggota terkena dalam posisi dependent. Pasien harus tetap diam. Pasang pita pengkonstriksi vena lebar 1” proksimal gigitan. Periksa denyut nadi setelah pemasangan. Bila tidak ada nadi, kendurkan pita hingga nadi kembali.
5. Lepaskan arloji, cincin, dan gelang pada anggota yang terkena.
6. Bila ada tanda-tanda toksisitas (edema lokal dan hipotensi) :
-----a. Tingkatkan angkutan oksigen hingga 100% melalui sungkup non-rebreather.
-----b. Berikan RL IV 150 ml/jam (bukaan lebar bila tanda-tanda syok).
7. Hubungi kontrol medik.
8. Nilai ulang dan transport.
9. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Pit viper : rattle, mokasin air, dan kepala tembaga khas dengan luka tusuk. Bisa dengan ekhimosis sisi gigitan, nyeri lokal, bengkak, lemah, takhikardia, mual, nafas dangkal, penglihatan dekat, muntah atau syok.
Ular koral : Biasanya luka isap. Bisa dengan rasa terbakar ringan, bengkak ringan, pandangan kabur, kelopak mata jatuh, bicara tidak jelas, pusing, salivasi dan berkeringat, mual dan muntah, syok, kesulitan bernafas, paralisis, kejang, dan koma.
Jenis ular Indonesia bagian Barat berbeda dengan bagian Timur.

Kembali ke awal


3. KERACUNAN / OVERDOSIS
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Dapatkan riwayat :
-----a. Jenis dan jumlah racun.
-----b. Proses keracunan (telan, hirup, suntikan, kontaminasi permukaan).
-----c. Waktu keracunan.
-----d. Apakah pasien muntah ? Kapan ?
-----e. Riwayat penggunaan obat-obatan atau Alkohol(Ethanol).
-----f. Masalah kesehatan sebelumnya.
4. Berikan RL IV asal netes.
5. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
6. Periksa kadar glukosa serum dengan Glukometer atau DextroStix.
-----a. Bila <80 mg/dl, berikan 25 g Dextrosa 50% IV.
-----b. Bila >80 mg/dl dan <250 mg/dl, lanjut ke #7.
7. Bila pertukaran udara tidak memadai :
-----a. Mulai dan pertahankan ventilasi mekaik dengan oksigen 100%.
-----b. Tindak disritmia dengan pedoman sesuai.
-----c. Transport dan hubungi kontrol medik dalam perjalanan.
8. Bila apneik :
-----a. Mulai dan lanjutkan ventilasi mekanik dengan oksigen 100%.
-----b. Intubasi endotrakheal.
-----c. Tindak semua disritmia sesuai pedoman.
-----d. Transport dan hubungi kontrol medik diperjalanan.
9. Bila apneik dan tanpa denyut nadi :
-----a. Mulai dan lanjutkan ventilasi mekanik dengan oksigen 100%.
-----b. RJP.
-----c.. Intubasi endotrakheal (dengan immobilisasi leher in-line).
-----d. Tindak semua disritmia sesuai pedoman.
-----e. Transport dan hubungi kontrol medik diperjalanan.
10. Bila kejang :
Lanjut ke pedoman kejang.
11. Bila keracunan hirup :
-----a. Pastikan keamanan diri.
-----b. Pindahkan pasien keudara segar.
-----c. Oksigen 100% via sungkup non-rebreather.
12. Bila kontaminasi pada kulit atau mata :
-----a. Pastikan keamanan diri.
-----b. Lepaskan pakaian terkontaminasi.
-----c. Irigasi dengan air atau salin normal.
13. Bila tekanan darah <90 mmHg, dan/atau pernafasan <10 per menit, dan/atau kemungkinan over dosis narkotik :
-----a. Oksigen 100% via sungkup non-rebreather.
-----b. Ventilasi bantu bila perlu.
-----c. Berikan 1-2 mg Narcan IV dorong. Bisa IM atau ET bila gagal mendapat jalur IV.
-----d. Tranport dan hubungi kontrol medik diperjalanan.
14. Bila over dosis antidepresan (trisiklik) :
-----a. Hubungi kontrol medik.
-----b. Transport kefasilitas sesuai.
-----c. Pikirkan Sodium Bicarbonate.
15. Bila over dosis Benzodiazepine :
- Berikan Flumazenil 0,3 mg IV dalam 30 detik. Ulang bila perlu hingga dosis total 1
mg.
16. Transport kefasilitas sesuai.
17. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.
18. Kru dengan ponsel menghubungi Kontrol Racun langsung untuk semua pertanyaan.
19. Pikirkan pemberian karbon aktif.
20. Jangan induksi muntah pada semua pasien tanpa perintah kontrol medik.

Kembali ke awal


 

GADAR AKIBAT LINGKUNGAN

1. GADAR LINGKUNGAN, FROSTBITE
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
4. Periksa suhu dalam, bila <350 C, lanjut ke pedoman Hipotermia.
5. Perhatian untuk daerah yang cedera :
-----a. Bebaskan daerah cedera dari tekanan, trauma, dan gesekan.
-----Jangan gosok atau pecahkan lepuh.
-----b. Jangan biarkan anggota menjadi mencair bila berkemungkinan akan membeku ---------lagi.
-----c. Jangan izinkan memindahkan pasien sekali anggota mulai mencair.
-----d. Pertahankan suhu dalam dengan mempertahankan pasien tetap hangat dengan
-----blanket.
-----e. Air hangat bisa diberikan via oral bila pasien sadar.
6. Pasang oksimeter denyut untuk menilai perfusi periferal pada jaringan tersangka.
7. Pikirkan Morphine atau Nalbuphine untuk kontrol nyeri.
8. Transport kefasilitas sesuai.
9. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

2. GADAR LINGKUNGAN, HIPERTERMIA
1. Jamin ABC.
2. Oksigen via sungkup non-rebreather.
3. Berikan RL melalui dua kateter IV 14-16, bila perlu bolus, untuk mempertahankan tekanan sistol > 90 mmHg.
4. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Nilai tanda-tanda vital termasuk suhu tiap 10 menit.
6. Bila riwayat heat exhaustion atau heat stroke :
-----a. Pindahkan kelingkungan sejuk.
-----b. Dinginkan dengan pak es atau kain lembab (harus dengan aliran udara luas dan -----baik).
-----c. Hentikan pendinginan bila suhu 390.
7. Bila kejang yang diduga berhubungan dengan panas :
-----a. Jaga jalan nafas dengan tindakan memadai.
-----b. Valium 2-5 mg IV.
8. Hipotensi yang refrakter pendinginan dan bolus cairan, mulai Dopamine drip dan titrasi untuk mempertahankan sistol >90 mmHg.
9. Pikirkan pipa nasogastrik untuk pengisapan lambat.
10. Pikirkan kateter Foley untuk monitor output urin.
11. Pikirkan Mannitol 0,5-1 g/kg bila output urin berkurang atau perubahan status mental.
12. Transport kefasilitas sesuai.
13. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

3. GADAR LINGKUNGAN, HIPOTERMIA
1. Untuk semua pasien :
-----a. Lepaskan pakaian basah.
-----b. Cegah dari kehilangan panas atau menggigil oleh angin.
-----c. Pertahankan posisi horizontal.
-----d. Cegah gerakan kasar dan aktifitas berlebihan.
-----e. Monitor suhu dalam.
-----f. Monitor irama kardiak.
-----g. Tindak trauma mayor sebagai prioritas utama dan hipotermia sebagai yang kedua.
2. Nilai respons, pernafasan dan nadi :
-----a. Bila tidak ada nadi/nafas, lanjut ke #3.
-----b. Bila ada nadi atau nafas, lanjut ke #5.
3. Bila nadi/nafas tidak ada :
-----a. Mulai RJP.
-----b. Syok defibrilasi bila VF/VT hingga total 3 kali (200, 300, dan 360 J).
-----c. Intubasi.
-----d. Ventilasi dengan oksigen hangat lembab.
-----e. Berikan RL IV 150 ml/jam.
4. Ukur suhu dalam :
-----a. Bila <300 C maka :
-------1. Lanjutkan RJP.
-------2. Tunda medikasi IV.
-------3. Batasi syok defibrilasi 3 kali.
-------4. Transport kefasilitas sesuai.
-----b. Bila >300 C maka :
-------1. Lanjutkan RJP.
-------2. Berikan medikasi IV tergantung disritmia (namun tidak untuk interval lama).
-------3. Ulang defibrilasi untuk VF atau VT bila suhu dalam meningkat.
-------4. Transport kefasilitas sesuai.
5. Bila nadi/nafas ada, berikan oksigen hangat lembab, dan mulai RL IV 150 ml/jam.
6. Tentukan kadar glukosa serum dengan Glucometer atau DextroStix. Bila <80 mg/dl, berikan 25 g glukosa 50% IV dorong (0,5 g/kg dekstrosa 25% untuk anak-anak).
7. Mulai pemanasan eksternal.
8. Pasang kateter Foley dan pipa nasogastrik untuk transport jauh.
9. Hubungi kontrol medik untuk perintah tambahan,
10. Transport kefasilitas sesuai.
11. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal


 

GADAR PEDIATRIK

1. GADAR PEDIATRIK
1. Ingat bahwa anak bukanlah dewasa kecil. Tindakan berbeda dalam dosis obat dan kecepatan infus.
2. Henti jantung pediatrik bukan kejadian mendadak. Hampir selalu akibat masalah pernafasan yang menyebabkan hipoksia, bradikardia, dan asistol. VF jarang pada anak. Tindakan awal diarahkan untuk menstabilkan jalan nafas, memberikan oksigen tambahan, dan ventilasi mekanik.
3. Jalan nafas EOA, EGTA, PTL, dan pipa kombi endotrakheal tidak digunakan pada anak. Pengelolaan jalan nafas disukai adalah intubasi endotrakheal. Katup demand tidak digunakan pada anak karena cenderung menyebabkab barotrauma.
4. Jalur cairan dan pemberian medikasi intra-osseus disukai untuk usia < 6 tahun.
5. TD adalah tanda-tanda lambat syok pada anak. Karenanya nilai perfusi organ.

Kembali ke awal

Antisipasi Henti Kardiopulmoner
Semua anak sakit harus segera dinilai kardiopulmonernya. Sasarannya adalah menjawab pertanyaan “Apakah anak mengalami gagal paru-paru atau sirkulatori yang akan berakibat henti kardiopulmoner ?”. Mencari bayi dengan faal tidak stabil dilakukan dengan pemeriksaan fisik saja. Anak yang mendapat penilaian kardiopulmoner cepat :
a. Respirasi >60.
b. Denyut jantung >180 atau <80 (dibawah 5 tahun).
c. Denyut jantung >180 atau <60 (diatas 5 tahun).
d. Distres pernafasan.
e. Trauma.
f. Luka bakar.
g. Sianosis.
h. Penurunan kesadaran.
i. Kejang.
j. Demam dengan petekhie (perdarahan kulit kecil).

Penilaian Kardiopulmoner Cepat
Dilakukan untuk membantu menemukan gagal pernafasan dan syok, agar henti kardiopulmoner dapat diantisipasi. Penilaian kardiopulmoner cepat mengikuti dasar ABC dari RJP.

Patensi Jalan nafas
Lihat jalan nafas dan jawab pertanyaan ini :
a. Apakah jalan nafas paten ?
b. Apakah dapat dipertahankan dengan posisi kepala, pengisapan atau alat bantu ?
c. Apakah jalan nafas tidak dapat dipertahankan. Bila ya, apa yang dibutuhkan ?
(intubasi endotrakheal, mengangkat benda asing dll)

Pernafasan
Penilaian termasuk keadaan :
a. Frekuensi nafas. Takhipnea sering merupakan manifestasi pertama distres pernafasan bayi. Pernafasan cepat bayi akan melelahkan. Jadi penurunan frekuensi tidak selalu pertanda perbaikan. Frekuensi nafas lambat pada bayi atau anak sakit akut adalah pertanda buruk.
b. Jalur udara. Kualitas jalur dapat dinilai dengan mengamati pengembangan dada, bunyi nafas, stridor, atau wheezing.
c. Mekanik pernafasan. Peningkatan usaha bernafas pada bayi dan anak dibuktikan dengan cuping hidung dan pemakainan otot-otot nafas tambahan.
d. Warna. Sianosis adalah tanda lambat gagal nafas dan paling sering tampak pada membrana mukus mulut dan dasar kuku. Sianosis ekstremitas saja lebih mungkin karena gagal sirkulasi (syok) dibanding gagal nafas.

Sirkulasi
Penilaian kardiovaskuler :
a. Denyut jantung. Bayi menunjukkan takhikardia sinus sebagai reaksi atas stress. Jadi semua takhikardia pada bayi atau anak memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk mencari penyebab. Bradikardia pada bayi atau anak dengan distress mungkin menujukkan hipoksia dan adalah pertanda buruk ancaman henti kardiak.
b. Tekanan darah. Hipotensi adalah tanda-tanda lambat dan sering mendadak pada dekompensasi kardiovaskuler. Bahkan hipotensi ringan harus ditindak serius, cepat dan ketat karena henti kardiopulmoner mengancam.
c. Sirkulasi perifer. Adanya denyut nadi indikator yang baik atau cukupnya perfusi end-organ. Tekanan nadi (selisih sistol dan diastol) sempit saat terjadi syok. Hilangnya denyut sentral adalah pertanda buruk.
d. Perfusi end-organ. Paling jelas pada kulit, ginjal, dan otak. Penurunan perfusi kulit adalah tanda dini syok. Waktu refill kapiler lebih dari 2 detik menunjukkan keluaran kardiak rendah. Gangguan perfusi otak biasanya dibuktikan dengan perubahan status mental. Anak mungkin menjadi bingung atau mengantuk. Kejang bisa terjadi. Ketidakmampuan anak menemukan wajah orangtuanya sering menjadi pertanda buruk. Output urin langsung berkaitan dengan perfusi ginjal. Output urin normal adalah 1-2 ml/kg/jam. Aliran urin kurang dari 1 ml/kg/jam adalah indikator perfusi ginjal buruk.

Penilaian kardiopulmoner cepat harus diulang sepanjang penilaian inisial dan transport. Ini membantu apakah kondisi pasien memburuk atau membaik. Semua dekompensasi atau perubahan harus segera ditindak.

Berat Badan dan tanda-tanda vital pediatrik :

Usia Berat / kg Batas atas BJ Batas bawah BJ Batas bawah sistol
Bayi 3,5 -- 80 --
6 bln 7,5 180 80 --
1 thn 11 180 80 --
2 thn 13 180 80 80
4thn 17,5 150 75 80
6 thn 22 150 70 80
8 thn 27,5 125 60 85
10 thn 37,5 125 60 90
12 thn 49,5 125 60 90
14 thn 55 125 60 90

 

2. GADAR PEDIATRIK : HENTI JANTUNG (MEDIKAL)
1. Tentukan tidak ada nadi dan mulai RJP.
2. Dapatkan irama kardiak pada lebih dari satu lead.
3. Bila asistol :
-----a. Lanjutkan RJP.
-----b. Amankan jalan nafas.
-----c. Hiperventilasi dengan oksigen 100%.
-----d. Dapatkan jalur IV atau IO.
-----e. Epinephrine (dosis pertama) :
-------a. IV atau IO : 0,01 mg/kg larutan 1:10.000.
-------b. ET : 0,1 mg/kg larutan 1:1.000.
-----f. Epinephrine (dosis kedua dan selanjutnya) :
------ IV, IO atau ET : 0,1 mg/kg larutan 1:1.000. Ulang tiap 3-5 menit.
-----g. Transport sesegera mungkin. Lanjutkan resusitasi diperjalanan.
4. Bila PEA (aktifitas elektrik tanpa denyut) :
-----a. Cari dan tindak penyebab seperti hipoksemia, asidosis, hipovolemia, pneumoto
-----raks tension, tamponade kardiak, atau hipotermia berat.
-----b. Lanjutkan RJP.
-----c. Amankan jalan nafas.
-----d. Hiperventilasi dengan oksigen 100%.
-----e. Dapatkan jalur IV/IO.
-----f. Epinephrine (dosis pertama) :
-------a. IV atau IO : 0,01 mg/kg larutan 1:10.000.
-------b. ET : 0,1 mg/kg larutan 1:1.000.
-------g. Epinephrine (dosis kedua dan selanjutnya) :
-------- IV, IO atau ET : 0,1 mg/kg larutan 1:1.000. Ulang tiap 3-5 menit.
-----h. Transport sesegera mungkin. Lanjutkan resusitasi diperjalanan.
5. Bla VF atau PVT :
-----a. Lanjutkan RJP.
-----b. Amankan jalan nafas.
-----c. Hiperventilasi dengan oksigen 100%.
-----d. Dapatkan jalur IV atau IO.
-----e. Defibrilasi hingga 3 kali (2 j/kg, 4 j/kg, 4 j/kg).
-----f. Epinephrine (dosis pertama) :
-------a. IV atau IO : 0,01 mg/kg larutan 1:10.000.
-------b. ET : 0,1 mg/kg larutan 1:1.000.
-----g. Lidocaine 1 mg/kg IV, IO, atau ET.
-----h. Defibrilasi 4 j/kg 30-60 detik setelah pemberian obat.
-----i. Epinephrine (dosis kedua dan sennya) :
------ IV, IO atau ET : 0,1 mg/kg larutan 1:1.000. Ulang tiap 3-5 menit.
-----j. Defibrilasi 4 j/kg 30-60 detik setelah pemberian obat.
-----k. Lidocaine 1 mg/kg hingga total 3 mg/kg.
-----l. Transport sesegera mungkin. Lanjutkan resusitasi diperjalanan.
6. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

3. GADAR PEDIATRIK, HENTI KARDIAK (TRAUMA)
1. Bila pasien dengan cedera berat, dengan henti jantung :
-----a. Airway dengan kontrol tulang belakang leher.
-----b. Breathing.
-----c. Circulation/ perfusi dengan kontrol perdarahan.
-----d. Disability ditentukan (AVPU, motor, posturing).
-----e. Exposure.
2. Bila perlu ekstrikasi, lakukan cepat dengan tetap immobilisasi spinal.
3. Intubasi endotrakheal dengan stabilisasi tulang belakang leher in-line.
4. Transport segera dan usahakan jalur IV atau IO diperjalanan. Berikan 20 ml/kg bolus RL.
5. Hubungi kontrol medik dari perjalanan.
6. Pikirkan kasus yang dapat diatasi :
-----a. Hipoksemia berat.
-----b. Tamponade kardiak.
-----c. Pneumotoraks tension.
-----d. Asidosis berat.
7. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal

4. GADAR PEDIATRIK : LARINGOTRAKHEOBRONKHITIS (CROUP)
1. Jamin ABC.
2. Oksigen lembab via sungkup non-rebreather.
3. Pastikan peralatan untuk intubasi endotrakheal siap.
4. Letakkan pada posisi nyaman.
5. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
6. Tunda memulai jalur IV bila mungkin.
7. Hubungi kontrol medik.
8. Pikirkan nebulizer Ventolin atau Epinephrin berturut bila diperintah kontrol medik.
9. Transport kefasilitas sesuai. Bila tanpa intubasi, letakkan BVM (Ambu bag) dan peralatan jalan nafas dikepala tandu. Peralatan intubasi endotrakheal harus terbuka dan siap digunakan bila diperlukan.
10. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.
11. Distres pernafasan berat walau tindakan diatas dilaksanakan, memerlukan intubasi. Pikirkan intubasi dengan pipa satu ukuran lebih kecil dari yang normal digunakan. Gunakan pipa tanpa cuff.
12. Pikirkan insersi pipa nasogastrik untuk dekompresi gastrik saat intubasi.
13. Bila perlu, bebat pasien untuk mengamankan pipa ET. Agitasi diatasi dengan valium 0,1-0,3 mg/kg IV dengan dosis maksimum 5 mg.

Jangan periksa farings karena bisa berakibat laringospasme pada kasus epiglottitis.

Kembali ke awal

5. GADAR PEDIATRIK : EPIGLOTTITIS
1. Jamin ABC.
2. Oksigen lembab via sungkup non-rebreather.
3. Pastikan peralatan untuk intubasi endotrakheal siap.
4. Pasang monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Tunda memulai jalur IV bila mungkin.
6. Hubungi kontrol medik.
7. Transport kefasilitas sesuai. Bila tanpa intubasi, letakkan BVM (Ambu bag) dan peralatan jalan nafas dikepala tandu. Peralatan intubasi endotrakheal harus terbuka dan siap digunakan bila diperlukan.
8. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.
9. Distres pernafasan berat walau tindakan diatas dilaksanakan, memerlukan intubasi. Pikirkan intubasi dengan pipa satu ukuran lebih kecil dari yang normal digunakan. Gunakan pipa tanpa cuff.
10. Pikirkan insersi pipa nasogastrik untuk dekompresi gastrik saat intubasi.
11. Bila perlu, bebat pasien untuk mengamankan pipa ET. Agitasi diatasi dengan valium 0,1-0,3 mg/kg IV dengan dosis maksimum 5 mg.

Jangan periksa farings karena bisa berakibat laringospasme pada kasus epiglottitis.

Kembali ke awal

6. GADAR PEDIATRIK : SINDROMA KEMATIAN BAYI MENDADAK (SIDS)
1. Mulai RJP kecuali nyata rigor mortis, lividitas berat, atau kerusakan jaringan awal.
Tentukan keadaan anak dan lingkungan dimana anak ditemukan.
3. Dapatkan riwayat medik jelas dari orangtua atau petugas.
4. Gunakan cara dan profesionalisme ekstrim.
5. Transport kefasilitas sesuai.
6. Lihat pedoman henti jantung pediatrik (medikal).
7. Hubungi kontrol medik diperjalanan.
8. Hubungi kontrol medik atas semua pertanyaan atau masalah.

Kembali ke awal


APENDIKS :

A. PENGGUNAAN OBAT-OBAT PARALITIK
Indikasi:
1. Cedera kepala berat yang butuh kontrol jalan nafas dan hiperventilasi.
2. Gangguan paru-paru berat dengan puncak tekanan jalan nafas tinggi.
3. Perlu penurunan kebutuhan oksigen miokard.
4. Pasien berontak yang butuh kontrol jalan nafas.
5. Kejang tidak terkontrol (untuk kontrol jalan nafas)
6. Status asmatik mendekati henti nafas.

Kontraindikasi (relatif / absolut):
1. Diketahui alergi obat ini.
2. Hiperkalemia (peninggian potassium).
3. Cedera mata penetrasi (jangan gunakan bloker terdepolarisasi).
4. Riwayat hipertermia maligna.
5. Fraktura tidak stabil (sekunder dari fasikulasi otot)

Komplikasi:
1. Tidak dapat mengamankan jalan nafas setelah tindakan paralitik.
2. Disritmia.
3. Aspirasi.
4. Fasikulasi.
5. Flush histamine.
6. Takhikardia.
7. Hiperkalemia.
8. Bronkhospasme.
9. Peninggian tekanan intra-okuler.
10. Hipertermia maligna.
11. Tidak dapat menentukan penurunan status neurologis.

Dosis Vecuronium (Norcuron)
1. Dosis Awal Vecuronium 0.10 mg/kg IV dorong.
2. Dosis ulang 0,08 - 0,10 mg/kg dalam interval 15 - 25 menit bila diperlukan untuk
mempertahankan paralisis.
3. Bila pasien sebelumnya dapat paralitik lain, berikan dosis awal dosis penuh.

Tinjauan Prosedur:
1. Kru bertanggung jawab mempertahankan jalan nafas (selalu sediakan BVM (Ambu bag) dan sarana intubasi endotrakheal dalam jangkauan).
2. Ventilasi dengan oksigen 100% atau dengan ventilator mekanik pada persentase oksigen layak.
3. Gunakan oksimetri denyut dan monitor CO2 end-tidal pada semua pasien.
4. Letak pipa endotrakheal yang tepat dipastikan dengan 3 cara berbeda :
-----a. Adanya bunyi nafas bilateral.
-----b. Tidak adanya bunyi nafas epigastrium
-----c. Adanya kondensasi dibagian dalam pipa endotrakheal.
-----d. Monitor CO2 end-tidal.
-----e. Menggunakan detektor endotrakhealesofageal.
-----f. Melihat pipa melewati pita suara.
5. Semua tiga cara verifikasi tsb. dicatat direkam medik.
6. Pertahankan immobilisasi spinal bila indikasi.
7. Lakukan pemeriksaan dasar neurologis sebelum mulai paralitik.
8. Nilai dan catat tanda-tanda vital, irama jantung, dan pupil setiap 5 menit.
9. Selalu awasi pasien setiap saat.
10. Berikan dukungan emosional dan orientasi pada lingkungan.
11. Premedikasi berikut harus dipikirkan :
-----a. Valium 2 - 5 mg IV dorong atau Versed 1-2 mg IV dorong.
-----b. Morphine 2 - 5 mg IV dorong.
Catat semua medikasi dan reaksi (misal paralisis yang terjadi), Catat alasan dosis berulang (misal kesulitan ventilasi atau peningkatan pergerakan).

Kembali ke awal


B. PROSEDUR: INDUKSI BERURUTAN CEPAT (RSI)
Indikasi :
1. Timbulnya kebutuhan kritis kontrol jalan nafas, seperti :
-----a. Tidak mentolerasi intubasi saat sadar.
-----b. Pasien berontak dengan jalan nafas terganggu.
-----c. Pasien dengan penurunan kesadaran.
-----d. Pasien hipoksia tapi refrakter atas oksigen.
-----e. Multiple trauma yang perlu jalan nafas.
2. Risiko peninggian tekanan intrakranial atau tekanan darah seperti pada
cedera kepala, atau perdarahan intrakranial bila hiperventilasi dibutuhkan.
3. Saat diduga risiko potensial/aktual gangguan jalan nafas.
Kontraindikasi Absolut :
1. Pasien dengan tidak mungkin / sulit dilakukan krikotiroidotomi.
2. Pediatrik usia <2 tahun.
3. Bengkak/cedera leher masif.
4. Sulit atau tidak mungkin diintubasi / ventilasi sesudah paralisis.
5. Epiglottitis akut.
6. Ostruksi jalan nafas atas.

Kontraindikasi Relatif :
Catatan : manfaat kontrol jalan nafas yang didapat selalu bandingkan dengan risiko komplikasi.
1. Diketahui hipersensitif pada obat ini (alergi).

Komplikasi :
1. Peninggian takanan intragastrik (emesis).
2. Bradikardia/asistol (terutama pada pediatrik yang tidak dipremedikasi dengan Atro pine.)
3. Hipertermia malignan.
4. Apnea lama.
5. Tidak dapat di intubasi/ventilasi.
6. Hipotensi.
7. Aspirasi.
8. Peninggian tekanan intraokuler.

Persiapan :
1. Siapkan peralatan dan tenaga yang dibutuhkan (pengisap, BVM (Ambu bag) dengan sungkup ukuran sesuai, peralatan pengisap, pipa ET ukuran sesuai, laringoskop, obat sesuai terisi pada suntikan, oksimeter denyut, monitor CO2 end-tidal, monitor, peralatan krikotiroidotomi).
2. Letakkan pasien posisi hidung terangkat atau gunakan stabilisasi in-line bila indikasi.
3. Pastikan minimal satu jalur IV berfungsi.
4. Hubungkan monitor kardiak dan oksimeter denyut.
5. Jelaskan tugas khusus petugas di Lokasi (pembantu bagging, penekan krikoid, mendorong obat pada pompa suntik).

Oxigenasi :
1. Tujuan RSI adalah mendapatkan intubasi terkontrol (pasien dengan preoksigenasi memadai bisa tetap apnea dalam 2-3 menit tanpa hipoksia serius).
2. Idealnya berikan nafas spontan dengan oksigen 100% selama 4-5 menit untuk ‘mencuci’ timbunan nitrogen dan menstabikan timbunan oksigen.
3. Bila pasien tidak bernafas cukup atau tidak dapat menunggu 4-5 menit, cukup berikan 4 kapasitas vital (spontan atau bagging), walau disukai pemberian preoksigenasi 1-2 menit oksigen 100% via BVM (Ambu bag).

Prosedur :
1. Preoxigenasi sda. dengan 100% melalui sungkup nonrebreather atau BVM (Ambu bag) bila kondisi pasien mengizinkan.
2. Premedikasi selayaknya :
-----a. Lidocaine (1.0 - 1.5 mg/kg IV dorong) 2 - 3 menit sebelum intubasi untuk mengon -----trol TIK pada pasien dengan kemungkinan cedera kepala, patologi SSP (krisis --------------hipertensi atau perdarahan), atau kontrol disritmia pada pasien dengan risiko dis ----------ritmia ventrikuler. Lidocaine kontraindikasi bila diketahui hipersensitif obat ini.
-----b. Sedation. Versed (0.10 - 0.15 mg/kg IV dorong) untuk pasien bangun untuk men -------dapatkan efek amnestik. Dosis pediatrik 0.03 mg/kg. Versed kontraindikasi bila --------------hipotensif.
-----c. Atropine (0.5 mg IV dorong) pada dewasa dengan bradikardia. Dosis pediatrik 0.01 -----mg/kg IV dorong. Diberikan sebelum RSI pada semua pasien pediatrik <3 tahun
3. Vecuronium 0.10 mg/kg of IV dorong pada dewasa dan pediatrik >3 tahun.
Pediatrik <3 tahun mungkin perlu sedikit dosis lebih.
CATATAN : Paralisis lengkap biasa terjadi dalam 2,5-3 menit setelah pemberian obat. Paralisis lengkap berakhir sekitar 25-30 menit.
4. Gunakan penekanan krikoid untuk menyumbat esofagus hingga intubasi berhasil sempurna dan cuff dapat dikembangkan.
5. Lanjutkan oksigenasi dengan oxigen 100% via BVM (Ambu bag) untuk 30 - 60 detik setelah paralisis lengkap. Relaksasi rahang dan pengurangan hambatan saat ventilasi manual menunjukkan keadaan memungkinkan dan pasien siap diintubasi. Isap orofarings bila perlu.
6. Lakukan intubasi endotrakheal terkontrol dengan stabilisasi in-line bila indikasi. Pastikan letak dengan auskultasi bunyi nafas bilateral, periksa saturasi oksigen, dan tampilan CO2 end-tidal (ETCO2).
7. Bila terjadi relaksasi tidak memadai, berikan dosis kedua dari Vecuronium 0.10 mg/kg.
8. Bila intubasi gagal, cabut pipa dan ventilasi pasien dengan oksigen 100%via BVM (Ambu bag) hingga siap untuk intubasi endotrakheal ulangan. Anda harus berhasil memakai BVM (Ambu bag) untuk hyperoxigenasi atau ventilasi yang berhasil hingga efek vecuronium habis.
9. Siapkan untuk mengisap muntahan. Pertahankan immobilisasi leher.
Ulang langkah 6 dan 7. Bila usaha intubasi ulang gagal, ventilasi pasien dengan oksigen 100% via BVM (Ambu bag) hingga respirasi spontan muncul. Bila usaha intubasi ulang gagal, dan anda tidak sanggup mendapatkan ventilasi memadai, lakukan krikotiroidotomi.
10. Sekali intubasi lengkap dan letak pipa dipastikan, kembangkan cuff dan lanjutkan ventilasi dengan oksigen 100% via BVM (Ambu bag).
11. Lepaskan penekanan krokoid.
12. Amankan pipa ET ditempatnya.
13. Bebat pasien bila perlu.
14. Bila paralisis jangka panjang diperlukan, berikan Vecuronium 0.10 mg/kg IV dorong sesuai pedoman. Cegah paralisis jangka panjang untuk memungkinkan evaluasi di RS kecuali memang dibutuhkan.

Pertimbangan :
1. Sekali obat penghambat neuromuskuler diberikan, pastikan tanggung-jawab penuh untuk mempertahankan jalan nafas dan ventilasi memadai.
2. Siapkan jalan nafas bedah bila intubasi tidak dapat dikerjakan dan ventilasi dengan BVM (Ambu bag) tidak mungkin (kasus jarang).
3. Paralisis dipertahankan dengan Vecuronium 0.1 mg/kg IV dorong sesuai pedoman.
4. Monitor saturasi oxigen dan karbon dioksida end-tidal. Ventilasi dengan oxigen 100% via BVM (Ambu bag) dengan penekanan krikoid bila perlu.

Kembali ke awal


C. KRIKOTIROIDOTOMI JARUM  
Indikasi :
1. Henti nafas atau baru henti nafas dimana jalan nafas tidak dapat diamankan den gan intubasi.
2. Intubasi endotrakheal standard tidak dapat dilakukan seperti :
-----a. Perdarahan orofaring berat.
-----b. Trauma masif atau deformitas kongenital.
-----c. Obstruksi jalan nafas lengkap menghalangi peletakan pipa ET.
3. Fraktura tulang belakang leher dengan gangguan respirasi dimana pasien tidak dapat dilakukan intubasi endotrakheal.
4. Usaha gagal semua kru untuk intubasi endotrakheal dimana keterlambatan akan berakibat cedera hipoksik.

Prosedur :
1. Letakkan pasien terlentang.
2. Palpasi membran krikotiroid antara kartilago krikoid dan tiroid.
3. Prep area.
4. Siapkan 2 IV cath. #14.
5. Tusuk kulit digaris tengah, tepat diatas membran krikotiroid.
6. Arahkan jarum 45° kekaudal.
7. Hati-hati dorong jarum melalui bagian setengah bawah dari membran, aspirasi setelah jarum masuk.
8. Aspirasi udara menunjukkan jarum dilumen trakhea.
9. Cabut stilet sambil mendorong IV cath kebawah dengan hati-hati keposisinya, hati-hati terhadap dinding posterior trakhea.
10. Hubungkan IV cath dengan adaptor ET pediatrik 3 mm dan oksigenasi dengan oksigen 100% via BVM (Ambu bag).
11. Hubungkan adaptor kepipa oksigen melalui konektor Y 15 lpm / 15 psi. PaO2 dapat dipertahankan hanya 30 -45 menit.
12. Observasi inflasi paru-paru dan auskultasi atas ventilasi memadai.
13. Amankan aparatus pada leher.
14. Catat reaksi.

Komplikasi :
1. Hematoma Exsanguinasi.
2. Emphysema Subkutan dan/atau mediastinal.
3. Ventilasi tidak memadai dengan akibat hipoxia dan kematian.

Kembali ke awal


D. KRIKOTIROIDOTOMI BEDAH
Prosedur :
1. Pasien terlentang dengan leher posisi netral. Palpasi membran krikotiroid antara karti lago krikoid dan tiroid untuk orientasi.
2. Prep area.
3. Stabilisasi kartilago tiroid dengan tangan non dominan.
4. Gunakan kit ‘Cook Crica’ atau buat insisi hingga membran tembus. Perluas insisi ketiap sisi hinngga 1,5-2 cm.
CATATAN : Pegang skalpel antara jempol dan telunjuk hingga haya ujung pisau yang menembus trakhea saat awal insisi.
5. Insersikan gagang skalpel dan putar 90° terhadap insisi, gunakan klem lengkung, atau telunjuk untuk membuka jalan nafas.
6. Insersikan pipa ET dengan cuff ukuran sesuai (5-7 mm) atau pipa trakheostomi ke jalan nafas, arahkan pipa kedistal ketrakhea.
7. Inflasi cuff dan ventilasi pasien
8. Observasi inflasi paru-paru dan auskultasi dada untuk ventilasi memadai.
9. Amankan pipa untuk menghindari pergeseran.
10. Catat reaksi pasien.
11. Prosedur ini tidak dianjurkan untuk pediatrik usia dibawah 12 tahun.

Komplikasi :
1. Terbentuknya jalur yang salah.
2. Perdarahan atau terbentuknya hematoma.
3. Laserasi esofagus.

Kembali ke awal

E. DEKOMPRESI JARUM
Indikasi :
1. Pneumotoraks tension.
2. Pasien Trauma RJP mungkin perlu dekompresi dada bilateral.

Prosedur :
1. Nilai dada dan kondisi pernafasan.
2. Oksigen 100% via sungkup non-rebreather atau BVM (Ambu bag).
3. Cari ruang interkosta kedua, garis midklavikula sisi terkena.
4. Prep area.
5. Anestesi lokal area bila pasien sadar atau waktu mengizinkan
6. Pasang angiocath no. 14 / 16 pada siring 10 ml atau gunakan kit arrow.
7. Insersikan jarum pada kulit dan diatas iga keruang interkosta kedua atau digaris
midklavikuler.
8. Tusuk pleura parietal.
9. Aspirasi udara bila perlu untuk mengurangi gejala.
10. Tinggalkan kateter plastik tapi lepaskan stilet.
11. Amankan kateter pada dada.
12. Hubungkan kateter ke katup satu arah seperti misal Heimlich Valve.
13. Nilai ulang status ventilasi, vena Juguler, posisi trakhea, nadi dan tekanan darah.
14. Catat prosedur dan respons.

Komplikasi :
1. Pneumothorax.

F. PEMASANGAN JALUR INTRAOSSEUS
Indikasi :
1. Kebutuhan mendesak jalur vaskuler pada pediatrik usia dibawah 6 tahun pada henti jantung atau sekitar situasi henti jantung.
2. Kepentingan mendadak pemberian cairan dan/atau medikasi.

Kontraindikasi :
1. Infeksi pada atau dekat lokasi.
2. Deformitas atau penyakit tulang kongenital.

Prosedur :
1. Nilai pasien dan perlunya prosedur.
2. Evaluasi tungkai bawah dan tuberositas tibial akan adanya infeksi atau abses.
3. Prep dengan betadine (solusi povidone iodine).
4. Anestesi lokal bila perlu.
5. Arahkan jarum intraosseus dengan stilet kepermukaan anterior plato tibial 1-3 cm diba
wah tuberositas tibial. Jarum harus diarahkan perpendikuler atau sedikit inferior untuk
menghindari pelat epifiseal.
6. Letak yang tepat dibuktikan dengan :
-----a. Hilangnya tahanan setelah jarum menembus korteks tulang.
-----b. Jarum tertancap tegak lurus tanpa penyangga.
-----c. Aspirasi isi sumsum tulang.
-----d. Aliran bebas cairan tanpa adanya infiltrasi.
7. Amankan jarum dan hubungkan cairan sesuai.
8. Catat prosedur dan respons atas terapi.

Komplikasi :
1. Variabilitas kecepatan aliran sekunder atas letak.
2. Osteomielitis.

Kembali ke awal

 

G. RESUSITASI JANTUNG-PARU
Lihat RJP pada Penuntun dan Perintah Tanggap Panggil : Jenis Keluhan : Kelompok C : KEJADIAN KRITIS WAKTU / NYAWA

Kembali ke awal

 

TRIASE S.T.A.R.T.
1 Nilai cepat Lokasi dan laporkan ke kontrol medik.
a. Beri gambaran jumlah korban dan kebutuhan bantuan.
b. Berikan gambaran awal daerah kerja.
2) Usahakan semua korban luka atau tidak luka pindah ke wilayah aman.
a. Bila memungkinkan, gunakan sistem PA ambulans untuk memerintahkan semua korban yang bisa berjalan.
3) Triage pasien saat anda menemukannya. Jagan habiskan waktu lebih dari 15-20 detik untuk masing-masing korban.
-----a. Periksa patensi jalan nafas dan pernafasan.
-------i. Bila jalan nafas baik dan perafasan kurang dari 30/menit, lanjut kelangkah ---------------selanjutnya.
-------ii. Bila jalan nafas tidak baik, usahakan membukanya. Bila berhasil, tag MERAH. Bila -------tetap tidak bernafas, tag HITAM.
-----b. Periksa sirkulasi.
-------i. Periksa nadi karotid dan radial. Bila masing-masing tampil, lanjut kelangkah --------------selanjutnya.
-------ii. Bila karotid tampil, dan radial tidak, tag MERAH.
-----c. Nilai fungsi mental.
-------i. Suruh korban mengikuti perintah sederhana.
-------ii. Bila dapat ikut perintah sederhana, tag KUNING.
-------iii. Bila korban tidak dapat mengikuti perintah sederhana, tag MERAH.
4. Pastikan korban sudah dipindahkan ke area tindakan atau pindahkan korban kearea tindakan.
5. Lanjutkan memonitor korban atau kembali ke area triase seperti yang sudah dirancang.

Catatan : Dapat dilakukan S.T.A.R.T cara R-P-M masing-masing maksimum 30 detik untuk tiap korban. Patokan dan urutan pemeriksaan :
R : 30X/menit (sda),
P : 2 detik,
M : ikut perintah sederhana (sda).

P = perfusi : refil kapiler (atau nadi radial bagi bayi atau anak kecil). Bila lebih dari 2 detik atau nadi radial tidak teraba, tag MERAH. Bila kurang dari 2 detik atau nadi radial teraba, lanjut ketahap M.

Tagging bisa dengan tag khusus, karet gelang/selotip dll. dengan warna sesuai, atau tulis jenis warna pada kening korban, sesuai keadaan. Selanjutnya pasien ditindak dilokasi (petugas Tindakan) atau dibawa dan ditindak diambulans gawat darurat,.

Tim Tanggap Darurat Bencana dan Area Kerja :
(tergantung jumlah tenaga, jumlah korban dan luas wilayah) :
1. RHA
2. Triase
3. Tindakan
4. Komandan
5. Logistik
6. Ambulans
7. Komunikasi
(komandan, logistik dan komunikasi pada satu tempat).

Kembali ke awal

 

TEN CODE PELAYANAN MEDIS DARURAT

Perhatian : Ten Code medikal ini sebagian berbeda dengan Ten Code RAPI.

PENGKODEAN RADIO AMBULANS
Digit pertama dan kedua : Nomor tim
Digit ketiga : Ketentuan Alpha :
----A-G = BLS,
----H = BLS HazTac,
----I-O = BLS,
----S-Y = ALS,
----Z = ALS HazTac
Digit keempat : Keberangkatan 1, 2 atau 3 (Misal : 03A 3).
C untuk Penyelia Kondisi (Misal : C 03A 3).
Semua Unit Cxxy berarti Penyelia dari Tim xx pada keberangkatan y.  Penyelia, bila ada, mungkin dimanfaatkan untuk tanggap administratif termasuk, namun tidak terbatas pada: TKM (Tim Konsultan Medik/MVA), Bantuan mekanikal, KMM (Kejadian Musibah Massal/MCI), Rujukan ke UGD dll.
Komandan Tim (Kapten) adalah : "XX" tim
Unit Sepeda Motor adalah 6 + nomor tim + M hingga Q  (yi: 61M, 61O, dll)
Ketua adalah : 51 (Barat), 52 (Timur), 53 (Utara), 54 (Selatan), 55 (Luar Padang)
Posko Kejadian Medis - MD (Duty Medical Officers) : 5M1 dan 5M2
 
Unit Haz Tac (Dua Petugas Terlatih di Ambulans) :
01H - Zone B1 - Wilayah Barat Padang
01Z - Zone B1 - Wilayah Barat Padang
02H - Zone T1 - Wilayah Timur Padang
02Z - Zone T1 - Wilayah Timur Padang
03H - Zone U1 - Wilayah Utara Padang
03Z - Zone U1 - Wilayah Utara Padang
04H - Zone S1 - Wilayah Selatan Padang
04Z - Zone S1 - Wilayah Selatan Padang
05H - Zone L1 - Wilayah Luar Padang ke arah Utara
06H - Zone L2 - Wilayah Luar Padang ke arah Selatan
07H - Zone L3 - Wilayah Luar Padang ke arah Timur
 
KODE RADIO PELAYANAN MEDIS DARURAT
10-01 Hubungi Posko melalui telepon
10-02 Kembali ke Posko
10-03 Hubungi dispatcher melalui telepon
10-04 Menyetujui
10-05 Ulangi pesan anda
10-06 Siagakan pesan anda
10-07 Pastikan alamat
10-08 Tersedia melalui radio (hanya untuk supervisi)
10-09 (berikan lokasi) diluar jangkauan udara, telepon bila perlu
10-10 Tersedia beeper
10-11 Pada Frequensi _______ (Boro / CW)
10-12 Laporan keadaan/kemajuan (jelaskan terpisah)
10-13 Bantuan Darurat memerlukan Pendukung (MOS, Member of the Service)
10-14 Pastikan status unit (jelaskan)
10-15 Memerlukan lokasi unit saat ini
10-19 Batalkan semua unit yang merespons kecuali pertama karena penyelia
10-20 Pastikan respons pada kecepatan yang dikurangi
10-62 Diluar layanan (pastikan lokasi/kondisi)
10-71 Menyelesaikan panggilan Prioritas Pertama (jelaskan area)
10-72 Menyelesaikan panggilan Prioritas Kedua (jelaskan area)
10-75 Kebakaran (tanpa korban cedera)
10-76 Kebakaran Gedung Komersil tinggi( tanpa korban cedera)
10-77 Kebakaran Perumahan tinggi (tanpa korban cedera)
10-85 Memerlukan unit tambahan (jelaskan kesegeraan/jumlah korban)
10-87 Batalkan
10-100 Tenaga/makanan (jelaskan lokasi)
 
KODE KEJADIAN LUAR BIASA/KEJADIAN MUSIBAH MASSAL(MCI)
10-21 Kebakaran Satu-alarm
10-22 Kebakaran Dua-alarm
10-23 Kebakaran Tiga-alarm
10-24 Kebakaran Empat-alarm
10-25 Kebakaran Lima-alarm
10-26 Kejadian di gedung tinggi berpenghuni (BSB SUMBAR 10-76 or 10-77)
10-27 Kejadian di fasilitas medis
10-28 Kejadian di fasilitas penanganan kriminal
10-29 Laporan ledakan (jelaskan keterancaman, tersangka atau jenis)
10-30 Ledakan
10-31 Kejadiang angkutan massal/kereta
10-32 Kejadian transportasi darat
10-33 Runtuh struktural (gedung, barak, dll.)
10-34 Kejadian di Konstruksi/penghancuran
10-35 Kejadian di lift/eskalator
10-36 Toxic fumes incident
10-37 Kejadian di terowongan (non-rel)
10-38 Kejadian dilaut/pelabuhan
10-39 Tanggap siaga kegawatan angkutan udara
10-40 Kejadian/jatuhnya pesawat
10-41 Runtuhnya jembatan/jalan layang
10-42 Kerusakan sipil
10-43 Penyanderaan/terkurungnya orang
10-44 Kerusakan sumber daya/black-out
10-45 Kejadian pipa kimia
10-46 Kejadian fasilitas gas alam cair/penampungan minyak
10-47 Kejadian/bocornya substansi nuklir
10-49 Kejadian lingkungan (gempa, badai, dll.)
10-55 Tanggap kegiatan khusus terencana
10-57 Tanggap kerjasama terencana (jelaskan)
10-58 Tanggap KMM (MCI) / siaga terencana
10-59 Semua kejadian lainnya
10-60 Tanggap darurat mayor
    Incl: 4 BLS, 2 ALS, 3 Conditions, 1 HazTac Officer, 2 Div. Capt., 1 Dep. Chief, 1 OMA
----------MD, 1 MERV, 1 MRTU, 1 LSU
10-80 Kejadian Material Berbahaya
    C1: 1 BLS, 1 BLS HazTac, 1 Kondisi, 1 Komandan HazTac
    C2: 2 BLS, 1 ALS, 1 BLS HazTac, 1 ALS HazTac, 2 Kondisi, 1 Petugas HazTac, 1 Kap ----  --ten Keberangkatan, 1 Komandan Departemen, 1 OMA MD
    C3: 3 BLS, 3 ALS, 3 BLS HazTac, 1 ALS HazTac, 2 Kondisi, 1 Petugas HazTac, 1 Kap -------ten Keberangkatan, 1 Komandan Departemen, 1 OMA MD, 1 MERV, 1 MRTU, 1 LSU
    C4: 6 BLS, 4 ALS, 5 BLS HazTac, 5 ALS HazTac, 5 Kondisi, 2 Petugas HazTac, 2 Kap ----- -ten Keberangkatan, 2 Komandan Departemen, 1 OMA MD, 1 MERV, 1 MRTU, 3 LSU (OMA : Office of Medical Affair, MERV : Major Emergency Response Vehicle, MRTU : Mobile Respiratory Treatment Unit, LSU : Logistical Support Unit)
 
KODE MANDATORI
10-63 Unit bekerja sesuai rencana
10-81 Unit di RS
10-82 Unit meninggalkan tempat dengan pasien [A-ALS Transport, B-BLS Transport, M-
-   ----Kereta Jenazah]
10-84 Unit tiba dilokasi kejadian
10-88 Dilokasi kejadian
10-89 Unit tersedia di CSL (Unit dianjurkan berkompul di lokasi CSL)
10-97 Unit tersedia didalam wilayah Tim (Unit dianjurkan berkompul di lokasi CSL)
10-98 Unit tersedia diluar wilayah Tim (Unit dianjurkan berkompul di lokasi terakhir, -------   ---kecuali unit memperbaharui MDT)
10-99 Unit tersedia dalam Tim (Unit dianjurkan berkumpul di lokasi Tim)
 
KODE DISPOSISI
10-83 Pasien dinyatakan tewas (jelaskan dibebaskan/belum)
10-90 Kejadian tidak dijumpai
10-93 Pernyataan penolakan bantuan medis (nyatakan oleh siapa)
10-94 Pasien ditindak oleh (jelaskan)
10-94 Pasien ditindak oleh (jelaskan) dan ditransport oleh (jelaskan)
10-95 Triase dilokasi, pasien tidak ditransportasi
10-96 Pasien meninggal saat kedatangan

Kembali ke awal


 

KLASIFIKASI JUMLAH KORBAN
Alpha 0
Bravo 1 - 5
Charlie 6 - 10
Delta 11 - 25
Echo 26 - 50
Foxtrod 51 - 75
Golf 76 - 100
X-ray 101 - 250
Yankee 251 - 500
Zulu 501 atau lebih 
Kembali ke awal

 

 

Wilayah EMS terkait Unit EMS/Tim BSB SUMBAR Nomor RS / Posko

ZONE TEAM :

Wilayah Barat Padang ( xx Mhz)
B1 - 01, 03, 05, 07, 09
B2 - 02, 04, 06, 08, 10
 
Wilayah Timur Padang ( yy Mhz)
T1 - 11, 13, 15, 17, 19
T2 - 12, 14, 16, 18, 20
 
Wilayah Utara Padang ( zz Mhz)
U1 - 21, 23, 25, 27, 29
U2 - 22, 24, 26, 28, 30
 
Wilayah Selatan Padang ( aa Mhz)
S1 - 31, 33, 35, 37, 39
S2 - 32, 34, 36, 38, 40
 
Wilayah Luar Padang ( bb Mhz)
L1 - 41, 43, 45, 47, 49
L2 - 42, 44, 46, 48, 50

Wilayah EMS terkait Wilayah kerja Tim BSB SUMBAR dll
Dikembangkan lebih lanjut setelah berkoordinasi dengan Polri/SAR

Wilayah Barat Padang
01 RS Yos Sudarso (B,P,T)
02 RS BMC
03 RS Selaguri
04 RS
05 RS
06 RS
07 RS
08 BPBD Prop
09 Disdamkar
10 Puskesmas X

Wilayah Timur Padang
11 RS Dr. M. Djamil (B,P,R,T)
12 RS Ibnu SIna
13 RS Polri
14 RS
15 RS
16 RS
17 RS
18 RS
19 RS
20 Puskesmas Y
 
Wilayah Utara Padang
21 RS Siti Rahmah (B,P,R,T)
22 RS
23 RS
24 RS
25 RS
26 RS
27 RS
28 RS
29 Badan SAR Prop
30 Puskesmas Z Wilayah Selatan Padang
31 RS Reksodiwiryo
32 RS Asri
33 RS
34 RS
35 RS
36 RS
37 RS
38 RS
39 BPBD Kodya
40 Puskesmas A

Wilayah Luar Padang
41 RS Solok
42 RS Pariaman
43 RS Padang Panjang
44 RS Painan
45 RS
46 RS
47 Puskesmas B
48 Puskesmas C
49 Puskesmas D
50 Puskesmas E

Keterangan RS:
(X) : RS dengan kemampuan Khusus :
----((B)- Luka Bakar
----((P)- Gigitan ular dan sejenis
----((R)- Replantasi
----((T)- Trauma

KETERANGAN FREKUENSI :
SEMENTARA SEMUA MENGGUNAKAN FREKUENSI 15 1.18 0 ( ?? tunggu izin Kemenkominfo).

Kembali ke awal

 

NOMOR TELEFON PUSAT KONTROL MEDIK DAN PETUGAS

LIHAT DAFTAR DINAS DISPATCHER DAN KONSULTAN !!

NO. BIDANG PENANGGUNG-JAWAB TELEFON
1 Dispatcher Sesuai Jadwal  
2 Penyakit Dalam Dr.
Dr.
 
3 Penyakit Jantung Dr. Masrul, SpJP
Dr. Yerizal Karani, SpJP/SpPD
 
4 Penyakit Anak Dr. Mayeti, SpA
Dr. Eni, SpA
 
5 Penyakit Bedah Dr. Yahya Marpaung, SpB
Dr.
 
6 Penyakit Ortopedi Dr. Rizki, SpOT
Dr.
 
6 Penyakit Kebidanan/Kandungan Dr. Yusrawati, SpOG
Dr. Syahredi, SpOG
 
7 Penyakit Mata Dr.
Dr.
 
8 Penyakit THT Dr.
Dr.
 
9 Penyakit Bedah Saraf Dr. Syaiful Saanin, SpBS
Dr.
 
10 Penyakit Jiwa Dr.
Dr
 
11 Penyakit Saraf Dr. Y. Syafrita, SpS
Dr. Syarif Indra, SpS
 
12 Anestesi/Nyeri Dr. Rudi Permadi, SpAn
Dr. Nazman Puar, SpAn
 
13 Forensik Dr. Rika, SpF
Dr.
 
14 Kulit Dr.
Dr.
 
15 Kontrol Infeksi Dr.
Dr.
 
16 Sarana
 
17 Farmasi
 
18 Humas Rita PP, SKep.
 
19 Dirut/DanRS Dr. Aumas Pabuti, SpA-K  
20 Diryanwat/DanBencana Dr. Yusirwan Yusuf, SpB-KBA  
21 Dirkeu/Kayanman    
22 DirSDM/Kayanmed Dr. Irayanti, SpM  
23 Crisis Center DinKes I Sesuai Jadwal  
24 Crisis Center Dinkes II Sesuai Jadwal  
25 Koordinator PKM Dr. Andi Rusli  
26 Ko. BNPB Kodya    
27 Ko. BNPB Prov.    
28 Ko. Bencana Subreg. I    
29 Ko. Tim Pra RS Dr. Syaiful Saanin, SpBS  
30 Ka UGD Dr. Syaiful Saanin, SpBS  
31 Patient safety    
32 Pusat Tanggap Panggil RSMD   151190 MHz
Kembali ke awal

Star of life

RUJUKAN
1. SPGDT Depkes RI (GELS), buku ketiga : Kelainan Khusus.
2. Dr. Thomas Gross MD. Medical Director. Wabasso Ambulance Protocols. Wabasso Am
bulance Association, Wabasso, Minnesota.
3. Bryan E. Blesoe, DO, FACEP. : Prehospital Medical Protocols & Standing Orders.
4. FDNY Emergency Medical Sevice.