Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!

Mudika Boebat News (MBN)

Mudika Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Buah-Batu Bandung

Menu :Cafe Mudika;Cafe Cinta KKMK;Lintas Jabotabek;jurnalisme investigatif;MARTIR;Goyang Inul dan Goyang Pejabat ;SEJARAH SINGKAT Karismatik Katolik;dll (liat aje sendiri dech....!)


 

(MBN) : Selamat Jalan Pastor Ferry.... Kami selalu mengenang segala keramah-tamahan Pastor .......

Top Press !!!

Mudika Paroki HTBSPM (Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria) bubat Bandung. Dalam waktu dekat akan mengadakan pergantian kepengurusan menjelang Lustrum 2003. Berita Selengkapnya menyusul setelah kami rapatkan.

Ada Tanggepan tentang site/page ini tlg hubungi ekp7@indo.net.id   or cp( 08122030147)by ekop.

 

 

Kamis, 9 Januari 2003

Lintas Jabotabek

JAKARTA PUSAT: Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
menyatakan polisi menjadi salah satu pelaku yang
sering melakukan kekerasan terhadap jurnalis pada
2002. Urutan berikutnya adalah massa, orang tak
dikenal dan aparat pemerintah. "Polisi paling sering
melakukan kekerasan terhadap wartawan. Padahal,
sebagai penegak hukum, polisi seharusnya memberikan
rasa aman dan perlindungan terhadap masyarakat,
termasuk wartawan. Bukan malah berbuat sebaliknya,"
tandas Koordinator Divisi Advokasi AJI Jakarta, Bayu
Wicaksono
di PN Jakarta Pusat, kemarin. AJI mencatat
sedikitnya ada 65 kasus tekanan terhadap pers dan
jurnalis. (CR-19/J-2)

 

 [interkomsos] jurnalisme investigatif

salam kenal buat semua...

saya stelly, peserta pelatihan jurnalistik

walo bukan wartawan, saya mau coba 'sok tau' nanggepin pertanyaan juan soal jurnalisme investigatif... ;) kebetulan istilah ini pernah dilontarkan dalam satu session kuliah saya dulu dan saya yang penasaran sempat cari tau detilnya teman2 wartawan beneran pasti bisa cerita lebih dalam soal ini

 

di era keterbukaan pers ini, nampaknya kreativitas bahasa dalam jurnalisme juga meningkat dengan pelontaran berbagai istilah yang memberi label pada jurnalisme ada jurnalisme provokasi, jurnalisme antikorupsi (kalo ga salah digagas oleh para aktivis aji), jurnalisme damai, jurnalisme amplop, jurnalisme ludah, bahkan jurnalisme download yang muncul saat piala dunia tahun lalu - di mana wartawan2 indonesia yang dikirim meliput ke korea dan jepang lebih memilih mendownload berita2 dari internet ketimbang meliput pertandingan langsungnya (satu hal yang tentu saja bisa dilakukan dari kantornya di indonesia) saat ini saya sendiri lagi baca buku "jurnalisme sastra" karangan septiawan santana

 

pionir jurnalisme investigatif muncul di amerika sejak tahun 1800-an cirinya liputan yang menyeluruh dan memakan waktu lama, dengan satu semangat

: membongkar

yang dibongkar biasanya kejahatan publik, yaitu suatu kejahatan yang mempengaruhi kepentingan publik (goenawan mohamad menyebutnya "jurnalistik membongkar kejahatan")

kasus terbesar yang biasa disebut2 sebagai puncak jurnalisme investigatif adalah kisah tergulingnya nilson dengan skandal watergatenya lengsernya estrada di filipina juga karena keberhasilan jurnalis investigatif ini kalo di indonesia mungkin bisa disebut kasus tempo yang dibredel akibat pemberitaannya tentang harta milik negara

dulu jurnalis investigatif biasa bekerja sendiri, tanpa dukungan dari kantor medianya tapi skrg teamwork menjadi kata kunci utk menghasilkan satu cerita yang komprehensif dan profesional diperlukan gabungan berbagai jenis keahlian, seperti reporter, editor, ahli hukum, periset data statistik, pustakawan,...

lewat jurnalisme investigatifnya, pers memberikan sumbangan penting bagi demokrasi mekanisme check and balance-nya cocok dengan semangat demokrasi untuk melakukan pengawasan terhadap performance pihak2 yg berkuasa hak dan kebutuhan publik untuk tahu juga dipuaskan

tapi... jurnalisme investigatif pun memiliki keterbatasannya tersendiri waktu yang dibutuhkan untuk menelusuri dokumen2, menanyai saksi2, dll pastilah memakan waktu yg lama dengan sendirinya biaya yg dibutuhkan juga makin besar pemilik media yg profit oriented mungkin tanpa banyak pikir langsung menolak proyek ini mentah2 belum lagi risiko dibredel... (shock terapy-nya sudah dimulai oleh akbar tandjung yang memberangus buku bullogate yg ditulis secara investigatif)

lagipula di indonesia ini kan asas yang memasyarakat itu "mikul dhuwur mendhem jero" (buat yg ga ngerti, artinya kurang lebih junjung tinggi kebaikan sso tapi pendam dalam2 kesalahan2nya) bisa jadi ada banyak sekali laporan investigatif dari jurnalis2 idealis di negeri ini yang ga sampai menguak ke permukaan karena akhirnya 'dibereskan' dengan kompromi politik tingkat tinggi ;)

sekian dulu deh 'sok tahu'nya... moga2 bermanfaat...

;)

stelly

>Pak Ruyandi ini adalah pemimpin dari Yayasan Dulos ( di Jawa Tengah

>kayaknya ) yg dulu pernah dibakar massa. dia sangat bergantung sama

>Tuhan, dan menyerahkan dirinya sebagai "tumbal" kalo memang anak2 Tuhan

>di Indonesia mau untuk memiliki anak Tuhan sebagai Presiden Indonesia.

HE...HE.... LUAR BIASA ADA YANG MAU JADI MARTIR DI MASA SEKARANG INI. TAPI JUJUR, TANPA MENGECILKAN MAKNA 'MARTIR' ITU SENDIRI SYA CUMA MAU INGATKAN; INDONESIA SEDANG BERADA DALAM MASA BIMBANG. ARTINYA NIAT JADI MARTIR PUN BISA JADI BERAWAL DARI KEBIMBANGAN (MENDAPATKAN POPULARITAS) LALU MENGGUNAKAN KEPASRAHAN SEBAGAI KAMUFLASE AMBISI PRIBADI. JUJUR, SAAT MENULIS INI SAYA SENDIRI SEDANG BINGUNG. ALASANNYA SEDERHANA. SITUASI KITA DEWASA INI MEMANG PENUH KEBINGUNGAN (MUDAH2AN SEMUA SADAR)

>so... kalo gua sendiri sih masih bingung... apakah perlu untuk memilih

>Presiden dari pengikut Kristus ?? itu udah gua pikirin dari sekitar 2 minggu yg lalu (inget gak Yov? waktu itu di mobil tiba2 gua ngomongin ttg ini khan ??) dan tiba2 sekarang ada email ttg ini.

>

>kebetulan aja kali yeee...

>dan koran Kompas hari ini, gambar paling depan ada Paus Yohanes Paulus

>II. salah satu yg bikin gua mikir adalah... apa perlu yah membuat

>Indonesia menjadi salah satu "KERAJAAN ALLAH DI MUKA BUMI" kalo

>ternyata kita udah punya "KERAJAAN ALLAH YG BERPUSAT DI ROMA" (dan

>pengaruh kerajaan yg satu ini memang besar, baca aja di Kompas tgl 21

>Feb'03 ini).

JAWABAN SAYA: NGGAK PERLU. TOH KALAU DULU YESUS BERKEINGINAN TERJUN KE DUNIA POLITIK, MAKA CARA MATI DI SALIB BISA DIGANTI DENGAN MENJADI TOKOH POLITIK YANG DISEGANI. TAPI SAYANG DIA TERLALU AGUNG UNTUK KEINGINAN DUNIAWI SEPERTI ITU. BUKTINYA, DIA TIDAK PERNAH MEMPROKALMIRKAN PARTAI POLITIK YESUS KRISTUS. ARTINYA, COBALAH MENYELAM LEBIH JAUH (DENGAN AKAL) TENTANG KARYA BESAR ALLAH MELALUI YESUS. MAKA HASILNYA ADALAH ..... KAMU AKAN TAU SENDIRI BETAPA INDAHNYA MENGAGUMI YESUS.

>yah... semua pilihan masing2 deh :)

>tp emang kalo kita pilih dia, dia pasti menang seeh...

>keren juga kali yah... kalo gambar Yesus menggeser gambar nyi roro

>kidul di istana presiden...

KEREN MEMANG. TAPI APA ITU BISA MEMBUAT INDONESIA TERBEBAS DARI JERATAN IMF?? BANK DUNIA?? GAMBAR YESUS TIDAK AKAN BISA MENGUBAH KONDISI 'MELARAT' BANGSA KITA. DIA HANYA BISA JADI INSPIRASI, AGAR KITA MAU BERBUAT LEBIH DARI SEKEDAR MEMAKAI TOPENG MARTIR. INGAT, TIDAK AKAN ADA PERUBAHAN TANPA PEMBENAHAN. JADI......???? MARI BERBENAH

 

ARMIN MALANG

Goyang Inul dan Goyang Pejabat


Oleh Musa Asy'arie

PRO-kontra terhadap goyang Inul seperti pro-kontra kepergian Wakil
Presiden Hamzah Haz ke Tanah Suci dengan rombongan besar, 107 orang.
Goyang Inul dianggap mengusik etika "agama" karena terkesan
berlebihan mengeksploitasi liuk-lekuk tubuh. Sementara kepergian
Hamzah Haz dianggap mengusik etika sosial karena di tengah kesulitan
ekonomi rakyatnya dan masih banyaknya musibah bencana alam,
kepergiannya untuk ibadah haji yang kesekian kali dengan membawa
rombongan yang besar terasa berlebih-lebihan.

Goyang Inul yang seksi, mungkin meresahkan sebagian masyarakat
beragama, tetapi pejabat dan anggota DPR yang berombongan pergi haji
memanfaatkan goyang kursi kekuasaan, jelas-jelas berdampak pada
terganggunya kepentingan masyarakat, apalagi kalau sampai pengesahan
beberapa RUU tertunda karena sidang tidak memenuhi kuorum.

Goyang Inul mungkin lebih bisa dimaklumi dan sah-sah saja di pentas
hiburan musik dangdut yang hingar-bingar berjoget, tetapi bagaimana
dengan pejabat tinggi yang berombongan beribadah haji kesekian kali
untuk menjalankan perintah Tuhan, padahal yang diwajibkan hanya
sekali, akan tetapi dampaknya dapat merugikan kepentingan masyarakat?

Fenomena sosial Inul

Sejak kecil Inul harus bekerja keras untuk mengubah hidup lebih baik
melalui tarik suaranya. Pendidikannya hanya sampai SMU. Semula, Inul
tidak pernah merencanakan dirinya menapaki karier sebagai penyanyi di
musik dan goyang dangdut, bahkan pernah merasa risih, katanya dalam
wawancara. Tetapi setelah melalui jatuh bangun, rupanya nasib
mengantarnya ke goyang musik dangdut, yang kemudian amat berjasa
mendongkrak nama dan kariernya. Kini, goyang pinggulnya yang bergerak
seperti mesin bor itu dikenal di mana-mana. Kita tidak tahu, apa yang
dibor oleh goyang Inul.

Kalau dilihat, sosok perempuan Inul merupakan fenomena sosial yang
terjadi di mana-mana, bahkan di tiap pasar malam yang diadakan di
kota-kota-kecil maupun besar-yang mementaskan musik dangdut, termasuk
di pasar malam sekatenan di Yogyakarta. Para penyanyi pemula di musik
dangdut, umumnya merangkak dari bawah, dari panggung ke panggung, ada
yang bergoyang mengeksploitasi kemampuan liuk-lekuk tubuhnya guna
menutupi kekurangan kualitas suara. Dari sekian banyak orang itu,
tidak semuanya berhasil, bahkan hanya sebagian kecil, di antaranya
Inul itu.

Berbagai komentar muncul. Dari yang merendahkan nilai artistik, yang
dianggapnya vulgar, tidak bernilai seni, sampai yang merasa senang
dengan goyang ngebor-nya yang menghibur, bahkan jatuhnya fatwa MUI
yang mencekal goyangnya yang dianggap melanggar norma dan kesusilaan,
dan dikhawatirkan berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat luas.
Terlepas setuju atau tidak atas penilaian itu, kita harus menerima
kenyataan, kini mencari pekerjaan di negeri ini amat sulit, tiap
orang harus berjuang keras untuk mendapatkannya sehingga muncul
pernyataan di masyarakat, mencari pekerjaan yang haram saja susah
apalagi yang halal? Ini bukan berarti menghalalkan yang haram, karena
keduanya amat jelas perbedaan dan hukumnya.

Mumpung berkuasa

Dalam situasi politik yang meletakkan kekuasaan sebagai segala-
galanya, seperti terlihat dalam fenomena politik dewasa ini, maka
kenyataan adanya perilaku dan goyang pejabat di kursi kekuasaan yang
memanfaatkan jabatan atau kekuasaannya atau aji mumpung untuk
kepentingan diri sendiri dan kelompoknya, hampir tidak mungkin
dihindarkan. Seperti kentut, susah menunjuk orang dan membuktikannya
meski tercium baunya oleh banyak orang. Jika ada pernyataan, tidak
ada konflik kepentingan dalam jabatan dan kekuasaan seseorang, hanya
retorika politik yang tidak ada faktanya, dan pernyataan itu
dilakukan karena adanya kepentingan. Fenomena rombongan pejabat yang
pergi melakukan ibadah haji ke sekian kali, tidak dapat dilepaskan
dari persoalan kepentingan pribadi yang berdampak dan bersinggungan
dengan jabatan dan kekuasaan yang menyimpan di dalamnya hak-hak
publik.

Kita memerlukan etika jabatan dan kekuasaan untuk terciptanya
pemerintahan yang bersih, kuat, efektif, yang dapat diwujudkan dalam
sistem sosial dan birokrasi kekuasaan yang dapat membuat setiap
penguasa secara sistematik mendapatkan dorongan dan tekanan dari luar
yang kuat, untuk menjauhkan dirinya dari konflik kepentingan,
terutama dalam menjalankan kekuasaannya. Karena itu, perlunya pejabat
dan pemegang kekuasaan dibebaskan dari kepentingan kelompok atau
partai politik tertentu, dan itu hanya mungkin diwujudkan jika ada
peraturan yang tegas mengaturnya secara terperinci sekaligus dengan
memberikan sanksinya.

Selain itu, perlu dibangun sistem politik yang mengatur bahwa partai
politik merupakan manifestasi sebuah ideologi, bukan manifestasi dari
motif-motif yang pragmatik, seperti kepentingan gengsi sosial dan
ekonomi semata-mata. Jika tidak, akan terjadi proses pendangkalan
ideologi politik, dan partai politik hanya akan dipandang sebagai
alat dan pentas mencari mata pencaharian memenuhi kebutuhan hidupnya
belaka, karena dengan menjadi anggota dan aktif di partai politik,
seseorang dapat menjaga keamanan sosialnya, dan menjadi batu loncatan
untuk menjadi pejabat pemerintah atau wakil rakyat di DPR, baik di
pusat maupun di daerah, dengan gaji dan fasilitas yang menggiurkan
banyak orang.

Pendangkalan ideologi politik juga terjadi karena banyak partai
politik lahir karena ambisi politik seseorang. Akibatnya partai
politik itu hidupnya lebih bertumpu pada goyang sosok figurnya, bukan
filsafat ideologi politik yang mendasarinya. Figur yang mempunyai
basis massa yang besar, menjadi modal yang penting untuk memenangkan
jumlah perolehan suara dalam pemilihan umum. Memang ada platform
ideologi partai politik, tetapi yang mengikat sebagian besar
anggotanya ternyata bukan platform ideologinya, tetapi lebih pada
figurnya, masih banyak anggota partai yang tidak menghayati platform
ideologi partai politiknya.

Sedangkan sumpah jabatan yang diberlakukan pada setiap pengangkatan
seorang pejabat atau petinggi negara, pada hakikatnya merupakan
manifestasi kesadaran ideologis pada kepentingan negara, agar
kekuasaan yang dipercayakan padanya tidak jatuh pada kepentingan
pribadi dan golongan yang sempit. Sayang sumpah jabatan itu menjadi
rutin dan kehilangan dimensi sakralitasnya, karena lingkungan
birokrasi dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya sudah
tidak sehat lagi, dan ternyata lebih kuat mempengaruhi perilaku
seseorang daripada kesadarannya pada ideologi negara seperti dalam
sumpah jabatan yang diucapkannya.

Karena itu, goyang Inul terasa lebih jujur dan ekspresif daripada
goyang kursi kekuasaan yang pura-pura tidak jelas arah dan maunya
sehingga lain kata lain perbuatannya. Inul jujur dengan kata-katanya,
ia ngebor untuk mencari popularitas agar mendapatkan penghasilan
lebih besar. Tetapi banyak petinggi negara yang tidak jujur dengan
sumpah jabatan, padahal dengan mengatas namakan Tuhan, dan ternyata
semakin tinggi kekuasaannya semakin besar KKN-nya. Adakah Inul kelak
akan mencalonkan diri menjadi anggota DPR, atau presiden? Siapa tahu,
karena nasib orang tidak bisa diskenario pasti.

Jika Inul dicekal, apakah itu tidak berdampak mematikan sumber
pencaharian hidupnya? Beberapa orang yang menggantungkan hidupnya
pada goyang Inul? Mungkin keluarga atau mereka yang bekerja mengusung
pentasnya di manamana. Jawabannya mungkin, bukankah masih ada
pekerjaan lain yang lebih baik tanpa harus goyang ngebor.

Mungkin benar kata orang, goyang Inul mengusik ketenangan "beragama"
dan dapat menggoyang iman seseorang. Tetapi bukankah iman memerlukan
cobaan dan goyangan syaitan? Tanpa ada syaitan, tidak akan pernah
diketahui kadar iman seseorang. Tuhan pun tidak mencekal syaitan
untuk menguji dan menggoyang iman hamba-hamba-Nya.

Bukankah orang-orang beriman pada dasarnya memerlukan kehadiran
syaitan untuk menguji kedalaman imannya, dan iman yang tidak teruji
sebenarnya akan menjadi iman yang lemah, beku, keras membatu seperti
dalam lemari es. Inul bukan syaitan, dia manusia biasa seperti kita,
selalu ada sisi buruk dan baiknya.


Musa Asy'arie Guru Besar dan Direktur Pascasarjana IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta


 

From: "lizbeth" <lizbeth@cbn.net.id>

SEJARAH SINGKAT Karismatik Katolik

Mengenai Karismatik Katolik dapat anda baca di http://www.karismatik.com Berikut ini saya ambilkan sebagian.

 

SEJARAH SINGKAT

PEMBAHARUAN KARISMATIK KATOLIK

Menurut catatan sejarah, pekerjaan besar Roh Kudus terus berlanjut sejak hari Pentakosta. Beberapa orang kudus secara tegas mengalami bimbingan Roh Kudus, seperti : Santo Antonius dari Mesir sampai kepada zaman Santo Bernardus

Orang-orang kudus lain juga dengan setia terus berkarya dan tekun mendengarkan bimbingan Roh Kudus, seperti : Santo Dominikus, Santo Fransiskus, Santa Clara dari Assisi, Santo Ignasius dari Loyola, Santa Theresia Avila dan Santo Yohanes dari Salib.

Pada abad 20 banyak "gerakan awam" yang terus membangun semangat spiritualitas umat dengan dorongan yang kuat dari Roh Kudus.

Gerakan Pembaruan Karismatik Katolik modern secara besar-besaran muncul khususnya setelah Konsili Vatikan II, yang menciptakan semangat baru yang lebih terbuka di dalam Gereja Katolik. Saat itu, Paus Yohanes XXIII menyusun suatu doa yang dibacakan setiap hari selama konsili berlangsung. Di dalam doa tersebut Bapa Suci menyampaikan permohonannya agar Roh Kudus memperbaharui kehidupan umat Katolik.

Kelompok Karismatik Katolik yang pertama kali tercatat dalam sejarah modern diperkirakan dimulai oleh beberapa siswa Katolik yang mengalami pencurahan Roh di Duquesne (baca : du-kein) di daerah Pittsburgh, Amerika pada tahun 1967, yang terkenal dengan istilah The Duquesne Weekend atau akhir pekan di Duquesne.

Pada tahun 1972, Kardinal Suenens mengalami secara pribadi pembaharuan karismatik ini ketika ia datang ke Amerika. Ia begitu terpesona dengan pengalaman dalam Roh Kudus tersebut, dia ingin agar gereja Katolik dapat tumbuh seperti apa yang terjadi saat Pentakosta ketika Roh Kudus turun atas para rasul.

Kemudian Gerakan Pembaharuan Karismatik Katolik terus berkembang dengan pesat ke seluruh dunia termasuk ke Indonesia.

Menurut catatan sejarah, pada tahun 1970-an muncul berbagai persekutuan doa ekumenik yang dengan cepat banyak memukau umat Katolik. Untuk mendukung mereka, dan dalam kerangka penggembalaan gerejawi, Uskup Agung Jakarta ketika itu, Mgr. Leo Soekoto, SJ mengundang tokoh Pembaharuan Karismatik Katolik untuk menyelenggarakan "Seminar Hidup Baru". Pada bulan Mei tahun 1976, Pastor O'Brien, SJ dan H. Schneider, SJ diminta untuk menyelenggarakan seminar yang bersejarah tersebut di Jakarta. Sejak saat itu, Gerakan Pembaharuan Karismatik Katolik bertumbuh dan berkembang sampai sekarang.

Permulaan di Indonesia :

Pada bulan Mei 1976, Pastor O'Brien Sj dari Bangkok da Pastor H. Schneider Sj dari Manila diundang oleh Bapak Uskup Agung Jakarta Mgr Dr. Leo Sukoto Sj. Mereka memberikan ceramah dan seminar untuk para biarawan dan kaum awam. Sesudah bertekun dalam doa, kira-kira 15 orang telah berhasil mengikuti seminar yang pertama itu dalam bahasa Inggris.

Pada bulan Januari 1977, kelompok doa yang kecil ini mulai dengan seminar dalam bahasa Indonesia yang pertama untuk 150 orang peserta dari seluruh kota Jakarta. Beberapa bulan sebelumnya, seorang Pastor Frasiskan dari dioses Bogor juga telah mulai membentuk suatu kelompok doa, tetapi dia meninggal dalam suatu kecelakaan dan kelompok tersebut juga mati. Juga Pastor Yohanes Indrakusuma O'Carm telah mulai dengan suatu kelompok doa yang kecil di Malang Jawa Timur yang hingga kini tumbuh dan berkembang bersama kelompok yang lain.

Sesudah seminar yang pertama itu, Pastor L. Sugiri Sj menjadi Moderator dari kelompok doa di Jakarta dan minta bantuan dari mereka yang lebih dahulu sudah terjun dalam bidang tersebut untuk menyelenggarakan suatu seminar di parokinya yang besar Mangga Besar, yang terletak di pusat perdagangan ( pada waktu itu mempunyai 6.000 umat katolik dan sekarang lebih 9.000 orang dengan 600 orang katekumin / calon baptis ). Dalam seminar tersebut hadir 300 orang dan mereka dipermandikan dalam Roh.

Hasil dari Seminar tersebut membawa suatu kekuatan yang mengherankan dalam pembaharuan di paroki secara menyeluruh. Umat mulai lebih tertarik dalam kehidupan gerejani, mereka membentuk kelompok kitab suci dalam lingkungannya, datang bersama-sama untuk menghadiri Perayaan Ekaristi, berdoa dan bernyanyi nyanyian Karismatik, mulai berdoa dan saling mendoakan sutu sama lain secara pribadi dan spontan, membentuk hubungan yang lebih baik dengan sesama orang kristen, lebih banyak turut mengambil bagian dalam kegiatan paroki ( 13 wilayah dan masing-masing lingkungannya mempunyai paduan suara sendiri ), berusaha untuk membina kehidupan sosial dan lebih memperhatikan kehidupan anggota lain yang lebih miskin dalam parokinya. Amat banyak buah-buah kebaikan yang dapat dipetik : liturgi yang lebih hidup, lebih bayak panggilan, lebih banyak tenaga suka rela untuk pekerjaan part-timer sebagai rasul, lebih banyak calon baptis / katekumen dan sebagainya.

Juga di bagian lain di Jakarta mereka menyelenggarakan Seminar-seminar dan membentuk kelompok doa dan hal ini memberikan semangat Roh Kudus kepada kelompok di paroki lain. Sampai sekarang di Jakarta terdapat kurang lebih 20 buah kelompok doa yang terdaftar dan beberapa yang belum terdaftar. Yang disebut belakangan ini kebanyakan lebih bersifat oikumene.

Perkembangan di Indonesia hingga saat ini ( 1981) :

Perubahan yang sama juga terjadi di Keuskupan lain : dari Jakarta mereka diundang ke Keuskupan lain untuk memberikan ceramah, seminar, retret dan lain-lain. Juga Wanita Katolik telah mencantumkan Pembaharuan Karismatik Katolik dan Marriage Encounter dalam program mereka. Sekarang pembaharuan sudah diterima di Jawa dalam 5 daerah Keuskupan ( dari 6 daerah Keuskupan yang ada ) dan di pulau-pulau lain di Bali, Sumatera, Kalimantan dan Flores yang berarti sudah diterima dalam 10 daerah Keuskupan dari 34 daerah Keuskupan yang ada di Indonesia. Di Jakarta sendiri kami mempunyai kelompok doa yang terbanyak. Berikutnya menyusul Keuskupan Agung Semarang yang terletak di Jawa Tengah, dengan kurang lebih 18 buah kelompok doa. Kami perkirakan di seluruh Indonesia ada kurang lebih 100 buah kelompok doa dengan peserta mencapai jumlah hampir 5.000 orang.

Retret para Imam :

Pada tahun 1981 telah diselenggarakan untuk pertama kalinya 2 buah retret khusus untuk para imam, yang pertama diberikan oleh Pastor Tom Forrest CSSR dalam bulan Februari 1981 ( dihadiri oleh 35 orang imam ) dan yang satu lagi diberikan oleh Pastor Fio Mascarenhasa Sj dan Pastor Rufus Pereira Pr dari Bombay, India dalam bulan Juni 1981. Diperkirakan ada 100 orang imam yang telah mengikuti seminar "Kehidupan dalam Roh" atau retret karismatik. Sesudah retret para imam yang pertama itu timbul reaksi dari 16 imam Jesuit yang hadir bahwa mereka ingin sekali untuk mengadakan retret semacam itu setiap tahun.

The Duquesne Weekend :

The Duquesne Weekend atau akhir pekan di Duquesne adalah kisah pencurahan Roh yang sangat terkenal, yang terjadi kepada sekelompok mahasiswa Katolik pada tahun 1967. Saat itu sekitar 25 orang mahasiswa Katolik dari Duquesne University bertemu untuk belajar bersama mendalami Kisah Para Rasul ditengah-tengah kejadian-kejadian Pantekosta kontemporer. Mereka mengalami pencurahan Roh yang sangat kuat, dan sejak itulah jutaan umat Katolik di seluruh dunia merasakan hidup mereka berubah secara total dan secara nyata.

Pada suatu malam di hari Sabtu, para mahasiswa sedang merencanakan untuk merayakan ulang tahun salah satu pastor yang turut dalam perjalanan itu. Tapi pertemuan itu agak membosankan dan sepi, jadi salah satu mahasiswa, yaitu Patti Galagher ingin mengajak lebih banyak mahasiswa untuk ikut dalam pesta tersebut.

Dalam upayanya untuk memanggil teman-temannya, dia berhenti di lantai dua sebuah kapel. Berikut inilah kesaksiannya. "Saya saat itu bukan merencanakan untuk berdoa - saya cuma ingin mencari teman-teman dilantai itu untuk turun kepesta yang diadakan dibawah. Tapi saat saya masuk saya merasakan hadirat Tuhan Yesus dan saya berlutut. Saya sungguh dipenuhi rasa takjub. Saya selalu percaya akan berbagai karunia dan bahwa Yesus hadir dalam Sakramen Kudus, akan tetapi saya belum pernah merasakan kekudusanNya seperti yang saya rasakan saat itu. Ketika saya berlutut dihadapanNya, saya merasa bergetar. Saya merasa takut yang luar biasa dan berpikir : Saya harus cepat lari dari sini kalau tidak sesuatu akan terjadi pada saya jika saya tetap berada pada hadirat Tuhan. Saat saya berlutut itulah saya berdoa untuk berserah kepada Tuhan secara total. Saya katakan : Bapa, aku berikan seluruh hidupku dan apapun yang Engkau mau, itulah yang akan aku pilih. Jika itu berarti kesengsaraan dan akupun akan menerimanya. Ajarilah aku untuk mengikuti PutraMu Yesus dan ajarilah aku untuk bisa mengasihi seperti Dia."

Sesaat kemudian Patti Galagher bersujud dengan wajahnya dilantai dihadapan tabernakel. Tidak ada yang menyentuhnya, akan tetapi sepatunya sudah terlepas. Dia dipenuhi kasih Tuhan yang sangat pribadi, kasih yang begitu besar, begitu tanpa pamrih dan begitu penuh sehingga hanya ada satu kata dalam pikirannya : "Tetaplah disini."

Walaupun dia ingin tetap berada di kapel itu, Patti ingin sekali agar teman-temannya yang lain turut merasakan apa yang ia rasakan. Lalu dia bertemu dengan dua orang temannya di depan kapel itu, katanya : "Aku berdoa agar ini semua terjadi kepada kalian".

Lalu di berlari menemui pastor kepala untuk menceritakan apa yang baru saja terjadi. Ketika Patti berjalan pergi, beberapa teman-temannya berkata : "Apa yang terjadi pada dirimu ? Wajahmu berbeda sekali !". Patti kemudian menceritakan apa yang terjadi, kemudian dia memegang tangan teman-temannya itu dan bergegas kembali ke kapel. Lalu dia berdoa : "Tuhan, apapun yang telah Engkau lakukan tadi, lakukanlah kepada mereka !"

Dalam waktu kurang dari setengah jam, 12 teman-temannya berkumpul dan mereka mulai bernyanyi dan berdoa, dari jam 10.00 malam sampai jam 5.00 dini hari, dan sepanjang malam itu Tuhan menyentuh mereka dengan cara yang berbeda-beda. Ada yang tidak berdaya sama sekali dan hanya dapat menangis. Ada yang tertawa dengan suka cita. Ada yang merasakan tangan mereka seperti terbakar. Ada yang merasa tenggorakannya mengeluarkan suara-suara, ada yang merasa lidahnya bergetar.

Patti bersaksi : "Anda harus ingat bahwa saat itu kami semua belum tahu apa yang disebut dengan karunia-karunia Roh Kudus". Baru beberapa minggu kemudian mereka mulai mempelajari apa yang dimaksud dengan karunia-karunia Roh Kudus tersebut. Mereka kemudian menceritakan pengalamannya dengan teman-teman yang lain.

Dalam waktu singkat, 6 kampus lain mulai mengalami hal yang sama dan beberapa tahun kemudian muncullah persekutuan doa dan pertemuan-pertemuan doa di seluruh Amerika.

Leo Jozef Kardinal Suenens (1904-1996) :

Leo Jozef Kardinal Suenens (1904-1996) sesungguhnya adalah sosok yang sangat "tidak ideal" sebagai tokoh gerakan Pembaruan Karimastik Katolik. Sifatnya sangat pendiam dan kaku, dan sering kali tidak menunjukkan emosinya sama sekali. Suaranya yang besar dan tenang dan gayanya yang tidak luwes ternyata tidak membatasi dirinya saat umatnya menyanyi dan menari, bertepuk tangan dan berbahasa Roh.

Lahir di Ixelles pada tanggal 16 Juli, 1904 Kardinal Suenens menyatakan keinginannya pertama kali untuk menjadi seorang Imam kepada Kardinal Mercier yang ternama - yang pada saat itu adalah Uskup di Malines.

Ia mempelajari Filsafat, Teologi dan Hukum Kanon di Gregorian University. Dalam hidupnya Kardinal Suenens melakukan berbagai pembicaraan dengan tokoh-tokoh Katolik di Amerika dan Eropa mengenai gerakan Pembaharuan Karismatik Katolik ini. Dia pula yang menjelaskan mengani hal ini kepada Bapa Suci.

Antara tahun 1974 sampai dengan 1986, Kardinal Suenens menulis enam buku berseri yang berjudul "Maline Documents", yang mana sampai hari ini masih menjadi panduan dalam gerakan Pembaharuan Karismatik Katolik.

Tahun 1975 merupakan tahun yang penting bagi Gereja Katolik. Seorang awam, Veronica O'Brien memberikan dorongan kepada Kardinal Suenens untuk membicarakan mengenai gerakan ini dengan Bapa Suci sebagai bahan untuk kongres di Roma.

Kardinal Suenens sangat meyakinkan dalam presentasinya kepada Bapa Suci sehingga isu mengenai gerakan Pembaharuan Karismatik Katolik disepakati menjadi bahan Kongres saat itu.

Gerakan pembaharuan Karismatik Katolik akhirnya diterima oleh Gereja Katolik dengan dinyatakan oleh Bapa Suci di Basilica gereja Santo Petrus pada hari Minggu Pentakosta tahun 1975.

Kardinal Suenens wafat karena penyakit trombosis pada tanggal 6 Mei 1996 di sebuah rumah sakit di Brussels, Belgia. Pada hari wafatnya di rumah sakit - yang mana dia hanya bermalam satu hari sebelum kematiannya - dia masih aktif.

Pada tahun 1976, Kardinal Suenens, sebagai Uskup dari Malines-Brussels, Belgia, memperoleh Penghargaan John Tepleton ( John Templeton Prize ) untuk terobosannya dalam memulai gerakan Pembaharuan Krismatik Katolik, seperti penghargaan yang diperoleh Mother Teresa pada tahun 1974 sebagai pendiri Misionaris Kasih.

Bahan diambil dari : http://www.karismatik.com

Dibawah ini adalah tulisan seorang temen yang sekarang menjadi ketua AREK KAJ(Arena Refleksi dan Eksekutif Karyawan). Tulisan ini telah dimuat di majalah hidup. Mudah-mudahan banyak tanggapan dari rekan2 soal tulisan dibawah ini yang coba menggambarkan orang muda Katolik saat ini.

 

-Andre B-

 

Membaca Kaum Muda

 

Oleh : AM Lilik Agung (Ketua AREK KAJ)

 

Jakarta, menjelang senja. Terang berganti gelap dan geremis menerjang kota. Ada sekitar dua puluh lima manusia muda. Mereka berkumpul di sebuah tempat yang menjadi gaya hidup anak muda, Starbuck Coffe Plaza Senayan.

Ke dua puluh lima kaum muda itu berasal dari suku, latar belakang budaya, pendidikan dan profesi yang berbeda. Satu yang menyamakan mereka: niat berbagi. Dari Starbuck Coffe mereka merencanakan membagi paket sedekah kepada kaum miskin kota di sepanjang jalan protokol dan rel-rel kereta jakarta

 

Peristiwa biasa yaitu membagi zakat fitrah menjelang Lebaran menjadi luar biasa di tangan mereka. Tanda luar biasa ini dinarasikan sebagai berikut. Pertama, tempat berkumpulnya di Starbuck Coffe yang merupakan representasi gaya hidup global dengan semangat kapitalis kental. Kedua, mereka kaum profesional muda dengan berbagai jabatan dan kekuasaan di kantornya. Terakhir, ketiga , mereka Katolik!

 

Inilah sebuah perubahan perilaku kaum muda masa kini. Stigma serba negatif tentang kaum muda seperti pembuat onar, penikmat dugem-dunia germerlap, pecandu narkoba, pelaku seks bebas menjadi tidak relevan lagi. Kaum muda adalah sekelompok sah pemilik masa depan dengan aneka atribut yang di sandangnya. Kaum muda dengan segala keleluasaan bergaul, jaringan yang dimiliki dan teknologi informasi yang dikuasai telah selangkah lebih maju dibanding dengan sekelompok manusia ‘tua’, apalagi kelompok anak-anak.

 

Dua puluh lima kaum muda seperti digambarkan diatas pada dasarnya mewakili sifat dari kaum muda secara keseluuruhan. Pun demikian untuk konteks Indonesia. Pada kasus Indonesia kaum muda dibesarkan oleh sebuah rezim otoriter bernama Orba. Cita-cita Orba terhadap kaum mudanya kira-kira begini:penurut, pasif, seragam, a-politik, dan loyal kepada penguasa. Sayang penguasa Orba tidak mengantisipasi perubahan zaman dengan driver-nya teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi membuat dunia semakin sempit dan semakin memungkinkan untuk bertukar informasi secara virtual. Akibarnya dipermukaan kaum muda seperti anak penurut dan a-politik, namun di dunia virtual mereka membangun jaringan relawan penguasa.

 

Secara umum perilaku kaum muda dijaman digital global dapat dipetakan sebagai berikut, Pertama, mereka kembali pada nilai-nilai tradisi, agama dan ritual formal. Hal demikian dapat dibuktikan dengan banyaknya tempat-tempat ibadah yang dikunjungi kaum muda. Bahkan spiritualitas baru yang sering disebut new ages justru peminatnya mayoritas adalah kaum muda. Pada sisi lain ketika gaya hidup menjadi global justru semakin mengentalkan kaum muda mempelajari serta membangun tradisi dan budaya lama. Pertunjukan wayang kulit semalam suntuk sepuluh tahun lalu mayoritas menjadi komsumsi orang tua. Tetapi di era kekinian telah berubah arah, kaum mudalah, penikmat utama.

 

Kedua, kota menjadi orientasi hidup dan budaya global sebagai gaya hidup. Tak dapat dipungkiri kota telah memberi berbagai kemudahan sekaligus tantangan bagi warga penghuninya. Sebagai orang yang selalu ingin mencari tantangan dan keinginan untuk berkembang, gemerlap kota menjadi orientasi kaum muda.

 

Ketiga, mengutamakan sukses sekolah dan karier. Dalam banyak penelitian didapat kesimpulan semakin banyak kaum muda yang menunda perkawinan.Mereka lebih memilih untuk mengembangkan karier ataupun bersekolah lagi. Teknologi kedokteran yang semakin canggih semakin memperkuat keinginan kaum muda untuk mengembangkan karier dan menunda perkawinan. Melahirkan di atas usia tiga puluh bahkan mendekati empat puluh bukan barang berbahaya lagi.

 

Keempat, filantropis. Aktivitas dua puluh lima kaum muda seperti tertulis di depan merupakan bukti kepedulian sosial mereka. Lebih menarik lagi ketika mereka melakukan tugas sosial, mereka tidak mempedulikan latar belakang orang-orang yang mau ditolongnya. Bahkan membangun jaringan peduli sosial lintas agama sudah merupakan hal biasa.

 

Kelima, materialistik. Timbul pertanyaan pendek menyangkut perilaku kelima ini, ‘Negatifkah sifat meterialistik itu? Sejak lama kita selalu diajari bahwa materialistik adalah sikap negatif. Materialistik cenderung menghambur-hamburkan uang yang sebenarnya dapat dipergunakan untuk investasi. Padahal pada dasarnya materialistik adalah netral. Artinya, materialistik dapat negatif dapat juga positif. Sisi positif dari sikap materialistik adalah semangat memotivasi diri untuk berprestasi. Pada dasarnya perubahan menuju perbaikan didapat dari orang-orang yang selalu mempunyai semangat berprestasi. Kaum muda memilikinya.

 

Kesalahan fatal terjadi di negri ini dan anehnya selalu berulang. Para penguasa dan pengambil keputusan selalu salah dalam membaca kaum muda. Penguasa selalu menganggap kaum muda sebagai anak culun yang pantas dikasihani. Kaum muda hanya pantas menelan indokrinasi ideologi kekuasaan tanpa diberi ruang untuk mendebat idiologi itu. Kaum muda selalu dijauhkan dari pengambilan keputusan yang sifatnya penting dan berskala besar.

 

Pesimiskah kita menatap masa depan Republik bernama Indonesia? Jawabannya tegas singkat:tidak!. Kita masih punya harapan. Harapan itu terletak pada satu sosok:kaum muda. Mengutip idiom lama yang dikemukakan Mao Zedong:;’Biarkan seribu bunga berkembang menghias bumi.” Ya, kaum muda akan berkembang memberi warna.

----- Original Message -----

From: "ratna yunita"

Subject: Cuplikan di milis mudika lain... tentang profil mudika

> Hallo saudara2,

> sorry nih ikutan nimbrung, mengenai hal mudika memang

> kita sering melihat bahwa potensi mudika tidak di

> optimalkan secara sempurna, hanya sebagai tenaga

> kasar, dan tidak dispersiapkan sebagai tunas gereja

> yang nantinya akan memimpin dan mengembangkan gereja.

>

> MENGAPA DEMIKIAN ???

>

> kalo menurut gw sih..

>

> kalo emang kaum mudanya pada sadar akan potensi alias

> 'nilai lebih' dalam dirinya, seharusnya dia bisa buat

> apa yang dia mau tanpa harus menunggu orang lain yang mengoptimalkan

> 'potensi'nya itu... kenapa sih harus menyalahkan dan menunggu orang

> lain berbuat sesuatu untuk kita...?kebanyakan sih dari.. kitanya yang

> males alias engga tau mau buat apa... seringnya nunggu

> di'komporin' dulu baru semangat, itu juga

> alhamdullilah ketika ada semangat.. e... ada yang

> lebih parah ... setelah dikomporin... masih aja tetep

> adem ayem... ini yang paling repot nihhh... kadang2...

> ada yang berani membuat suatu 'terobosan' atau mungkin

> suatu 'perubahan' e... malah...ditentang, dimentahin

> sama temen2nya sendiri....dengan alasan 'aneh','tidak

> sesuai jiwa kaum muda' dsb, tetapi ketika ditantang

> balik untuk membuat sesuatu yang 'tidak aneh'

> dan'berjiwa kaum muda' e.... malah kabur...

>

> ini menurut gw loh.... (berdasarkan apa yang gw

> alami...) bukan berarti semua kaum muda katolik

> seperti itu lohhhh (mungkin mayoritas...heheeee)

> Beberapa romo pendamping giat2 membangun komunitas

> kaum muda yang handal baik segi iman dan keahlian.

> Tapi sayang sekali, setiap kali mudika mengadakan

> acara yang sifatnya untuk saling mengenal diantara

> kita. Selalu medapatkan halangan baik dari dewan

> paroki, orang tua dan mungkin beberapa pastur,

> walaupun tidak semua romo melarang (red. karena

> desakan umat dan dewan paroki). hal ini menyebabkan

> banyak di daerah kegiatan mudika yang awalnya positif

> menjadi berhenti dan hilang. Kita tidak tahu apakah

> segala kegiatan mudika selalu disorot dan dicurigai

> selalu. Apakah kita menginginkan gereja katolik hanya

> menjadi kenangan dan isi umatnya hanya mereka para

> orang tua ? Haruskan mudika ber-revolusi dan

> memberontak/radikal.

> ya... gw sepakat dengan rm. adi... tapi cuma mau

> nambahin bahwa akan ada konsekuensi yan harus dihadapi

> dari sikap yang disepakati....

>

> SEANDAINYA "YA" BAGAIMANA?

>

> MENURUTKU : ORANG KATOLIK DILAHIRKAN UNTUK MENJADI

> 'PEMBERONTAK" !!! DIA HARUS MEMBERONTAK TERHADAP

> PENJAJAHAN ROH JAHAT DENGAN SEMUA BENTUKNYA

> (KETIDAK-ADILAN, KEKERASAN, KORUPSI, PENINDASAN DLSB).

>

> MENURUTKU : ORANG KATOLIK HARUS "SUBVERSIF" (dari

> subvertere - latin, artinya membengkokkan). DIA HARUS MEMBENGKOKKAN

> HIDUP YANG TELAH DIBENGKOKKAN OLEH KUASA GELAP.

>

> MENURUTKU : ORANG KATOLIK HARUS "RADIKAL" (dari radix

> - latin, artinya akar). DIA TAK BOLEH SUAM-SUAM KUKU

> ATAU PANAS-PANAS TAHI AYAM ! DIA HARUS SETIA PADA

> JESUS KRISTUS SAMPAI AKHIR HAYAT DIKANDUNG BADAN.

>

> Tetapi ketika aku bangun semua "menurutku" itu masih

> sangat jauh, jauh sekali; karena kulihat di Gereja

> masih banyak sikap, perilaku, pandangan yang jauh dari "menurutku"

> (bisa buat sendiri litani kekuarangan dalam Gereja

> Dan aku tak mau menyerah ........................................

> jawsj

 

> Bagaimana pendapat dengan saudara

> sekalian sebagai kaum muda ?

>

> salam sejahtera,

> fendy

>

>

>

>

> Benar sekali teknik untuk menggaet mudika sekarang

> (kalau kita ingin mengajak mereka untuk tidak

> melupakan gereja dan iman) adalah dengan mencampurkan

> untuk "dunia" dan unsur "rohani", mis rekreasi rohani.

>

>

> Aku orangtua, mungkin juga sudah ketinggalan jaman.

> Tetapi menurutku: "mencampurkan unsur rohani dan

> dunia" menimbulkan soal baru. Berapa % yang rohani dan

> berapa % yang duniawi? Misalkan demikian: kapan kita

> akan mengurangi yang ini dan/atau menambah yang itu?

> Contoh Ziarek (ziarah rekreasi), yang sudah sekian

> lama. Normalnya setelah sekian lama unsur 'rohani'nya

> akan bertembah, unsur duniawinya berkurang. Tapi apa

> yang saya lihat (semoga saya salah), unsur ziarahnya

> makin kabur.

> Ziarah itu laku-tapa/matiraga, bagaimana bisa dicampur

> dengan rekreasi yang hura-hura, dugem; karena keduanya berlawanan.

> Tetapi yang terpenting: pola pikir/paradigma/pandangan

> kita yang masih membuat dikotomi antara yang rohani

> dan yang duniawi, apakah masih terus kita pertahankan

> setelah enam belas abad membelenggu Gereja?

>

> jujur aja gw ngga paham dengan 'pola pikir/paradigma/pandangan kita

> yang masih membuat dikotomi antara yang rohani dan yang duniawi',

> emangnya seperti apa sih?

>

> Now or never !!!

>

> Contoh rekreasi dan retret adalah contoh ekstrim yg

> saya ambil untuk melukiskan kondisi mudika kita saat

> ini. Kesimpulan kita memang perlu menarik mudika kita

> dengan cara masuk ke dunianya mereka. Kesukaan mudika

> (bahkan org muda pada umumnya) adalah rekreasi, band,

> dll. nah dalam mengadakan acara kita coba masuk ke

> sini. Mis: rekreasi rohani, rekoleksi, dll, pokoknya

> acara2 yg ngga terlalu serius dahulu (mgkn lama2 baru

> bisa ke acara full rohani).

> Contoh laennya ketika acara yg saya jadikan contoh di

> tulisan saya sebelumnya. Acara tersebut adalah acara Persekutuan Doa

> karismatik. Karena acara ini untuk kaum muda maka acara ini dikemas

> dengan Band lengkap, sound sistem lengkap, dan suasana yg diciptakan

> lebih ke arah fellowship. Namun tetap unsur rohani tidak

> ditinggalkan, seperti lagu pujian, penyembahan, dan

> firman.

>

> Sebaiknya dibedakan antara: pokok dan cara/kemasan.

> jawsj

>

> Mungkin ada ide konkrit yg laen? Mari kita saling

> berbagi pengalaman. Tuhan memberkati.

>

> Jevri

Selamat pagi......

Apakah saudara sudah memuliakan 'TUHAN' hari

ini.Semoga saudara menyempatkan diri untuk datang ke

Gereja. Ini sangat penting untuk perkembangan Iman

saudara dan saya.

Adalah suatu hal yang menarik, kalau setiap hari bisa

datang ke rumah 'Tuhan', itu berlebihan ? Saya kira

tidak. Ada kerinduan yang sangat bagi orang beriman,

untuk terus datang dan datang ke rumah Tuhan. Gereja

memberi sarana untuk itu dengan Misa pagi, mengapa

tidak dimanfaatkan. Males, ah.... dingin, mendingan

tidur, atau aku ada kerjaan, jadi sibuk.... atau

banyak alasan lain yang masuk akal.... saya kira tidak

ada masalah untuk ini... saya hanya sekedar

mengingatkan bahwa Gereja menyediakan sarana untuk

perkembangan iman saudara, demikian juga ruang

pengakuan dosa setiap hari Sabtu-nya. Susah ya... atau

belum terbiasa... saya juga hanya sekedar mengingatkan

Gereja memberikan sarana untuk ini.

Saya ingin mendengar tanggapan saudara mengenai topik

ini. Apa pendapat saudara mengenai 'Kerasulan Awam'?

Saya kira Gereja sudah mempunyai penjelasan yang

memadai tentang hal ini. Saya hanya ingin mendengar

pendapat saudara, sebagai bagian dari komunitas kaum

muda, maksud saya anda mengartikan istilah ini sabagai

apa ?

Oya, baik sekali untuk mengadakan pertemuan, tapi saya

kira bagaimana kalau, mengaktifkan dahulu mailing list

ini, barangkali diantara saudara yang mempunyai ide,

gagasan, atau sharing iman.

Salam sejahtera selalu,

Agung

Bewara

Mungkin ada yang memiliki ide untuk membangun kegiatan bersama.

Hanya perlu diperhatikan bahwa karakteristik anggota milis ini beragam....ada yang masih kuliah..walau sebagian besar sudah bekerja.
Ada yang hobi paduan suara, ada yang aktif di Legio...ada yang jurnalis, ada yang Consultant IT, ada yang consultant Hukum

Ada yang hobi naik gunung, ada yang hobi fotografi, ada yang hobi memasak, dll

Ada yang senang aktifitas sosial politik seperti temen2 di PMKRI dan pemuda Katolik..tapi ada juga yang lebih tertarik kegiatan di seputar altar..seperti menjadi lektor, ikut koor ,legio, pdkk, dll

Ada juga yang tertarik menjadi relawan...dan bergiap di LSM2 dari LSM di dunia perbukuan, lingkungan hidup..dan pendampingan korban kekekaran, dll

Ada yang senang kegiatan retret, meditasi tapi ada juga yang senang pengembangan wacana humaniora dengan diskusi-diskusi...

Ada yang berpikir apa yang saya kerjakan hari ini tapi ada juga yang mempertimbangkan..apa sich yang akan saya lakukan hingga 5 sampai 10 ke depan

Bagaimana kalau keragaman berpikir, minat, profesi, perhatian, ide, gagasan ini menjadi sinergis?

Usulan, pengalaman, mimpi rekan2 sangat diharapkan.

 
Andre B

Shalom,

Kami melihat betapa memprihatinkan keadaan di bangsal anak, mereka terbaring tak berdaya bau amis pesing obat bercampur aduk ... pertama kami masuk mual rasanya setelah melihat tambah merinding.
Dari satu pasien ke pasien, mereka punya permasalahan yang hampir sama mereka sakit dan tidak diperhatikan" ada yang kanker, gagal ginjal, tumor, dll semuanya termasuk penyakit kritis.
Kebanyakan dari mereka ditinggalkan orang tuanya, dikarenakan mereka tidak dapat membayar biaya pengobatan.

Kami melihat bayi, makannya lewat infus, bernapasnya dengan alat bantu pula, tubuhnya seperti boneka mainan, aroma yang kas ... ketika kami menanyakan penyakitnya "kanker darah".
Tidak jauh dari dia, kami menemukan seorang anak yang tergeletak lemas tak berdaya, matanya bening melihat langit-langit ... kami menanyakan 'apa yang kamu lihat?' jawabnya hanya senyum ... kami menanyakan apa yang diderita anak ini, gagal ginjal dan implekasinya menjalar ke gula ... makanya matanya kurang berfungsi.

Saudara/i terkasih, Valentine kali ini kami tidak lagi mengadakan pesta Valentine seperti beberapa waktu lalu ... keadaan sekitar kita yang sangat memperihatinkan perlu uluran tangan kita semua yang masih diberi kesehatan dan kesejahteraan, sumbangsih tidak saja berupa materi tetapi juga doa dan tingkah laku.
Kami telah mengumpulkan dana ala kadarnya, dari penjualan VCD Rohani pada waktu "BAZZAR CHOICE", juga kita jualan parcel Natal 2002, dll. Semua ini adalah partisipasi Choicers dalam berbagi "SEJUTA KASIH SEJUTA CINTA".

Kita masih diberi kesehatan dan makan enak, tetapi mereka makan saja tidak berasa ... apa yang kami dengar dari mereka "mati saja daripada menyusahkan" dengan suara parau dan matanya menatap kosong mereka tak berair mata lagi, sampai begitu putus asanya.

Rencananya kami akan berkunjung 17 Pebruari 2003 dan membawakan mereka buku bacaan, mainnan, makanan ringan, dan keperluan kecil lainnya. Jumlah mereka waktu kami survey RSCM 19 Januari 2003, 72 anak-anak.

Segala sumbangsih dari Saudara/i terkasih seperti baju bekas layak pakai, bacaan, mainnan, makanan ringan, dll. Atau Saudara/i ingin ikut membantu dalam kunjungan tersebut? Tempat sangat-sangat terbatas, karena ruangan bangsal kecil dan sumpek, aroma yang khas, ...

Team survey kami, waktu melaporkan keadaanpun dengan mata berkaca dan terbata-bata ...

kata bijak hari ini:

Keselamatan tidak dapat dibeli dengan harta.
Pergunakanlah berkat yang diterima untuk kebahagiaan yang sejati.
Belajarlah menempatkan diri pada posisi orang lain untuk mengerti mereka.
Bila mau bahagia, layanilah Tuhan. Engkau tidak saja berbahagia tetapi akan berkelimpahan berkatNya.
Jika ingin bertemu Yesus layanilah mereka yang menderita.

Valentine bersama Choice Katedral "SEJUTA KASIH SEJUTA CINTA"

"Persembahan Kasih": (keterangan lebih lanjut)
Vera 134 08129360889
Lucy 137 08129436263 08557888880

MUdika Oh Mudika .........................

Rekan-rekan..milis ini dimulai oktober 2002 dan sekarang telah tergabung sekitar 90 orang yang terdaftar. dan 20 yg bouncing.

 
Mungkin ada yang memiliki ide untuk membangun kegiatan bersama.
 
Hanya perlu diperhatikan bahwa karakteristik anggota milis ini beragam....ada yang masih kuliah..walau sebagian besar sudah bekerja.
Ada yang hobi paduan suara, ada yang aktif di Legio...ada yang jurnalis, ada yang Consultant IT, ada yang consultant Hukum
 
Ada yang hobi naik gunung, ada yang hobi fotografi, ada yang hobi memasak, dll
 
Ada yang senang aktifitas sosial politik seperti temen2 di PMKRI dan pemuda Katolik..tapi ada juga yang lebih tertarik kegiatan di seputar altar..seperti menjadi lektor, ikut koor ,legio, pdkk, dll
 
Ada juga yang tertarik menjadi relawan...dan bergiap di LSM2 dari LSM di dunia perbukuan, lingkungan hidup..dan pendampingan korban kekekaran, dll
 
Ada yang senang kegiatan retret, meditasi tapi ada juga yang senang pengembangan wacana humaniora dengan diskusi-diskusi...
 
Ada yang berpikir apa yang saya kerjakan hari ini tapi ada juga yang mempertimbangkan..apa sich yang akan saya lakukan hingga 5 sampai 10 ke depan
 
Bagaimana kalau keragaman berpikir, minat, profesi, perhatian, ide, gagasan ini menjadi sinergis?
 
Usulan, pengalaman, mimpi rekan2 sangat diharapkan.

Pelatihan Jurnalistik Kaum Muda
Februari – Maret 2003
 
Banyak kejadian pengelola majalah paroki atau komunitas terbatas lainnya harus sakit hati, ketika mendapati majalah, tabloid, buletin, atau bentuk news letter hasil karyanya dicampakkan oleh kalangan pembacanya. Alasannya dari para pembaca sangat klasik menyangkut materi dan penyajian tulisan-tulisannya dinilai hanya itu-itu saja dan tidak menarik.
Dampak lebih lanjut bagi para awak pengelolanya dapat sangat serius, setidaknya mereka menjadi tidak bersemangat lagi menggarap untuk terbitan-terbitan berikutnya. Lebih parah lagi para relawan penyumbang naskah setiap deadline penerbitan juga tidak kunjung datang. Itulah cermin transparan penyebab kolapsnya beberapa pengelolaan media yang terjadi di sebagian besar komunitas paroki, khususnya yang ada di Jakarta.
Melalui pelatihan jurnalistik yang singkat ini, pihak penyelenggara berharap dapat membantu mengurai simpul utama penyebab mandeknya media-media komunitas yang ada di Keuskupan Agung Jakarta ini, yakni profesionalitas para awaknya.
Para peserta usai pelatihan ini diharapkan mempunyai semangat baru untuk mengumpulkan kekuatan-kekuatan yang ada dan segera merintis media di paroki atau komunitasnya masing-masing. Sementara bagi mereka yang medianya sudah ada, melalui pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan bobot materi dan daya tarik kemasan untuk media miliknya.
Kegiatan pelatihan berlangsung selama 7 kali pertemuan atau dua bulan lebih dengan jadwal pertemuan setiap hari sabtu selama bulan Februari dan Maret. Para narasumber dan fasilitator adalah para wartawan berpengalaman.
 
Tujuan:
-Pelatihan memberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang dasar-dasar jurnalistik.
-Pelatihan memberikan ketrampilan pengelolaan sebuah media komunitas.
-Membangun jaringan antara komunitas gereja, dunia kerja, dengan pencari kerja, serta jaringan saling menguntungkan lainnya.
-Membangun kerjasama antar komunitas gereja dalam mengembangkan media cetak atau online.
 
Workshop selama 7 kali pertemuan, akan mengajak Anda dalam:
·Menguasai Teknik Reportase
·Menulis Berita & Feature
·Mengelola Media Cetak & Cyber
·Menambah wawasan antar kaum muda Keuskupan Agung Jakarta
 
Tempat: Gedung Paroki St. Yohanes Penginjil,
               Jl. Melawai Raya, Blok B Jakarta Selatan
 
Setiap Sabtu, 8 Februari sampai 22 Maret 2003
 
Hubungi: Henny 0815-885-7725, Oscar 0815-889-5487
                Patsy 0816-138-3184, Andre 0818-77-3545
                Bpk Paulus, Sekretariat Paroki Blok B di 7220763
                e-mail: intermuda@yahoo.com

 

 

Ada Tanggepan tentang site/page ini tlg hubungi ekp7@indo.net.id   or cp( 08122030147)by ekop.



 

Milis Mudika-Bandung: ===================================================

Berlangganan : Mudika-Bandung-subscribe@yahoogroups.com.

Berhenti : Mudika-Bandung-unsubscribe@yahoogroups.com

Website : http://bandung.mudika.com

======================================================================


Allah tidak akan bertanya berapa banyak buku yang telah kita baca; berapa banyak mukjizat yang telah kita lakukan; Dia akan bertanya,;Apakah kita sudah melakukan sesuatu yang kongkrit demi cinta kita kepada Allah. (Ibu Teresa)
 

Community Center

http://www.mudika.com

News

http://www.mudika.com/news