
Merejang marah di atas tungku sepi
dengan api rindu membakar mimpi
menggelegak kata-kata
dan menguaplah butir-butir cinta
Dalam mata panas menyeduh bayang-bayang
dan nurani menghirup kisah sumbang
Aku mereguk kata-kata
yang tumpah dari gelas malam. Ketika
dendam menyala-nyala sendiri,
aku membasahi tenggorok hari
dengan senyum padam
dan hati yang diam
Kemana raga yang dipanggang sangsi?
Jakarta, 1998
Mau Baca Sajak Lainnya?