Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!

 

Lembaran Hitam dalam sejarah Islam (2)
 

 

 

 

 

 

 


                               Assalamu'alaikum Wr Wb.

     _________________________________________________________________

 

     LEMBARAN HITAM DALAM SEJARAH ISLAM................................

     Orang-Orang Suci Pilihan Tuhan dan Ulama-Ulama Fanatik..........3)

     Mentalitas Pembuat Kufur dan Wali-Wali Ummat....................

     Abad kedua Hijri...........

     _________________________________________________________________

 

 

     Keadaan  ini  berlanjut  terus sampai abad kedua  Hijri.  Beberapa

     contoh berikut ini membuktikan bahwa mentalitas pembuat kufur  ini

     juga diwarisi oleh ulama-ulama sesudah itu.

 

     Siapa  diantara  kita yang tidak kenal dengan  Al-Junaid,  seorang

     sufi  terkemuka dari Baghdad yang wafat pada 207 H. Beliau  diakui

     oleh  umum  sebagai seorang wali besar dizamannya. Pada  sisa-sisa

     terakhir  dari umurnya ia harus juga menghadapi cobaan-cobaan  dan

     tuduhan  dari  pada  ulama-ulama  yang  fanatik.  Disebutkan  juga

     "bukti-bukti"  yang  telah disodorkan kepada  Junaid  berkali-kali

     tentang  kemurtadannya" (Al-Yawaqqit wal Jawahir , jild I hal  14,

     edisi  Mesir.....dikutip oleh Maulana Dost Muhmmad).  Namun  fatwa

     murtad  ini  sedikitpun tak menggoyahkannya dari kedudukannya  dan

     ia  meninggal  tanpa bergeser sedikitpun dari  keyakinan  yang  ia

     pegang sepanjang hidupnya.

 

     Berikut  ini  kami  nukilkan kisah yang  dialamai  oleh  Imam  Abu

     Hanifah  (lahir  80H dan wafat 150 H), seorang seorang  ahli  fikh

     terkemuka, pendiri Mazhab Hanafi yang pengikutnya mayoritas  besar

     dalam  ummat Islam, sekaligus menunjukkan betapa tingginya  posisi

     ia  duduki  dintara  kaum Muslimin. Ketika  mengutip  "  Majalisul

     Mu'minin  ",  Maulana  Abdul  Kalam Azad  ,  menulis:  "Surat  ini

     kebetulan  jatuh  ketangan Mansur Waniqi,  yang  mengakibatkan  ia

     menentangnya  (Imam  itu).  Ia memberikan  siksaan  yang  demikian

     berat  atasnya  sehingga menyebabkan kematiannya.  Rakyat  menjadi

     gempar  dan  melihat hal itu dengan perasaan ngeri, ketika  mereka

     membaca  dan  mendengar  perlakuan keji  yang  dikenakan  terhadap

     pemuja  setia  dari keluarga Rasulullah SAW itu. Qadhi  Nur  Ullah

     Shustari  mengatakan : "Syah Ismail memerintahkan agar  makam  Abu

     Hanifah   di   Kufa  itu  digali  kembali  dan  tulang-belulangnya

     dikeluarkan  selanjutnya  dibakar. Kemudian  beliau  memerintahkan

     agar  seekor  anjing dikuburkan pada bekas kuburan itu,  dan  pada

     tempat itu didirikan WC umum untuk kota Baghdad".

 

     Maulvi  Abu-ul-  Qasim  dari Benares India, telah  menulis  sebuah

     buku  berjudul  "Penelitian  Ulang  atas  Abu  Hanifah".  Beberapa

     intisari  buku  itu  telah dimasukkan dalam  Abatil  -i-Wahhabiya,

     yang  beberapa diantaranya ,berikut ini dikutipkan  oleh   Maulana

     Dost Muhammad Syahid untuk kita.

 

     a.  Abu  Hanifah  telah menegakkan kembali pemujaan  berhala  yang

     karenanya  ia  menjadi  seorang yang  murtad,  telah  keluar  dari

     Islam.

 

     b.   Abu  Hanifah  adalah  seorang  Murji'ah  dan  seorang  murtad

     Johniyah,  dan kaum Murji'ah itu berada diluar Islam  .  karenanya

     seluruh pengikut Hanafi juga berada diluar Islam.

 

     c. Abu Hanifah adalah "Terompet Syetan".

 

     d. Abu Hanifah menentang Al-Qur'an .

 

     e.  Abu  Hanifah  seorang pemberontak dan  ia  mati  juga  sebagai

     pemberontak.

 

     f.   Tanggal  kematian  Abu  Hanifah menurut  perhitungan  "Abjad"

     adalah "SAG" yang bermakna anjing.

 

     g.  Tidak  ada  orang yang lebih hina dan sial didalam  Islam  ini

     selain  dari Abu Hanifah (halaman 17 dari Penelitian Ulangan  atas

     Abu Hanifah).

 

     Menurut    Maulana   Shibli   Nomaani   ,   Imam    Abu    Hanifah

     (allahummaghfirlahu)   telah   dilemparkan   dalam   penjara   dan

     diberikan  racun disitu. Ketika ia sadar bahwa ia  telah  diracuni

     dan  merasa  racun  itu  telah bekerja  dalam  tubuhnya,  maka  ia

     besujud  mencium  bumi  dan  wafat dalam  posisi  tadi  (Sirat  al

     No'mani,  oleh Shilbi , hal 63 dan Tarikh ul Khulafa hal 141,  dan

     Tathir  ul  Auliya oleh Mir Mudathar Shah Gilani,  hal  13-14.....

     semuanya dikutip oleh Maulana Dost Muhammad Syahid).

 

     Dalam salah satu suratnya Nawab Muhsin-ul-Mulk menulis: "Apa  yang

     diperbuat   orang-orang  fanatik  terhadap  Abu   Hanifah   adalah

     demikian  memalukan  sehingga orang akan  merasa  malu  dan  tidak

     sanggup  menuliskannya diatas kertas. Beberapa  orang  menyebutnya

     bodoh  ,  sebahagian  lagi  menyebutnya  sebagai  seorang  pembuat

     bid'ah  dan  ada beberapa orang yang menganggapnya  sebagi  murtad

     (Mingguan  Lahore, Juli 1974, hal 10.....dikutip dan diterjemahkan

     dari Majalah Sinar Islam nomor 1 tahun 1981).

 

     Imam  Malik  bin  Anas (lahir 93 H, wafat 179 H)  masih  merupakan

     contoh  dari  wali-wali  dan orang pilihan  Tuhan  yang  merupakan

     korban  juga  oleh  fatwa-fatwa dari ulama-ulama  fanatik.  Beliau

     adalah   seorang   wali  dan  seorang  cendikiawan   yang   sangat

     termasyhur  dan  sangat  cinta  pada  Rasulullah  SAW.  Di   dalam

     zamannya  tidak  terdapat  orang  lain  yang  menyamainya  tentang

     kesalehan  dan ,kesetiaannya mengikuti sunnah Rasulullah  SAW.  Ia

     adalah  penulis dari "Mu'atta"yang dianggap sebagi kumpulan Hadits

     yang  sangat autentik. Jalan pikirannya lebih popular  di  Spanyol

     dan negara-negara Afrika Timur.

 

     Didalam   riwayat  hidupnya  disebut  kan  bahwa   ketika   Ja'far

     berangkat  ke  Madinah  ia  telah memaksa orang-orang  mengucapkan

     sumpah  setia kepadanya. Ia memanggil Imam Malik dan memerintahkan

     agar  memberikan pandangan secaara terbuka mengenai sahnya  "cerai

     paksa".  Tetapi  Imam Malik bukanlah seorang  yang  dapat  dibujuk

     atau  dipaksa  melakukan  suatu yang  bertentangan  dengan  ajaran

     hakiki  dari  pada  Al-Qur'an  dan terus  mengajarkan   kebenaran.

     Karena  itu  Ja'far  menjadi  naik pitam  dan  menyuruhnya  dibawa

     kepengadilan  seperti  penjahat  biasa,  pakaiannya   dibuka   dan

     punggungnya dicambuki hingga lekang bahunya. Punggungnya tersobek-

     sobek  dan kedua tangannya secara paksa telah dirusak. Belum  puas

     dengan  perlakuan ini, penguasa zalim itu memerintahkan ia  diarak

     keliling  kota  diatas seekor unta. Seraya duduk  diatas  punggung

     unta   tadi  sang  Imam  berseru  kepada  khalayak  yang  menonton

     dipinggir  jalan sambil mengatakan: "Wahai orang-orang yang  telah

     mengenalku dengan baik, pahamilah pandanganku. Tetapi mereka  yang

     tidak  mengenalku dengarlah: Aku adalah Malik anak  Anas  dan  aku

     benar-benar  menyatakan  bahwa  cerai  paksa  tidaklah   sah   dan

     bertentangan dengan hukum !"

 

     Selanjutnya  Imam  itu  menuju masjid suci Rasulullah  SAW  dengan

     pakaian   berlumuran  darah  dan  mendirikan  shalat  dua  rakaat.

     Kemudian  ia  berpaling   kepada orang yang  hadir  disitu  sambil

     berkata:  'Ketika  Sayyid anak Mussyab juga disiksa  seperti  saya

     ini,  beliau  juga  datang ke mesjid dan  mendirikan  shalat  yang

     sama'".   Siksaan   ini   dilakukan  terhadap   Imam   itu   untuk

     menghinakannya  dimata rakyat . Namun reaksinya adalah  sebaliknya

     .  Orang-orang  pun  mulai menghormatinya. Peristiwa  ini  terjadi

     tahun  147  H.  ( Sirat i Aimma Arba'ah oleh S Rais Ahmad  Jaffari

     hal  293....dari  Maulana  Dost Muhammad  Syahid,  ...  dan  Pokok

     Pegangan  Imam Mazhab oleh TM Hasbi Ash Shiddiqie,  jilid  II  hal

     222 dikutip oleh Nadri Saadudin).

 

     Imam  Syafii  yang nama aslinya adalah Muhammad bin  Idris  (lahir

     150  H  dan  wafat  204  H)  adalah  pendiri  Mazhab  Syafii  yang

     merupakan  Mazahab  yang  banyak  diikuti  oleh  masyarakat  Islam

     dibelahan  bumi  Asia  dan  Indonesia sendri.  Ia  sejajar  dengan

     pendiri  Mazhab  lainnya  dan  merupakan  sarjana  teratas    kaum

     Muslimin  dari  segala zaman. Pengetahuannya  tentang  Hadits  dan

     Hukum  Islam  sangat istimewa dan karyanya Kitab  ul  Ulum  benar-

     benar  unik.  Untuk waktu yang cukup lama dasar agama pemerintahan

     Mesir adalah konsepsi dan hasil interpretasi dari pemikirannya.

 

     Imam  Syafii mengikuti garis-garis yang ditempuh oleh  Ibnu  Abbas

     seorang  sahabi Rasulullah SAW , juru tafsir terkemuka  dizamannya

     yang  juga  tidak  luput  dari  tuduhan  murtad  dari  ulama-ulama

     fanatik  yang  tidak  sependapat  dengan  jalan  pikirannya.  Imam

     Syafii  juga memperhatikan ilmu-ilmu Al-Qur'an sebagaimana  dahulu

     Ibnu  Abbas  memperhatikannya dizaman Rasulullah  SAW.   Dia  juga

     mencurahkan perhatiannya kepada sya'ir dan sastera sebagimana  dia

     juga  mencurahkan  perhatiannya kepada  fikh.  Majlisnya  dihadiri

     pelajar-pelajar  yang  mempelajari  Al-Quran  ,  yang  mempelajari

     Hadits,  yang  mempelajari fikh  dan yang juga  mempelajari  syair

     dan sastera.

 

     Karena  kebodohan dan kefanatikan para ulama yang menetangnya,  ia

     juga   terpaksa  menghadapi  tuduhan-tuduhan  yang   berat   serta

     menghinakan.  Tetapi ia selalu tabah dan teguh dalam  pendiriannya

     dan  satu  incipun  tidak bergeser dari apa yang  yang  ia  yakini

     benar.  Dengan  wajah  yang selalu tersenyum ia  menghadapi  semua

     cobaan  dan  penghinaan  itu.  Ketabahan  dan  keteguhannya  dalam

     pendirian  diakui  oleh kawan dan lawannya baik sezamannya  maupun

     generasi dibelakangnya.

 

     Diriwayatkan  para  ulama yang fanatik menyebutnya  "bahkan  lebih

     berbahaya  dari  iblis"  .  Ia cenderung beraliran  Syi'ah  karena

     menaruh  penghormatan yang luar biasa kepada Syahida Imam  Hussein

     dan  Ahlul- Bait Rasulullah SAW. Dan atas tuduhan suatu  kejahatan

     ia  dijebloskan dalam penjara dizaman kekuasaan Dinasti  Abbasiah.

     Diketika  itu  Yaman di kuasai oleh Gubernur yang zalim  dan  Imam

     Syafii  yang  ketika itu juga sebagai petugas  negara  yang  jujur

     mengkritik pemerintahan yang tidak jujur itu. Karena itu  Gubernur

     membuat  fitnah  terhadap  Imam  Syafii  kepada  Khalifah   dengan

     mengatakan  bahwa  Imam  Syafii adalah pengikut  Syi'ah.  Gubernur

     juga  menuduh  Imam Syafii bersekongkol dengan dengan  pemberontak

     untuk menggulingkan pemerintah.

 

     Khalifah-khalifah Abbasiah yang selamanya sangat waspada  terhadap

     keturunan  Ali  begitu  saja  menerima  pengaduan  Gubernur   ini,

     langsung  menanggapi pengaduan Gubernur Yaman  ini.  Khalifah  Ar-

     Rasyid  yang  berkuasa  ketika itu langsung  merintahkan  Gubernur

     Yaman  menangkap  Imam Syafii berikut sembilan orang  lainnya  dan

     mendatangkannya ke Baghdad.

 

     Perjalanan  dari  Yaman ke Baghdad sungguh sangat memalukan,  yang

     mengakibatkan  penderitaan hebat bagi Imam  Syafii  yang  disegani

     itu.  Dengan  memperalat ulama-ulama yang memperkuda rakyat-rakyat

     yang  bodoh  disepanjang  jalan menuju Baghdad  itu  beliau  telah

     dijadikan  tontonan dan sasaran ejekan, kata-kata pedas  dan  caci

     maki.  Ketika  sepanjang  jalan yang  jauh  itu  gerombolan  orang

     banyak  dengan pimpinan ulama-ulamanya mencemoohkan nya dan  hamba

     pilihan  Tuhan  ini tenang berjalan sambil mendengarkannya  dengan

     diam.  (Harba-i-Tafkir, hal 23,  9 April 1933 dikutip oleh Maulana

     Dost Muhammad Syahid )

 

     Dengan   karunia  Allah  jua  yang  tidak  membiarkan  hamba-hamba

     pilihannya  jadi mangsa ketidak adilan Imam Syafii  terlepas  dari

     tuduhan  yang dilimpahkan kepadanya. Muhammad Ibnu Al Hassan  yang

     pada  masa  itu  menjadi Hakim Besar di Baghdad  terpikat  hatinya

     untuk  membantu  Imam Syafii dan berusaha sangat untuk  melepaskan

     beliau  dari  tuduhan-tuduhan  tsb. Maka  dengan  kesaksian  Hakim

     Besar  itu   Imam Syafii terlepas dari hukumam pancung leher  yang

     dituntutkan kepadanya.(Pokok-Pokok Pegangan Imam Mazhab, TM  Hasbi

     Ash Siddiqie, jilid II hal 236, dikutip oleh Nadri Saadudin).

 

     Insya  Allah  kita lihat apa pula yang terjadi  diabad  ke  tiga

     Hijri..........

 

 

     ........ bersambung.

 

 

 

     Wassalam,