Keutamaan
Menuntut Ilmu Agama
|
Allah Taala telah menyebut keistimewaan Ilmu (Agama/Tauhid) dan
orang-orang yang mempunyai Ilmu secara istimewa pada tingkat yang tertinggi
dari lain-lain tingkat atau kedudukan manusia sebagaimana FirmanNya yang
bermaksud:
"Allah telah terangkan bahawa
tidak ada Tuhan melainkan Dia yang berdiri dengan keadilan dan disaksikan
oleh malaikat dan ahli-ahli ilmu." (Surah
Al-Imran, ayat 18).
Dan orang-orang yang
kafir itu berkata: "Engkau bukanlah seorang Rasul dari Allah". Katakanlah
(kepada mereka): "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dengan kamu, dan
juga disaksikan oleh orang-orang yang ada ilmu pengetahuan mengenai Kitab
Allah". (Surah Al-Rad:43) |
|
Berdasarkan pengiktirafan Allah Taala di atas, maka sewajarnyalah
sebagai seorang hamba yang ingin mencapai kehampiran denganNya, pertama-tamanya
melengkapkan dirinya, hatinya, ruhnya dan rahsianya dengan
ILMU tentang agama itu. Hanya dengan pancaran Nur Ilmu inilah seseorang
itu akan;
-
mendapat keselamatan dari tipu daya dan kesesatan,
-
mendapat bimbingan ke arah "jalan yang lurus",
-
menjejaki sempadan untuk terbang ke Alam Ghaib
untuk mencapai puncak daerah "yang tidak terhad",
-
menikmati erti kebahagiaan yang hakiki.
Anas bin Malik r.a. berkata; Rasulullah SAW. bersabda yang
bermaksud;
Siapa yang ingin melihat orang yang dimerdekakan
Allah dari Neraka, maka lihatlah para murid(pelajar-pelajar agama),
maka demi Allah yang jiwa Muhammad di tanganNya, tiada seorang pelajar
yang hilir-mudik ke pintu orang Alim melainkan Allah menulis untuknya
-
bagi tiap-tiap huruf yang dipelajarinya dan tiap-tiap
langkah sama dengan ibadat satu tahun,
-
dan untuk tiap langkah satu kota di syurga,
-
dan setiap ia berjalan dimintakan ampun oleh bumi,
-
dan setiap pagi dan petang tetap diampunkan dosanya,
-
dan disaksikan oleh malaikat bahkan mereka berkata:
Mereka
inilah yang dimerdekakan oleh Allah dari api neraka.
Abu Laits berkata: Saya telah mendengar Abu Jaafar meriwayatkan dengan
sanadnya;
Bahawa Nabi SAW. masuk ke mesjid dan melihat dua majlis orang-orang
berkerumun, yang satu majlis orang-orang yang berzikir, sedang
majlis yang lain orang-orang mempelajari fekah dan berdoa mengharapkan
rahmat Allah, maka sabda Nabi SAW. yang bermaksud;
Kedua-dua majlis ini baik dan yang satu lebih
afdhal(utama) dari yang lain. Adapun mereka itu berzikir minta kepada
Allah, terserah apakah diterima atau ditolak oleh Allah. Adapun
yang ini maka mereka belajar dan mengajar pada orang yang bodoh, sedang
aku diutus sebagai guru, maka mereka ini yang lebih afdhal.
Kemudian Nabi SAW. duduk bersama mereka.
Abu Laits Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Katsier bin
Qays berkata: Saya duduk bersama Abur Darda' r.a. di Masjid
Damsyik, tiba-tiba datang seorang dan berkata: Saya datang
kepadamu dari Madinah, kerana saya mendengar bahawa kamu meriwayatkan
satu Hadis dari Rasulullah SAW. Lalu ditanya oleh Abu Dardaa':
Apakah kamu tidak datang untuk berdagang atau hajat keperluan lain-lainnya,
betul-betul kamu tidak datang kecuali untuk belajar hadits ini? Jawabnya:
Benar-benar saya tidak datang kemari kecuali untuk belajar Hadis ini.
Maka Abu Dardaa' berkata: Saya telah mendengar Nabi SAW bersabda
yang bermaksud:
"Siapa yang berjalan di jalan untuk menuntut
ilmu,
-
maka Allah akan memudahkan baginya jalan dari
jalan-jalan syurga.
-
Dan malaikat selalu menghamparkan sayapnya untuk
menaungi orang yang menuntut ilmu kerana redha dengan apa yang dilakukan.
-
Dan seorang yang alim itu dimintakan ampun oleh
semua penduduk langit dan bumi dan ikan-ikan di dalam air' dan kelebihan
seorang alim terhadap seorang ahli ibadat sebagaimana kelebihan bulan purnama
terhadap lain-lain bintang.
-
Dan, ulama' itu sebagai pewaris dari nabi-nabi,
dan nabi-nabi itu tidak mewariskan harta perak atau emas, tetapi
mereka mewariskan ilmu, maka siapa yang mendapatkannya bererti telah
mendapat bahagian yang sebanyak-banyaknya."
Abu Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Mas'ud r.a. yang
bermaksud:
"Dua macam kerakusan yang tidak kunjung kenyang,
iaitu yang menuntut ilmu dan yang mengejar dunia, tetapi keduanya
tidak sama, adapun yang menuntut ilmu maka sealalu bertambah diredhoi
Allah, sedang yang mengejar kekayaan dunia bertambah maharajalela
dalam kesesatannya,
Kemudian ia membaca yang membawa maksud :
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah ". Dan membaca yang
bermaksud "Tidak, tidak demikian,
tetapi manusia akan melampaui batas bila ia merasa kaya, tidak berhajat
kepada orang lain".
Abu Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhamad bin Sirin berkata:
Ketika saya masuk ke Masjid Bashrah, sedang Al Aswad bin Sarie'
dikerumuni orang yang sedang mendengar pengajiannya, dan di lain
sudut masjid orang berkerumun membicarakan ilmu feqah, lalu saya
sembahyang tahiyyatul masjid di antara mereka, kemudian setelah selesai,
tergerak dalam hati : Andaikan saya hadir di majlis zikir,
kalau-kalau mereka diterima atau mendapat rahmat saya pun akan mendapat
juga, tetapi jika saya duduk bersama ahli feqah kemungkinan saya
mendengar apa-apa yang belum pernah saya dapat, dalam perasaan yang
sedemikian itu akhirnya saya keluar dan tidak duduk bersama mereka,
dan pada malamnya saya bermimpi didatangi seorang yang berkata:
Andaikata kau duduk bersama ahli feqah nescaya
kamu mendapat Jibril duduk bersama mereka.
Abu Laits berkata: Abul Qasim AbdulRahman bin Muhammad meriwayatkan
dengan sanadnya dari Al-Hasan Alhasri berkata;
Saya tidak mengetahui satu amal yang lebih
afdhal dari jihad selain menuntut ilmu,
-
maka itu lebih afdhal dari jihad fisabilillah
dan
-
siapa yang keluar dari rumahnya untuk menuntut
satu bab dari ilmu agama, maka dinaungi oleh malaikat dengan sayapnya
dan didoakan oleh burung-burung di udara, dan binatang-bintang buas
di hutan, dan ikan di laut, dan
-
diberi pahala oleh Allah pahala 70 orang shiddiq.
-
Kerana itu, tuntutlah ilmu dan carilah untuk
ilmu itu ketenangan dan kesabaran, dan
-
kesopanan, dan
-
rendahkan dirimu terhadap gurumu dan terhadap
muridmu.
-
Jangan kamu gunakan untuk menyaingi ulama dan
membantah mendebat orang-orang bodoh dan
-
jangan menjilat-jilat kepada pemerintah,
-
dan jangan sombong terhadap hamba Allah.
-
Jangan sampai kamu menjadi ulama yang kejam yang
dimurkai Allah sehingga disungkurkan mereka itu ke dalam neraka jahanam.
-
Carilah ilmu yang tidak merosakkan ibadatmu kepada
Allah dan
-
beribadatlah kepada Allah sekiranya tidak menghalangi
kamu untuk mencari ilmu, sebab tidak berguna ilmu tanpa ibadat,
atau ibadat tanpa ilmu, dan
-
jangan menjadi seperti orang-orang beribadat tanpa
ilmu sehingga setelah kurus kering badannya tiba-tiba keluar dengan pedangnya
memerangi kaum muslimin, padahal andaikan mereka mencari ilmu nescaya
ilmu itu dapat menghalangi mereka dari perbuatan itu dan
-
seorang yang beramal tanpa ilmu itu bagaikan orang
yang sesat jalan, tambah rajin bertambah jauh, dan salahnya
lebih banyak dari benar.
Ketika ditanya dari manakah keterangan mu itu
hai Abu Saaid? Jawabnya saya telah bertemu dengan 70 sahabat yang
ikut dalam perang Badar dan saya mencari ilmu itu selama 40 tahun.
Mu'adz bin Jabal r.a berkata; Belajarlah
ilmu kerana;
-
belajar itu hasanat (kebaikan) dan
-
mencari ilmu itu ibadat, dan
-
mengingatinya sama dengan tasbih, dan
-
menyelidikinya sama dengan jihad,
dan
-
mengajar kepada yang tidak mengetahui itu sedekah,
dan
-
memberikannya kepada yang berhak(ahli) itu taqqarub(mendekatkan
diri dengan Allah),
-
sebab ilmu itu jalan untuk mencapai tingkat-tingkat
ke syurga. Dan
-
ia yang menjinakkan(menghibur) sewaktu bersendirian
dan
-
kawan dalam pengasingan, dan
-
kawan dalam kesepian, dan
-
penunjuk jalan kesenangan,
-
penolong menghadapi kesukaran, dan
-
keindahan di tengah-tengah kawan, dan
-
senjata untuk menghadapi musuh.
-
Allah meninggikan darjat beberapa golongan dengan
ilmu itu sehingga dijadikanya pimpinan yang dapat diikuti jejak mereka,
ditiru perbuatan mereka,
-
Malaikat suka berkawan dengan mereka, dan
mengusap-usap mereka dengan sayapnya dan didoakan oleh semua benda basah
mahupun yang kering, dan ikan-ikan di laut dan semua serangga,
dan binatang-bintang buas di darat dan laut dan semua ternak.
-
Sebab ilmu itu dapat menghidupkan hati dan kebodohan
dan
-
pelita dari kegelapan dan
-
kekuatan dari segala kelemahan dan
-
alat untuk mencapai darjat abrar dan yang baik-baik
di dunia dan di akhirat.
-
Dan memperhatikan ilmu itu menyamai puasa,
sedang
-
mengingat-ingatinya menyamai bangun malam dan
-
dengan ilmu tersambung hubungan kerabat,
-
dan dikenal halal dari haram, dan
-
ilmu itu penuntun amal, sedang amal tetap
menjadi pengikutnya dan
-
ilmu itu diberikan Allah kepada orang-orang
yang akan bahagia dan diharamkan dari orang-orang yang celaka dan rugi.
Untuk itu, menuntut ilmu agama adalah merupakan perkara yang menjadi
kemestian bagi sesiapa sahaja, kerana dengan ilmu
yang shohih sahajalah syariat dapat ditegakkan, dan dengan
ilmu
yang benar sahajalah thoriqat dapat diluruskan malahan dengan ilmu
makrifat sahajalah hakikat dapat disempurnakan. Benarlah kata orang-orang
Sufi;
Hakikat tidak akan muncul sewajarnya jika syariat
dan thorikat belum betul lagi kedudukannya. Huruf-huruf tidak akan tertulis
dengan betul jika pena tidak betul keadaannya.
Sila
lihat juga bicara-bicara yang berkaitan dengan ILMU
[Teori
Ilmu] [Jenis
& Bahagian Ilmu] [Asal
dan Kedudukan Ilmu Tasauf]
[Ilmu Makrifat]
Semoga Allah memberi
taufik dan hidayahnya
|
Tiada daya dan upaya
melainkan dengan Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Besar
|