Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!

ALLAH-TUHAN BULAN
Diterjemahkan dari situs berbahasa Inggeris  
Copy of the original text in English by Dr. Robert Morey



Your SOUND system should be 'ON'

Arkeologi Timur Tengah

Agama Islam mempunyai fokus penyembahan terhadap satu tuhan yang bernama "Allah". Muslim menyatakan bahwa Allah dalam masa pra-Islam adalah nama Bible dari Tuhan para nenek-moyang, nabi-nabi dan rasul-rasul.

Permasalahannya adalah tentang adanya suatu kesinambungan.
Apakah benar "Allah" adalah Tuhan dalam Bible atau satu tuhan dari kepercayaan di Arab pada masa sebelum Islam?
Pernyataan Islam bahwa ada kesinambungan ini sangat penting bagi mereka, karena kesinambungan ini menjadi dasar meyakinkan orang-orang Yahudi dan Kristen untuk beralih agama.
Kesinambungan berarti ada kelanjutan wahyu Tuhan di Bible sehingga muncullah agama yang baru berikutnya. Dengan demikian maka para pemeluk agama Yahudi dan Kristen harus beralih ke agama Islam.
Tetapi sebaliknya, bila Allah adalah tuhan kepercayaan berhala masa pra-Islam, maka pernyataan tentang adanya kesinambungan diatas tidak benar.

Pernyataan agama banyak yang kemudian terbukti tidak benar melalui pembuktian ilmu pengetahuan seperti arkeologi. Kita boleh memilih berspekulasi tanpa putus dan akhir mengenai masa lalu, tetapi kita juga dapat memilih untuk pergi menggali mencari bukti-bukti untuk mengetahui mana yang benar.

Tetapi cara kedua inilah merupakan satu-satunya jawaban yang akurat tentang jawaban mengenai asal usulnya Allah. Ternyata dapat dibuktikan oleh bukti fisik yang meyakinkan bahwa Allah adalah nama satu tuhan kepercayaan penyembah berhala. Sebenarnya dia adalah tuhan (dewa)-Bulan yang kawin dengan tuhan-tuhan (dewi-dewi) matahari dan bintang yang juga adalah anaknya.

Para arkeolog telah menemukan kuil-kuil (candi-candi) tuhan-Bulan di seluruh pelosok Timur Tengah. Mulai dari gunung-gunung di Turki sampai di lembah sungai Nil, agama yang paling luas penyebarannya pada jaman kuno itu adalah penyembahan terhadap tuhan-Bulan. Budaya tulis permulaan bangsa Sumeria ternyata mampu memberi peninggalan yang jumlahnya ribuan dalam bentuk tablet tanah liat dan pada tablet itulah mereka menuliskan apa yang menjadi kepercayaan agama mereka.

Sjøberg dan Hall membuktikan bahwa bangsa Sumeria kuno menyembah satu tuhan-Bulan yang namanya bermacam-macam. Nama yang paling populer adalah Nanna, Suen dan Asimbabbar. Lambangnya adalah bintang sabit. Dari artifak-artifak yang banyak ditemukan itu, maka terbukti bahwa agama penyembah tuhan-Bulan ini adalah yang paling dominan di Sumeria.

Penyembahan terhadap tuhan-Bulan ini paling populer di seantero Mesopotamia kuno. Bangsa-bangsa Assyria, Babylonia dan Akkadia mengambil kata Suen kemudian merubahnya menjadi Sin dijadikan sebagai nama pujaan mereka terhadap tuhan-Bulan.

Prof. Potts menyatakan, "Sin adalah satu nama yang berasal dari bangsa Sumeria yang kemudian dipinjam oleh bangsa Semit."

Dalam Syria dan Canna kuno, tuhan-Bulan Sin biasanya dinyatakan sebagai bulan pada waktu berbentuk sabit. Kadangkala bulan penuh (purnama) ditempatkan didalam bulan sabit untuk menggambarkan seluruh masa-masa bulan. Tuhan-matahari adalah isteri Sin dan bintang-bintang adalah anak-anak mereka. Contohnya, Istar adalah salah satu anak perempuan Sin. Upacara pengorbanan kepada tuhan-Bulan dilakukan seperti ditulis didalam naskah Pas Shamra.

Didalam naskah Ugarit, tuhan-Bulan kadangkala disebut Kusuh.

Di Persia dan juga di Mesir tuhan-Bulan digambar pada dinding-dinding dan pada kepala patung-patung. Dia adalah Hakim manusia-manusia dan tuhan-tuhan.

Perjanjian Lama secara konsisten menolak penyembahan terhadap tuhan-Bulan ini. (lihat: Ul. 4:19;17:3; II Raja-raja 21:3,5; 23:5; Yer. 8:2; 19:13; Zef. 1:5, dll.).

Ketika Israel terjerumus dalam penyembahan terhadap berhala-berhala, biasanya mereka melakukan penyembahan terhadap tuhan-Bulan. Terbukti, pada jaman kuno di mana-mana dijumpai lambang bulan sabit tertera pada pada tanda meterai, daftar tuhan-tuhan, periuk, ajimat, tablet tanah liat, silinder, pemberat, anting-anting, kalung, gambar dinding dan sebagainya.
Di Tell-el-Obeid, ditemukan satu patung anak sapi dari tembaga dengan lambang bulan-sabit di dahinya. Patung (berhala) itu berbadan sapi jantan dengan kepala manusia yang berlambang bulan sabit dengan kulit kerang.

Di Ur, Stela Ur-Nammu ada lambang bulan-sabit pada bagian atas daftar tuhan-tuhan karena tuhan-Bulan adalah kepala dari tuhan-tuhan.
Bahkan roti dicetak dengan bentuk bulan-sabit sebagai satu bentuk kesalehan terhadap tuhan-Bulan. Di Ur orang-orang Chaldee sangat patuh kepada tuhan-Bulan, yang kadangkala dipanggil dengan nama Nannar tertera pada tablet-tablet yang dibuat pada masa itu.

Satu kuil tuhan-Bulan telah digali di Ur oleh Sir Leonard Woolley. Dia menemukan berbagai contoh pemujaan kepada tuhan-Bulan di Ur dan sekarang disimpan di the British Museum.
Begitu juga penduduk kuno Harran patuh sekali kepada tuhan-Bulan.

Dalam tahun 1950 satu kuil besar untuk tuhan-Bulan di Hazer, Palestina digali. Dua patung tuhan bulan diketemukan. Masing-masing berbentuk manusia yang duduk diatas tahta dengan satu lambang bulan-sabit didahi mereka. Berdasar naskah-naskah yang diketemukan disana juga, diperoleh keterangan bahwa itu adalah tuhan-Bulan.
Juga diketemukan beberapa patung yang lebih kecil dan dari keterangan di naskah-naskah itu adalah "anak-anak perempuan" tuhan-Bulan.

Bagaimana dengan Arabia?
Seperti yang dinyatakan oleh Prof. Coon,
Muslim terkenal bersikap membenci tradisi penyembahan terhadap tuhan-tuhan (berhala-berhala) yang terpelihara oleh budaya di Arabia itu dan senang memutarbalikkan sejarah pra-Islam agar mereka berhasil menggunakan istilah-istilah yang tidak cocok dengan keadaan sekarang."

Didalam abad sembilan belas, Amaud, Halevy dan Glaser pergi ke Arabia Selatan dan menggali ribuan naskah (inkripsi) Sabean, Minaean, dan Qatabanian yang kemudian diterjemahkan.
Dalam tahun 1940, arkeolog G. Caton Thompson dan Carleton S. Coon memperoleh temuan besar di Arabia.
Selama tahun 1950-an, Wendell Phillips, W.F. Albright, Richard Bower dan beberapa orang lainnya menggali beberapa situs di Qataban, Timna, dan Marib (ibukota kuno ratu Sheba).
Juga di Arabia Utara ditemukan ribuan naskah di dinding dan batuan. Juga diketemukan pahatan ukiran dan mangkuk nasar untuk pemujaan kepada "anak-anak perempuan Allah". Tiga anak Allah, yaitu al-Lat, al-Uzza dan Manat kadangkala dinyatakan bersama-sama dengan Allah tuhan-Bulan dalam bentuk bulan-sabit diatas mereka.

Bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa agama yang paling dominan di Arabia adalah penyembahan terhadap tuhan-Bulan.

Dalam masa Perjanjian Lama, Nabonidus (555-539 SM), raja terakhir Babilonia, membangun Tayma, Arabia, sebagai pusat penyembahan tuhan-Bulan.
Segall menyatakan, "Agama penyembah planet-planet di Arabia Selatan (Saudia Arabia) selalu didominasi oleh tuhan-Bulan dalam segala variasinya."
Banyak mahasiswa-peneliti juga mengenal nama tuhan-Bulan dengan nama "Sin" merupakan bagian dari istilah Arab "Sinai", "padang gurun Sin" , dan lain sebagainya.

Bahkan ketika popularitas tuhan-Bulan surut dimana-mana, bangsa Arab tetap percaya dan yakin kepada tuhan-Bulan, bahwa dia adalah yang terbesar dari semua tuhan-tuhan. Dalam penyembahan mereka terhadap 360 tuhan di Kabah, Mekah, tuhan-Bulan adalah tuhan-kepala.

Mekah sebenarnya dibangun sebagai tempat penyembahan kepada tuhan-Bulan. Oleh karena itu tempat itu adalah tempat yang paling suci bagi para pemuja tuhan-tuhan di Arabia.

Dalam 1944, G. Caton Thompson menyatakan didalam bukunya, The Tombs and Moon Temple of Hureidha, bahwa dia telah menemukan sebuah kuil tuhan-Bulan di Arabia Selatan. Lambang-lambang bulan sabit dan tidak kurang dari dua puluh satu naskah dengan nama Sin telah diketemukan di kuil ini. Satu patung yang mungkin adalah tuhan-Bulan sendiri juga diketemukan. Penemuan ini kemudian juga dikukuhkan oleh para arkelog terkenal. Bukti-bukti menunjukkan bahwa kuil tuhan-Bulan itu masih tetap aktif digunakan pada masa Kristen.

Bukti yang dikumpulkan dari Arabia Selatan dan Arabia Utara menunjukkan bahwa penyembahan terhadap tuhan-Bulan jelas aktif dilakukan pada masa Muhammad dan masih merupakan kepercayaan yang dominan. Menurut beberapa naskah, disamping nama tuhan-Bulan itu adalah Sin, gelarnya adalah "al-ilah" artinya "tuhan (the deity)" karena sebagai kepala (tuhan yang tertinggi) dari bermacam-macam tuhan.

Juga diungkapkan oleh Coon demikian, "Tuhan Il atau Ilah asal mulanya adalah ungkapan kepada Tuhan Bulan."
Tuhan-Bulan dipanggil al-ilah, artinya Tuhan, yang kemudian pada masa sebelum Islam jadi lebih ringkas sebutannya, Allah.

Bangsa Arab pemeluk kepercayaan berhala tersebut bahkan memakai nama Allah didalam nama-nama anak-anak mereka. Contohnya adalah, nama ayah dan paman Muhammad memakai nama Allah sebagai bagian dari nama mereka.

Kenyataan bahwa nama-nama nenek moyang mereka menggunakan nama Allah membuktikan bahwa nama Allah adalah gelar dari tuhan-Bulan pada masa Muhammad.

Prof. Coon selanjutnya menyatakan, "Serupa dengan itu, dalam masa perwalian Muhammad, Ilah yang tidak bernama itu menjadi, Al-Ilah, Tuhan atau Allah, the Supreme Being, Yang Maha Tinggi (Yang Tertinggi)."
Kenyataan ini menjadi jawaban atas pertanyaan,
"Mengapa Allah tidak pernah didefinisikan didalam Quran?"
"Mengapa Muhammad menganggap bahwa bangsa Arab pemeluk kepercayaan berhala itu sudah tahu atau mengenal sekali siapa Allah?"

Muhammad dibesarkan didalam lingkungan yang memeluk agama tuhan-Bulan Allah. Tetapi dia melangkah selangkah lebih maju dari teman-temannya orang Arab yang lain. Kalau teman-temannya percaya kepada tuhan-Bulan Allah adalah tuhan yang tertinggi dari antara tuhan-tuhan, Muhammad memutuskan bahwa Allah tidak hanya tuhan yang terbesar tetapi adalah satu-satunya tuhan.
Ini sesuai dengan perkataannya, "Lihat, kalian telah percaya bahwa Allah adalah tuhan yang tertinggi diantara semua tuhan-tuhan. Saya ingin agar kalian menerima bahwa dia adalah satu-satunya tuhan. Saya tidak meniadakan Allah yang kalian sembah. Saya hanya meniadakan isteri-isterinya dan anak-anak perempuannya beserta tuhan-tuhan yang lain."

Oleh karena inilah maka dapat kita dengar pernyataan kredo pertama Muslim bukan "Allah yang agung (Allah is great)" tetapi Allah yang Maha (Ter/Paling) Agung (Allah the greatest)" jadi artinya adalah "dialah yang terbesar diantara tuhan-tuhan".

Mengapa Muhammad berkata Allah yang terbesar, kalau tidak dalam konteks politheisme? Kata yang dipakai didalam bahasa Arab membedakan antara yang besar dengan yang lebih kecil.

Dalam kenyataannya para pemeluk agama berhala itu dapat menerima Muhammad karena mereka merasa bahwa Muhammad berdoa kepada Allah yang sudah mereka percayai dan bukan yang lain. Maka "Allah" inilah adalah tuhan-Bulan menurut pembuktian arkeologi.

Dengan demikian maka Muhammad dapat melakukan dua maksud.
Pertama, kepada pemeluk berhala dia berkata bahwa dia masih percaya kepada tuhan-Bulan Allah.
Kedua, kepada orang-orang Yahudi dan Kristen, dia berkata bahwa Allah juga adalah Tuhan mereka.
Tetapi orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen lebih tahu tentang itu, sehingga mereka menolak ajarannya itu dan menolak tuhan Allah-nya karena tuhannya itu palsu.
Al-Kindi, salah satu apolog Kristen yang menentang Islam pada jaman permulaan Islam, menunjukkan bahwa Islam dengan tuhan Allah-nya tidak berasal dari Bible tetapi dari kepercayaan berhala bangsa Sabe. Mereka tidak menyembah Tuhan dari Bible tetapi tuhan-Bulan dengan anak-anak perempuannya al-Uzza, al-Lat dan Manat.

Dr. Newman menyimpulkan dari studinya atas debat pertama-tama antara Kristen-Muslim dengan menyatakan,
"Islam sendiri membuktikan dirinya adalah satu agama yang memisahkan diri dan melawan asal-usulnya sebagai agama penyembah berhala."

Peneliti Islam Caesar Farah menyimpulkan "Tidak berdasar sama sekali pendapat yang mengatakan bahwa Allah yang dipercaya Muslim berasal dari orang-orang Kristen dan Yahudi."
Bangsa-bangsa Arab menyembah tuhan-Bulan sebagai satu tuhan yang paling agung. Tetapi ini bukan monotheisme menurut Bible. Bila tuhan-Bulan dikatakan lebih besar dari tuhan-tuhan (dewa-dewa dan dewi-dewi) yang lain maka ini masih merupakan sudut pandang politheisme yang mengakui banyak tuhan-tuhan.

Sekarang jelas bagi kita siapakah tuhan-Bulan dan tidak mungkin meniadakan kenyataan bahwa Allah adalah tuhan pemeluk kepercayaan berhala dalam masa pra-Islam.
Bukankah tidak mengherankan lagi bahwa lambang dari Islam adalah bulan sabit?
Adakah lambang bulan sabit yang terletak di atas menara dan mesjid-mesjid?
Adakah lambang bulan sabit pada bendera-bendera negara Islam?
Apakah bulan puasa kaum muslim dimulai dan diakhiri dengan munculnya bulan sabit dilangit?

KESIMPULAN

Orang-orang yang percaya dengan agama berhala Arab menyembah tuhan-Bulan Allah dengan menghadap ke Mekkah beberapa kali sehari; melakukan kunjungan ibadah ke Mekkah; berlari-lari mengelilingi kuilnya tuhan-Bulan yang disebut Kabah; mencium batu hitam; mengorbankan hewan untuk dipersembahkan kepada tuhan-Bulan; melempari roh jahat dengan batu; berpuasa pada bulan yang diawali dan diakhiri dengan bulan sabit; memberi sedekah kepada orang-orang miskin, dlsb.

Kaum Muslim menyatakan bahwa Allah adalah Tuhan dari Bible dan Islam muncul dari agama para nabi-nabi dan rasul-rasul sudah digugurkan oleh pembuktian arkeologi yang mantap dan meyakinkan.
Islam tidak lebih dari kelanjutan kepercayaan kuno terhadap berhala tuhan-Bulan.
Islam mengambil semua lambang-lambang, ritus-ritus, upacara-upacara, dan bahkan nama tuhan dari kepercayaan kuno agama tuhan-Bulan.

Dengan demikian itu adalah bentuk penyembahan berhala yang harus dihindari bahkan ditolak oleh orang-orang yang mengikuti Torah dan Injil.

The Islamic Invasion
Dr. Robert Morey
Harvest House Publishers, 1992, pp 211-218
http://radiobergen.org/powergame/islam.html

ALLAH -THE MOON GOD
By Dr. Robert Morey

The Archeology of The Middle East

The religion of Islam has as its focus of worship a deity by the name of "Allah." The Muslims claim that Allah in pre-Islamic times was the biblical God of the Patriarchs, prophets, and apostles. The issue is thus one of continuity.

Was "Allah" the biblical God or a pagan god in Arabia during preIslamic times?
The Muslim's claim of continuity is essential to their attempt to convert Jews and Christians for if "Allah" is part of the flow of divine revelation in Scripture, then it is the next step in biblical religion.
Thus we should all become Muslims. But, on the other hand, if Allah was a pre Islamic pagan deity, then its core claim is refuted.

Religious claims often fall before the results of hard sciences such as archeology. We can endlessly speculate about the past or go and dig it up and see what the evidence reveals.
This is the only way to find out the truth concerning the origins of Allah. As we shall see, the hard evidence demonstrates that the god Allah was a pagan deity.

In fact, he was the Moon-god who was married to the sun goddess and the stars were his daughters.

Archeologists have uncovered temples to the Moon-god throughout the Middle East. From the mountains of Turkey to the banks of the Nile, the most widespread religion of the ancient world was the worship of the Moon-god.

In the first literate civilization, the Sumerians have left us thousands of clay tablets in which they described their religious beliefs. As demonstrated by Sjøberg and Hall, the ancient Sumerians worshipped a Moon-god who was called many different names.

The most popular names were Nanna, Suen and Asimbabbar. His symbol was the crescent moon. Given the amount of artifacts concerning the worship of this Moon-god, it is clear that this was the dominant religion in Sumeria.

The cult of the Moon-god was the most popular religion throughout ancient Mesopotamia. The Assyrians, Babylonians, and the Akkadians took the word Suen and transformed it into the word Sin as their favorite name for the Moon-god.

As Prof. Potts pointed out, "Sin is a name essentially Sumerian in origin which had been borrowed by the Semites."

In ancient Syria and Canna, the Moon-god Sin was usually represented by the moon in its crescent phase. At times the full moon was placed inside the crescent moon to emphasize all the phases of the moon. The sun-goddess was the wife of Sin and the stars were their daughters. For example, Istar was a daughter of Sin. Sacrifices to the Moon-god are described in the Pas Shamra texts.

In the Ugaritic texts, the Moon-god was sometimes called Kusuh. In Persia, as well as in Egypt, the Moon-god is depicted on wall murals and on the heads of statues. He was the Judge of men and gods.

The Old Testament constantly rebuked the worship of the Moon-god (see: Deut. 4:19;17:3; II Kngs. 21:3,5; 23:5; Jer. 8:2; 19:13; Zeph. 1:5, etc.) When Israel fell into idolatry, it was usually the cult of the Moon-god. As a matter of fact, everywhere in the ancient world, the symbol of the crescent moon can be found on seal impressions, steles, pottery, amulets, clay tablets, cylinders, weights, earrings, necklaces, wal murals, etc.

In Tell-el-Obeid, a copper calf was found with a crescent moon on its forehead. An idol with the body of a bull and the head of man has a crescent moon inlaid on its forehead with shells.

In Ur, the Stela of Ur-Nammu has the crescent symbol placed at the top of the register of gods because the Moon-god was the head of the gods. Even bread was baked in the form of a crescent as an act of devotion to the Moon-god.

The Ur of the Chaldees was so devoted to the Moon-god that it was sometimes called Nannar in tablets from that time period. A temple of the Moon-god has been excavated in Ur by Sir Leonard Woolley. He dug up many examples of moon worship in Ur and these are displayed in the British Museum to this day.

Harran was likewise noted for its devotion to the Moon-god.

In the 1950's a major temple to the Moon-god was excavated at Hazer in Palestine. Two idols of the moon god were found. Each was a stature of a man sitting upon a throne with a crescent moon carved on his chest . The accompanying inscriptions make it clear that these were idols of the Moon-god. Several smaller statues were also found which were identified by their inscriptions as the "daughters" of the Moon-god.

What about Arabia?

As pointed out by Prof. Coon, "Muslims are notoriously loath to preserve traditions of earlier paganism and like to garble what pre-Islamic history they permit to survive in anachronistic terms."

During the nineteenth century, Amaud, Halevy and Glaser went to Southern Arabia and dug up thousands of Sabean, Minaean, and Qatabanian inscriptions which were subsequently translated.

In the 1940's, the archeologists G. Caton Thompson and Carleton S. Coon made some amazing discoveries in Arabia.

During the 1950's, Wendell Phillips, W.F. Albright, Richard Bower and others excavated sites at Qataban, Timna, and Marib (the ancient capital of Sheba).

Thousands of inscriptions from walls and rocks in Northern Arabia have also been collected. Reliefs and votive bowls used in worship of the "daughters of Allah" have also been discovered. The three daughters, al-Lat, al-Uzza and Manat are sometimes depicted together with Allah the Moon-god represented by a crescent moon above them.

The archeological evidence demonstrates that the dominant religion of Arabia was the cult of the Moon-god.

In Old Testament times, Nabonidus (555-539 BC), the last king of Babylon, built Tayma, Arabia as a center of Moon-god worship.

Segall stated, "South Arabia's stellar religion has always been dominated by the Moon-god in various variations."

Many scholars have also noticed that the Moon-god's name "Sin" is a part of such Arabic words as "Sinai," the "wilderness of Sin," etc.

When the popularity of the Moon-god waned elsewhere, the Arabs remained true to their conviction that the Moon-god was the greatest of all gods. While they worshipped 360 gods at the Kabah in Mecca, the Moon-god was the chief deity. Mecca was in fact built as a shrine for the Moon-god. This is what made it the most sacred site of Arabian paganism.

In 1944, G. Caton Thompson revealed in her book, The Tombs and Moon Temple of Hureidha, that she had uncovered a temple of the Moon-god in southern Arabia. The symbols of the crescent moon and no less than twenty-one inscriptions with the name Sin were found in this temple. An idol which may be the Moon-god himself was also discovered. This was later confirmed by other well-known archeologists.

The evidence reveals that the temple of the Moon-god was active even in the Christian era. Evidence gathered from both North and South Arabia demonstrate that Moon-god worship was clearly active even in Muhammad's day and was still the dominant cult.

According to numerous inscriptions, while the name of the Moon-god was Sin, his title was al-ilah, i.e. "the deity," meaning that he was the chief or high god among the gods.

As Coon pointed out, "The god Il or Ilah was originally a phase of the Moon God."

The Moon-god was called al-ilah, i.e. the god, which was shortened to Allah in pre-Islamic times. The pagan Arabs even used Allah in the names they gave to their children. For example, both Muhammad's father and uncle had Allah as part of their names. The fact that they were given such names by their pagan parents proves that Allah was the title for the Moon-god even in Muhammad's day.

Prof. Coon goes on to say, "Similarly, under Mohammed's tutelage, the relatively anonymous Ilah, became Al-Ilah, The God, or Allah, the Supreme Being."

This fact answers the questions, "Why is Allah never defined in the Qur'an? Why did Muhammad assume that the pagan Arabs already knew who Allah was?"

Muhammad was raised in the religion of the Moon-god Allah. But he went one step further than his fellow pagan Arabs. While they believed that Allah, i.e. the Moon-god, was the greatest of all gods and the supreme deity in a pantheon of deities, Muhammad decided that Allah was not only the greatest god but the only god. In effect he said, "Look, you already believe that the Moon-god Allah is the greatest of all gods. All I want you to do is to accept that the idea that he is the only god. I am not taking away the Allah you already worship. I am only taking away his wife and his daughters and all the other gods."

This is seen from the fact that the first point of the Muslim creed is not, "Allah is great" but "Allah is the greatest," i.e., he is the greatest among the gods.

Why would Muhammad say that Allah is the "greatest" except in a polytheistic context?
The Arabic word is used to contrast the greater from the lesser.
That this is true is seen from the fact that the pagan Arabs never accused Muhammad of preaching a different Allah than the one they already worshipped. This "Allah" was the Moon-god according to the archeological evidence.

Muhammad thus attempted to have it both ways.
To the pagans, he said that he still believed in the Moon-god Allah.
To the Jews and the Christians, he said that Allah was their God too.

But both the Jews and the Christians knew better and that is why they rejected his god Allah as a false god.

Al-Kindi, one of the early Christian apologists against Islam, pointed out that Islam and its god Allah did not come from the Bible but from the paganism of the Sabeans. They did not worship the God of the Bible but the Moon-god and his daughters al-Uzza, al-Lat and Manat. Dr. Newman concludes his study of the early Christian-Muslim debates by stating, "Islam proved itself to be...a separate and antagonistic religion which had sprung up from idolatry."

Islamic scholar Caesar Farah concluded "There is no reason, therefore, to accept the idea that Allah passed to the Muslims from the Christians and Jews."

The Arabs worshipped the Moon-god as a supreme deity. But this was not biblical monotheism. While the Moon-god was greater than all other gods and goddesses, this was still a polytheistic pantheon of deities.

Now that we have the actual idols of the Moon-god, it is no longer possible to avoid the fact that Allah was a pagan god in pre-Islamic times.

Is it any wonder then that the symbol of Islam is the crescent moon?
That a crescent moon sits on top of their mosques and minarets?
That a crescent moon is found on the flags of Islamic nations?
That the Muslims fast during the month which begins and ends with the appearance of the crescent moon in the sky?

CONCLUSION

The pagan Arabs worshipped the Moon-god Allah by praying toward Mecca several times a day; making a pilgrimage to Mecca; running around the temple of the Moon-god called the Kabah; kissing the black stone; killing an animal in sacrifice to the Moon-god; throwing stones at the devil; fasting for the month which begins and ends with the crescent moon; giving alms to the poor, etc.

The Muslim's claim that Allah is the God of the Bible and that Islam arose from the religion of the prophets and apostles is refuted by solid, overwhelming archeological evidence.

Islam is nothing more than a revival of the ancient Moon-god cult. It has taken the symbols, the rites, the ceremonies, and even the name of its god from the ancient pagan religion of the Moon-god.

As such, it is sheer idolatry and must be rejected by all those who follow the Torah and Gospel.

The Islamic Invasion
Dr. Robert Morey
Harvest House Publishers, 1992, pp 211-218