Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
garuda.gif (3492 bytes) Jaksa Agung Andi Muhammad Galib dalam kunjungannya ke Surabaya Jumat (7 Agt 1998) menyatakan, perkosaan massal yang terjadi 13-14 Mei lalu, terlalu dibesar-besarkan oleh LSM, karena bukti-buktinya sampai sekarang tidak ada.
   

 

kosong.gif (814 bytes)

Mei-lan Memperkosa
Oleh: S Sinansari ecip

 

Mei-lan sedang duduk termangu. Hatinya kelu. Dia terus-menerus menangis, tapi air matanya tidak keluar, sudah habis. Apalagi yang harus ditumpahkan?

Semula dia sangat percaya pada kisah-kisah perkosaan yang dimuat surat kabar. Sumbernya internet. Itu terjadi karena dia sangat emosional menghadapi trauma kerusuhan 14 Mei.

Semula Mei-lan berhitung seperti membukukan uang. Ikut arisan di kampung. Upah bajaj selalu dilebihinya. Jika ada tetangga yang sakit atau meninggal atau pesta selalu didatangi dan diberinya bantuan. Kesemuanya itu masuk dalam pembukuan debet. Sorot mata mengejek di pasar dan semacamnya masuk pembukuan kredit. Saldo debet Mei selalu diperhitungkan lebih.

Setelah itu, Mei-lan melangkah lebih rasional. Meratap terus-menerus adalah sebuah penyakit, tidak hanya bagi orang per orang seperti dirinya tapi juga untuk semua orang keturunan. Karenanya, dia ingin menggeledah apa sebenarnya yang telah terjadi.

Terus terang, kalangan keturunan terlalu eksklusif. Semangat pembaurannya sangat kurang. Kalangan laki-lakinya bebas kawin-mawin dengan perempuan pribumi, tapi kalangan perempuannya tidak boleh dikawini oleh laki-laki pribumi. Ini kurang adil. Alasan warga keturunan, turunan darah akan hilang bila perempuan keturunan dikawinkan dengan laki-laki pribumi. Soalnya, garis keturunan darah selalu dihitung atau dilihat dari sudut garis laki-laki.

Selain itu, karena bidang-bidang lain agak tertutup, maka kalangan keturunan habis-habisan bekerja di sektor ekonomi hingga berhasil. Sogok-menyogok adalah bagian kolusi dan korupsi di bidang ekonomi yang menarik. Sedihnya, para penyogok Melayu hanya menyogok sedikit dengan bangga bercerita ke mana-mana. Itu tidak terjadi pada penyogok keturunan. Mereka suka royal dalam memberi sogokannya dan cukup rapi menyimpan rahasia sogokan. Pejabat negara suka penyogok jenis yang belakangan.

Kalangan pribumi kurang rajin, baik di bidang pekerjaan maupun di sekolah. Karena, jumlahnya yang sangat banyak, kalangan pribumi lebih mudah terlihat rendahnya, termasuk dalam kepemilikan hartanya. Keadaan ini diperparah oleh para penyogok keturunan yang menikmati hasilnya secara berlebihan di depan hidung pribumi.

Tiba-tiba datang Pek-hong menemui Mei-lan. Sudah beberapa tahun Mei tidak bertemu temannya asal Medan ini. Wajahnya penuh heran.

''Ngapain kamu tiba-tiba nongol?'' tanya Mei.

Temannya lebih heran lagi. Dahinya berkerut-kerut. ''Kamu baik-baik?'' tanyanya.

''Seperti kamu lihat,'' jawab Mei.

''Sungguh kamu baik-baik saja?'' desak Pek-hong.

Mei tidak mengerti maksud temannya.

''Maaf,'' kata Pek-hong, ''kamu tidak seperti yang diceritakan internet?''

''Apa maksudmu?''

''Maaf, kamu diperkosa?''

Mei menggelengkan kepala. ''Saya justru memperkosa mereka dengan ketakadilan,'' jawabnya. Pek-hong makin tidak mengerti. 

Sumber: Republika Online, 14 Juli 1998

barstart.gif (370 bytes)