Sajak ke Tigabelas

Mengenang Ayahanda

Terpisah. Kembali jarak memadu resah

Sementara rindu berpacu. Aku pun ragu

Setelah waktu berjalan sudah. Aku lelah

mencari kata tanpa bertemu. Beku

dalam windu demi windu suaramu membakar setiap jengkal dada

tiada kalimat yang dapat merapat. Hati terjerat

Ayahanda

Aku ingin sekali mendekat

Kembali jarak dikuak. Barangkali angin sampirkan pesan

tentang ragu yang terbentang. Barangkali jalan semakin lapang

Semakin lelah. Semakin lelah. Semua menjadi bimbang

dan darah beku menggumpal-gumpal. Semua tinggal impian

Ayahanda

Aku di sini

masih mengurai seribu cerita dan membaca sejuta makna

dalam katamu saat menyisi...

Jakarta, September 1996

Mau Baca Sajak Lainnya?

Pencet di Sini