|
'AQIDAH ITU SATU DAN TIDAK PERNAH BERUBAH
Begitulah mafhum (pemahaman mengenai) iman yang diturunkan Allah dalam
kitab-kitab yang disampaikan oleh Rasul-rasul Allah dan diwasiatkan menjadi pegangan hidup bagi orang-orang dahulu
kala sampai di akhir zaman.
Jadi 'aqidah itu hanya satu dan sama di seluruh masa dan tempat dan tidak berubah-ubah karena pergantian manusia
dan turunan.
Allah menerangkan :
"Allah mensyari'atkan kepadamu suatu agama yang telah diwasiatkan
dahulu kepada Nuh, dan itu juga yang Kami wahyukan kepada engkau (Muhammad). Dan itu juga yang Kami wasiatkan kepada
Ibrahim, kepada Musa dan Isa : Hendaklah kamu tegakkan agama itu, selurus-lurusnya dan sekali-kali janganlah kamu
membuat perbedaan / perpecahan di dalamnya. " (Surat Asy-Syura
Ayat 13)
Agama Islam disyari'atkan dan diwasiatkan kepada kita, sama dengan yang telah disyari'atkan kepada ummat-ummat
sebelum kita, yaitu tentang pokok-pokok 'aqidah dan dasar-dasar keimanan, bukan cabang-cabang hukum dan syari'at,
sebab setiap ummat (kaum) itu mempunyai cara-cara beramal dan syari'at tersendiri yang sesuai dengan tempat, keadaan
dan kekuatan fikiran dan rohaniah masing-masing kaum itu :
"Bagi setiap kaum Kami adakan syari'at dan cara pelaksanaan tersen-diri." (Surat Al Maa-idah ayat 48).
APA SEBAB 'AQIDAH ITU MESTI SATU DAN
TETAP TIDAK BERUBAH-UBAH
Allah menjadikan 'aqidah itu hanya satu dan tetap, tidak boleh berubah-ubah untuk seluruh manusia dari masa ke
masa, sebab 'aqidah itu mempunyai pengaruh yang kuat dan kemanfaatan yang nyata terhadap kehidupan pribadi manusia
dan kehidupan masyarakat.
Maka mengenal Allah dengan sendirinya memancarkan perasaan kesucian, membangunkan kesadaran-kesadaran terhadap
kebajikan, menumbuhkan kemampuan untuk senantiasa mengingat Allah (muraqabah) dan menumbuhkan kegiatan untuk mengangkat
pekerjaan-pekerjaan yang besar dan mulia, dan untuk menjauhkan diri dari perbuatan yang rendah dan dungu.
Mengenal Malaikat menjadikan diri manusia tertarik (berminat) hendak menyamai, mencontoh kesucian Malaikat dan
hendak bersama-sama dengan Malaikat itu dalam menegakkan kebenaran dan kebajikan sebagaimana dia juga menumbuhkan
sikap kehati-hatian menjaga diri dari hal-hal yang tidak baik. Maka segala yang dilakukan harus yang baik dan dengan
maksud yang baik dan luhur.
Mengenal kitab-kitab Allah memberikan pengertian tentang pola perencanaan, sistem dan khittah hidup yang sungguh-sungguh
baik dan benar yang sudah dirumuskan sendiri oleh Allah. Dengan begitu manusia terjamin dapat sampai kepada kesempurnaan/kesentosaan
kehidupan lahiriyah (materil) dan rohaniyah (moral).
Mengenal Rasul-rasul Allah bertujuan mengenal pemimpin-pemimpin dan teladan-teladan hidup yang dipimpinkan oleh
Rasul-rasul itu. Lantas dituruti dengan taat dengan menyadari bahwa pimpinan Rasul-rasul itulah yang terbaik, bermutu
tinggi, yang mampu untuk mengantarkan kita manusia kepada kehidupan yang beruntung dan suci, yang sesuai dengan
yang dikehendaki Allah.
Mengenal akhirat memberikan kesadaran tentang perjalanan hidup yang panjang sampai di hari sesudah mati dan kiamat
yang harus dilalui dengan perencanaan/program jangka panjang pula. Maka mengingat hari akhirat itu mendorong manusia
kepada kesungguhan mempersiapkan diri dengan amal kebaikan dan memperbesar kemampuan mencegah diri dari kejahatan
dan maksiat.
Mengenal qadar/ ketentuan Allah membekali manusia dengan kekuatan- kekuatan dan kodrat-kodrat dalam mengatasi segala
penderitaan dan kesulitan-kesulitan hidup yang dihadapinya dan membesarkan jiwa manusia hingga memandang peristiwa
sekalipun betapa besarnya akan tampak kecil. Sebab dengan ketentuan Allah segala sesuatupun bisa berubah dan hanya
yang sudah ditentukan Allah jua yang akan berlaku.
Sekarang jelaslah bahwa 'aqidah itu mengandung kekuatan buat membina sopan santun dan tata tertib kehidupan yang
baik, membersihkan jiwa dan menggerakkan jiwa kepada teladan hidup yang setinggi-tingginya. Dan 'aqidah itu sendiri
adalah pegangan hidup yang dipegang erat, dibuhul mati, menjadi dasar pendirian yang tidak bisa goyang karena apapun.
Itulah sebabnya pengetahuan tentang 'aqidah dianggap sebagai Pengetahuan yang setinggi-tingginya, tidak satupun
pengetahuan lain yang bisa menyamainya.
Mendidik sopan santun dan tata tertib hidup dengan jalan menanamkan 'aqidah agama ternyata merupakan sistem/cara
yang terbaik dan paling berhasil dalam pendidikan, sebab agama itu menguasai hati dan jiwa, menguasai perasaan
serta kesadaran jiwa manusia, maka pengaruhnya dan efisiensinya jauh melebihi pengaruh-pengaruh yang bisa dihasilkan
oleh wasilah pendidikan yang diciptakan para ahli, sarjana dan pelopor pendidikan di dunia ini.
Menanamkan 'aqidah ke dalam jiwa sesuatu ummat adalah jalan yang secepat-cepatnya untuk mewujudkan unsur-unsur
baik dan daya guna yang bisa mengendalikan seluruh kehidupan dan mengisi kehidupan ummat itu dengan cita-cita,
kegiatan-kegiatan dan jasa-jasa yang benar-benar berguna, tepat dan benar. Karena pendidikan dengan 'aqidah ini
menjadikan kehidupan dan hubungan hidup manusia sempurna dan indah di bawah bendera saling santun menyantuni (mahabbah)
dan hidup damai.
Bila rasa mahabbah telah menguasai keadaan hilanglah dendam kesumat dan permusuhan, maka dengan sendirinya manusia
hidup saling dekat- mendekati, saling berkasih-kasihan, setiap orang ingin berusaha membahagiakan masyarakat, dan
masyarakatnya selalu hendak membela dan membahagiakan kehidupan setiap oknum(personel) yang berada di dalamnya.
Sekarang jelaslah bagi kita betapa besarnya hikmat dari menetapkan 'aqidah (iman) yang tetap sama sepanjang masa.
Oleh sebab itu tidak ada satu ummat atau generasi apa juapun yang kosong dari utusan Allah yang menyeru kepada
keimanan dan menanamkan pokok-pokok dari 'aqidah ini.
Kebanyakan dakwah Rasul-rasul itu datang bila dlamir(ruhaniyah) manusia sudah rusak, bila nilai-nilai sifat utama
sudah gugur dan tak dihargai lagi, di kala alam kemanusiaan sudah sangat membutuhkan kekuatan luar biasa (mu'jizat)
yang dapat memutar mereka kembali kepada jiwa murninya yang sehat, jiwa yang mampu memakmurkan dunia dan memegang
amanat untuk keselamatan hidup.
'Aqidah itu adalah ruh, ruh dari setiap pribadi anggota masyarakat. Kalau 'aqidah ada, berarti dia hidup, kalau
'aqidah tidak ada berarti dia jadi orang mati ruh atau dengan perkataan lain, 'aqidah itu adalah nur. Tanpa 'aqidah
manusia buta, terjerembab ke dalam ranjau dan belukar hidup dan terperosok ke dalam lembah kesesatan.
Firman Tuhan :
"Apakah seseorang yang tadinya mati, lantas Kami hidupkan dan
Kami berikan nur untuk menerangi jalan yang akan ditempuhnya dalam menghadapi manusia ramai, akan sama nasibnya
dengan seseorang yang dirinya di dalam kegelapan yang berlapis-lapis tidak bisa mengeluarkan diri dari kegelapan
ini? " (Surat Al An'aam ayat 122).
Juga 'aqidah itu menjadi sumber yang menerbitkan perasaan-perasaan halus dan kecerdasan, menumbuhkan benih-benih
dari sifat-sifat yang indah serta sopan. Maka tidak ada sesuatu yang baik dan membahagiakan melainkan mesti bermula
dari 'aqidah. Al Qur-an bila menjelaskan amal salih dimulainya lebih dahulu dengan menyebutkan bentuk 'aqidah yang
menjadi sendi dan urat dari amal salih itu.
"Bukanlah yang dikatakan orang berbuat baik bila kamu menghadapkan
wajahmu ke timur dan ke barat, tetapi yang dikatakan orang berbuat baik itu ialah orang yang beriman kepada Allah,
kepada hari akhirat, kepada malaikat, terhadap kitab-kitab Allah, kepada Nabi-nabi, dan yang memberikan harta yang
dikasihinya kepada karib yang dekat kepadanya, kepada anak-anak yatim, kepada orang-orang miskin, kepada ibnus
sabil (orang yang dalam perantauan jauh dari keluarganya), kepada orang yang karena keadaan mendesak terpaksa meminta,
dan untuk memerdekakan diri dari pada perbudakan; dan yang menegakkan sembahyang dan membayarkan zakat hartanya;
dan orang yang menyempurnakan janji bila dia berjanji, dan orang yang sabar (tahan berjuang, besar jiwa ) dalam
melalui kemiskinan, bala bencana dan dalam kesulitan perjuangan. Orang-orang yang begitulah manusia yang benar-benar
baik dan orang-orang yang begitulah yang benar-benar bertaqwa."
(Surat Al Baqarah ayat 177).
|