Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!

Asal-usul | Pendidikan | Aktivitas masa lalu

Kisah cinta dan berkeluarga | Pengalaman kerja | Pengalaman batin

Asal-usul

Hari kelahiran saya Jumat 27 Januari 1967 namun karena kesalahan waktu pembuatan akte kenal lahir, tanggal lahir saya yang didaftarkan secara resmi dalam setiap ijazah maupun kartu-kartu identitas saya adalah 7 Mei 1967. Walaupun saya tidak pernah merayakan hari ulang tahun saya, namun jika ada yang mau memberi ucapan selamat atau hadiah ulang tahun, saya lebih suka itu dilakukan pada tanggal 27 Januari atau 16 Syawal menurut tahun Hijriah.

Ayah saya Abdurahman bin Abdul Hamid. Dia meninggal 24 Februari 1998 pada usia 64 tahun. Menurut saya dia adalah seorang teknisi yang tangguh, karena walaupun tidak pernah sekolah teknik dia ahli dalam bidang permesinan. Selama hidupnya dia bekerja keras untuk keluarga kami sebagai sopir. Mulanya sebagai sopir boat, kemudian setelah mampu beli truk bekas, dia kemudian menafkahi keluarga kami dengan truk tersebut.

Adapun ibunda saya yang saya panggil "Emak" bernama Nurhasanah. Dia seorang ibu rumah tangga biasa. Namun sebagai orang desa dia juga pekerja keras, dia berladang bertanam jagung, kacang dan sayur mayur disamping tugas utama mengurus rumah tangga kami.

Saya adalah anak tertua dari 5 bersaudara. Adik-adik saya 2 laki dan 2 perempuan. Namanya masing-masing: Mahroni, Fadilah, Rosmili dan Zainul Muttaqien.

Sebelum nikah saya tinggal bersama orang tua dan adik-adik saya di desa tempat kelahiran kami yaitu Desa (Kampung) Tahtul Yaman yang terletak di pinggir Sungai Batang Hari kira-kira 2 km ke arah hilir dari kota Jambi.

Pada tanggal 18 April 1993 saya menikah dengan mantan pacar dan teman SMA saya, Jeany Eva Krisna, seorang wanita cantik berdarah Palembang. Dan selanjutnya saya mulai hidup sebagai seorang suami dan tinggal di rumah Sang mertua karena belum mampu beli rumah sendiri.

Pendidikan

Pendidikan formal saya tidak dimulai dari TK seperti kebanyakan anak-anak kota. Saya mulai masuk Sekolah Dasar (SD 10/IV) di desa (kampung) dimana saya tinggal pada tahun 1974. Pada saat yang sama saya juga mulai belajar di madrasah ibtidaiyah yaitu Madrasah Ibtidaiyah Saadatuddaren juga desa yang sama. Jadi, sekolah umum pada waktu pagi dan sekolah agama sore harinya. Pada tahun 1980 saya tamat kedua sekolah tersebut.

Tahun 1980 melanjutkan ke sekolah menengah pertama (SMP Negeri 3 Olak Kemang Jambi). Saya juga melanjutkan pendidikan agama saya pada Madrasah Tsanawiyah Saadatuddaren. Keduanya masih bisa diikuti karena yang satu pagi dan satunya sore. Walaupun waktu kelas 3 saya pindah ke SMP 13 yang waktu itu baru dibangun dan terletak lebih dekat ke kampung tempat tingal saya namun secara formal saya diluluskan oleh SMP 3 pada tahun 1983, karena SMP 13 waktu itu masih berinduk ke SMP 3.

Tahun 1986 mulai menjadi siswa sekolah menengah atas (SMA Negeri 2 Jambi) yang terletak di kota Jambi. Sayangnya karena SMA ini terletak jauh dari kampung, saya tidak dapat meneruskan sekolah agama, lagi pula madrasah di kampung tidak menyediakan pendidikan tingkat aliyah. Saya tamat SMA pada jurusan IPA tahun 1986.

Alhamdulillah, berkat giat belajar dan perhatian penuh terhadap penjelasan guru, baik di SMP, SMA maupun di madrasah, saya terbilang pelajar yang berhasil dan selalu mencapai nilai tertinggi dalam kelas terutama dalam pelajaran-pelajaran exacta.Terus terang, pemahaman terhadap pengetahuan dasar yang saya peroleh di sekolah menengah itu sangat membantu saya dalam mengikuti pendidikan-pendidikan selanjutnya. Namun sayangnya kecemerlangan dimasa SMP/SMA itu tidak terus berlanjut waktu saya di perguruan tinggi.

Saya mulai kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Jambi tahun 1986 pada program study ilmu tanah. Bidang ini saya pilih karena pertimbangan lebih exacta dari pada program study yang lain. Walaupun saya tidak pernah gagal dalam setiap mata kuliah dan beroleh nilai memuaskan namun saya baru lulus dan menyandang gelar Sarjana Pertanian dengan titel Insinyur pada 24 Desember 1992 (nyaris 7 tahun). Saya lalai dan lamban dalam menyelesaikan skripsi saya.

Karena bertugas sebagai tenaga edukatif di perguruan tinggi saya kemudian mendapat kesempatan melanjutkan pasca sarjana di mancanegara. Saya mulai menjejakkan kaki di negeri asing, di Netherland tanggal 29 Agustus 1998. Tepatnya di kota kecil di bagian timur negeri ini bernama Enschede dimana berdiri Internatioanl Institut for Aerospace Survey and Earth Science yang secara salah kafrah disingkat ITC. Disini saya mengikuti kuliah MSc-Geographic Information System for Rural Application. Akan tetapi, berhubung untuk penyelenggaraan program yang saya ikuti tersebut institut ini bekerja sama dengan Universitas Wageningen di Wageningen, maka sejak April 1999 saya pindah dan melanjutkan studi saya di Wageningen yaitu pada Wageningen Agricultural University (WAU) yang kemudian berubah nama menjadi Wageningen University and Research (WUR).

Ceritanya berhenti sementara sampai disini karena saya belum selesai dengan tugas belajar ini.

Kegiatan Masa Lalu

Ini tercatat sejak saya di SMA karena waktu masih di SMP tidak ada kegiatan luar sekolah yang berarti kecuali bermain menikmati masa kanak-kanak.

Berhubung pada waktu SMA saya tidak lagi melanjutkan pendidikan agama secara formal berarti saya punya banyak waktu untuk kegiatan lain yang cukup berarti buat kehidupan saya.

Mulanya adalah tawaran dari seorang ustaz bernama Usman Abdul Gani. Tawaran untuk mencoba menghafal kalam ilahi. Targetnya waktu itu adalah untuk mempersiapkan peserta MTQ golongan hifzil quran. Lalu terpilihlah disamping saya 3 orang teman lainnya: Ahmad Riadh, Najib Syamsuri, Suaidi Mahdi. Dan bersama mereka saya mengisi waktu luang saya menghafal ayat-ayat yang mulya itu pada Ustaz Ahmad Ridho dan Ustaz Yahya A.Kadir. Walaupun pada akhirnya saya dapat mencapai 10 juz dan berpengalaman dalam berbagai tingkat MTQ, namun kemudian setelah berkeluarga dan bekerja, karena terlena dengan pekerjaan dan tugas sehari-hari dan kenikmatan kehidupan berkeluarga, sebahagian besar dari hafalan saya menguap. Semoga Allah mengampunkan saya atas semua ini dan memberi hidayah untuk mengingatnya kembali.

Pada waktu sebagai mahasiswa saya mengisi waktu luang saya dengan belajar berorganisasi baik pada organisasi intern maupun extern kampus. Saya pernah menjabat sebagai ketua SMF (Senat Mahasiswa Fakultas) Pertanian Unja pada tahun 1989-1990 dan ketua bidang Komunikasi Ummat di Kepengurusan HMI Cabang Jambi tahun 1990-1991. Walau begitu, saya bukanlah organitoris yang sukses karena pangalaman organisasi saya berhenti hanya sampai disitu.

Kisah Cinta dan Berkeluarga

Sebagai lazimnya anak manusia perasaan tertarik dengan lawan jenis mulai timbul sejak usia sekitar 14 tahunan. Perasaan ini mula-mula tertuju kepada salah seorang teman waktu di SMP. Tapi cuma sekadar perasaan di dalam dada dan tidak cukup keberanian untuk mengungkapkannya sehingga bersemilah jerawat di dahi.

Waktu di SMA tepatnya kelas 2, seorang siswi teman sekelas, -sikapnya, tindak tanduknya dan senyumnya yang membuat saya tidak enak makan dan tidak enak tidur kalau tidak membayangkannya- menimbulkan keberanian saya untuk mengungkapkan isi hati saya kepadanya. Dengan menawarkan membuatkan lukisan dan membantu mengejakan PR kimia, fisika dll saya tambat hatinya. Walau tidak pernah ditawari jajan atau nonton dia rela menjadi pacar saya. Akhirnya hubungan kami semakin akrab dan jadilah dia pilihan hati saya.

Hubungan ini tetap terjalin sampai kami lulus SMA dan melanjutkan ke perguruan tinggi bahkan semakin akrab ketika kami sama-sama di HMI. Ketua umum HMI Cabang Jambi ketika itu, Normal Yahya, mempromosikan singkatan HMI sebagai "Hangat-Mesra-Intim" untuk menyemangati anggota atau pengurus yang menjatuhkan pilihan hati sesamanya.

Setelah selesai dari perguruan tinggi kami menyusun rencana menuju kejenjang pernikahan. Syukur, ketika itu saya langsung dapat pekerjaan sehingga punya modal untuk meminangnya. Dan pada tanggal 18 April 1993 resmilah dia sebagai isteri saya, Jeany Eva Krisna.

Kami menjalani hidup berumah tangga dengan mesra dan rasa syukur karena mahligai rumah tangga adalah dambaan kami selama masa pacaran. Allah kemudian mempercayai kami untuk memelihara hambanya. Isteri saya hamil setelah setahun pernikahan dan lahirlah putra pertama kami 9 bulan kemudian, tepatnya tanggal 21 April 1995 atau 21 Ramadhan 1415. Saya beri nama Maulana Aqil Mubarak dengan harapan dia menjadi orang yang menggunakan akalnya secara optimal dan mendapat barkah dari Allah.

Titipan Allah kemudian datang lagi dalam wujud putra kedua yang lahir tanggal 2 September 1997. Yang ini saya beri nama Saidina Abid Munawar agar dia menjadi orang yang taat beribadah dan cemerlang kharismanya.

Pengalaman Kerja

Saya mulai bekerja sebagai guru pada Madrasah Tsanawiyah di mana saya pernah dididik, bersamaan dengan masuknya saya ke perguruan tinggi. Jadi disela-sela jadwal kuliah saya mengajar matematika dan fisika di madrasah tersebut. Ini berlangsung selama lebih kurang 7 tahun selama saya berstatus sebagai mahasiswa. Walau dari sini saya dapat membiayai transport saya selama kuliah pekerjaan ini sebetulnya lebih bersifat pengabdian.

Pekerjaan yang sesungguhnya dimulai seminggu setelah saya dinyatakan lulus dari fakultas. Seorang teman waktu aktif di Senat Mahasiswa dan adalah kakak tingkat waktu kuliah bernama Syaiful Azhar, menawari saya untuk menggantikan posisinya sebagai petugas lapangan HPH Binadesa PT Betara Agung Timber, karena beliau tidak dapat meneruskan tugas ini lantaran diterima sebagai pegawai negeri sipil. Saya bekerja disini lebih kurang 5 tahun merencanakan dan mengimplementasikan bantuan dari perusahaan ini untuk masyarakat desa binaannya, yaitu Desa Rano Kec. Muara Sabak Kab. Tanjung Jabung Jambi.

Pada waktu kuliah di fakultas saya sebenarnya telah terikat untuk menjadi pegawai negeri sipil lantaran menerima beasiswa TID (Tunjangan Ikatan Dinas). Dengan demikian bekerja di perusahaan adalah untuk mengisi kekosongan sementara menunggu panggilan tugas sebagai pegawai negeri. Tanggal 9 September 1994 saya resmi bertugas sebagai pegawai negeri sipil untuk tenaga edukatif pada Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Namun karena pekerjaan di perusaan tidak mengharuskan saya setiap saat berada di lapangan maka walau telah di bekerja di fakultas saya belum memutuskan tugas saya di perusahaan. Secara resmi saya keluar dari perusahaan itu setelah perusahaan itu terpaksa tutup lantaran tidak dimungkinkan memperpanjang HPH-nya yaitu pada Februari 1997

Di fakultas sebagai tenaga yunior saya bertugas membimbing mahasiswa di laboratorium. Mata kuliah dimana saya pernah terlibat dalam kegiatan praktikumnya antara lain: kimia dasar, fisika tanah, dasar ilmu tanah serta kartografi dan geodesi.

Pengalaman Batin

Ini untuk menegaskan bahwa kalau kita berdoa, pasti ada Dzat yang mendengar dan akan mengabulkanya kalau doanya dilakukan dengan penuh khusyuk dan menurut yang diajarkan Rasulullah SAW.

Saya temukan dalam kitab "Kaasyifatussaja" pada bab "Taubah" sebuah hadits dimana Rasullulah SAW mengajarkan suatu untaian pujian (implisit doa) yang dianjurkannya untuk dibaca mengawali setiap doa yang mana Allah akan mengabulkan doa yang ucapkan setelah pujian ini. Lalu saya hafalkan pujian tersebut dan selalu saya baca sebelum berdoa. Beberapa masalah bahkan yang sangat musykil teratasi dengan upaya ini. Inilah pengalaman saya:

Pertama adalah ketika kehendak saya untuk berumah tangga terhalang oleh faktor ekonomi. Saya yang berasal dari keluarga ekonomi lemah tidak mungkin mengandalkan sepenuhnya kemampuan orang tua untuk menunaikan cita-cita saya mempersunting wanita idaman pilihan saya. Apa tah lagi untuk nafkah isteri saya nanti. Sementara dorongan baik dari pihak calon mertua yang sudah menunggu selama 7 tahun maupun dari dalam diri saya sendiri sudah demikian besar. Karena itu jalan keluarnya adalah meminta pertolongan Allah, Tuhan yang saya percayai maha pemurah kepada hamba-Nya. Alhamdulillah tidak lama setelah doa ini dilakukan dan pada waktu yang tepat yaitu kira-kira seminggu setelah tamat dari fakultas, Allah mengabulkan doa saya dalam wujud tawaran bekerja di HPH Binadesa sebagai solusi pemecahan masalah ekonomi untuk menuju jenjang rumah tangga tersebut.

Yang kedua yang paling terasa musykil adalah ketika saya mendambakan ingin mempunyai komputer. Waktu itu komputer masih jarang untuk ukuran Jambi. Lagi-lagi masalah ekonomi, karena walaupun saya, ketika itu sudah bekerja dan berkeluarga, pendapatan saya hanya cukup untuk keperluan sebulan tanpa ada simpanan. Lalu saya meminta kepada Allah yang maha pemurah dengan khusuk dan mengemukakan alasan perlunya komputer itu bagi saya serta saya awali doa dengan pujian yang saya kutif dari hadits Rasullah SAW itu. Subhanallah, keesokan harinya teman sekantor memberitahu bahwa saya akan diberi bonus dari perusahaan sebesar sejuta rupiah. Lalu dengan itu saya dapat membeli sebuah secand hand komputer.

Satu hal lagi yang saya yakini semata-mata karunia Allah yang diberikannya atas permintaan (doa) saya adalah keberadaan saya mengikuti study MSc GIS di Netherland saat ini. Saya sudah mencita-citakan hal ini sejak awal saya mengikuti kursus bahasa inggeris di Universitas Jember (Jawa Timur) dan sudah mulai berdoa kepada Allah untuk merestui cita-cita ini. Namun baik waktu kursus maupun sesudahnya banyak sekali hambatan yang seakan-akan mengaburkan angan-angan untuk keluar negeri ini. Mulanya, persyaratan nilai TOEFL agar dapat dibiayai studi di luar negeri, yaitu minimal 500 bukan hal yang mudah untuk dicapai. Tentu saja saya tidak hanya sekadar berdoa untuk mencapai nilai ini. Allah mewajibkan kita berusaha disamping doa. Alhamdulillah pada akhir kursus nilai TOEFL saya pas 500. Walaupun, syarat TOEFL dipenuhi, institusi (sponsor) yang diharapkan membiayai, jauh-jauh sebelumnya sudah mengumumkan bahwa anggaran untuk pengiriman karya siswa ke luar negeri pada dasarnya sudah habis dan tidak bisa membiayai kecuali jika kami bernasib baik. Maksudnya, mereka akan melakukan rekalkulasi dan berhasil menyisihkan dari sisa anggaran lain. Ternyata Allah memberi nasib baik sehingga kami dibiayai.

Kalau mau tahu doanya, klik disini.

Hal lain yang dikabulkan Allah SWT terkait dengan praktek / pengamalan doa ini adalah sampainya saya ke Baitullah menjalankan ibadah haji rukun Islam yang kelima. Sebelumnya kalau melihat pendapatan yang saya peroleh setiap bulannya, rasanya hampir mustahil niat untuk menunaikan ibadah haji bisa tercapai. Tapi kemudian karena saya telah dihantarkan Allah untuk bersekolah di Negeri Belanda, kesempatan menjalankan ibadah haji itu jadi sedikit terbuka. Tapi walau begitu masih terlihat sejumlah halangan yang harus dihadapi. Misalnya beasiswa yang pas-pasan, waktu haji yang mungkin bersamaan dengan tugas akhir saya, dan visa (izin tinggal) di Belanda yang berakhir sebelum jadwal haji. Tapi dengan pertolongan Allah SWT, berkat pengamalan doa ini, semua itu teratasi dengan baik. Allah tambahkan pendapatan saya waktu itu dengan cara diizinkanNya untuk bekerja sebagai pengantar koran, sehingga mendapat tambahan penghasilan 300 gulgen per bulan. Saya dapat menunaikan ibadah haji dengan biaya yang sangat murah, yaitu hanya 1500 gulden (±Rp. 5 juta) untuk ongkos pesawat PP Amsterdam-Jeddah dan 700 reyal (± Rp 2 juta) dibayar di Kedubes Arab Saudi untuk ongkos Jedah-Mekah-Madinah dan biaya kemah di Arafah dan Mina. Total hanya Rp 7 juta padahal waktu itu ongkos haji dari Indonesia mencapai Rp 24 juta. Hambatan kedua untuk kepergian ini juga teratasi karena saya dapat menyelesaikan tugas akhir serta diwisuda tepat satu minggu sebelum jadwal keberangkatan haji. Mengenai perpanjangan visa tinggal tidak ada hambatan sedikitpun. Mereka menerima alasan mau mengerjakan ibadah haji untuk memperpanjang visa selama 1 bulan. Sehingga tunailah rukun Islam yang kelima itu atas izin Allah SWT

Waktu di Madinah setelah mengerjakan ibadah haji, saya juga dicemaskan oleh masalah yang mengkhawatirkan saya. Bis yang saya tumpangi mengalami hambatan di perjalanan, sementara waktu chek in di Jeddah harus 24 jam sebelum jadwal penerbangan dan saya masih di perjalanan. Rasanya mau mencharter taxi, tapi uang di saku sudah kepepet. Tapi sembari berdoa sepanjang perjalanan, akhirnya kecemasan itu berakhir karena sesampai di Jeddah pintu chek in ini masih terbuka

Sekarang saya masih secara reguler mempraktekkan doa ini untuk permintaan-permintaan baru yang akan saya tulis nanti setelah Allah mengabulkannya.