Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!

MENYIAPKAN KOLAM GURAMI
Karya Mimbar Seputro

Menyiapkan KOLAM IKAN, saya bingung setengah mampus (maafkan bahasa saya ikutan para ABG), kolam is kolam, end of story. Isi air yang banyak, masukkan ikan, sama halnya seperti memasukkan ikan di akuarium atau bak mandi kita sehari-hari.

Buku saya baca lagi, learning by doing kata orang Inggris. Kolam harus dekat rumah, maksudnya mudah pengawasannya. Terutama sekali itu lho, ngintipin ikan gurame berahi, dengan harapan kita mendapatkan banyak telur yang kemudian menetas menjadi "gonada"- baby gourami. Oooo itu....

Oh masih banyak lagi, selain manusia jahil, banyak musuh ikan yang lain, binatang sejenis lingsang, burung blekok, burung elang, ular, bahkan kodok budug-pun menjadi musuh sang Gurami. Kalau anda menonton filem discover, anda bilang "oh itu hukum alam, mereka musti memangsa binatang lainnya, agar mereka hidup". tapi dalam perikanan its totally different things!. Anda tidak akan membiarkan terjadi, biarlah hukum alam terjadi, tapi jangan disini, di balongku, di tebatku.

Mula-mula kolam dipaculi dan dibentuk pematang-pematang yang berbentuk trapesium. Bentuk trapesium sudah diterima masyarakat luas, maksudnya massa air biasanya lebih menekan dibagian bawah daripada bagian atas. Apalagi dibagian bawah sering longsor, dilubangi oleh belut, lele, kepiting nakal dan bandelnya minta ampuun.

Kemiringan kaki trapesium biasanya 45 derajat, kata Zulkifli Jangkaru, tapi pak Slamet Soeseno bilang lain lagi. Bagian luar boleh tegak lurus, bagian dalam agak landai 1: 1,5 atau 1:1,75

Kolam-kolam kita nantinya akan diisi air sampai 60 cm. Jadi dengan pematang, bibir tegalan maka paling tidak 80-90 cm dianggap cukup ideal. Setelah tanah di cangkuli, biasanya dibiarkan kering sampai retak-retak, biar kalau ada hama pengganggu ikut mati kepanasan. Tapi Kalau ternyata masih ada yang staminanya kuat, dibantu dengan pemberian "cengkaling" sejenis kapur beracun, yang disebarkan disudut dan penjuru kolam. Biasanya belut, udang, kepiting pada kepanasan dan keluar untuk ditangkap para petani dan dibantai seperti layaknya dukun santet.

Kolam kemudian didiisi air, dibiarkan semalaman agar racu-racun "cengkaling" nya luntur kehebatannya lantaran mengendap. Kemudian air dibuang dan kolam dikeringkan sekali lagi. Maka kolam siap dipergunakan.

Air umumnya berlimpah, tetapi mengingat sistem pengairan kita dasarnya dalah gotong royong, maka kerja sama dengan penduduk setempat yang sesama petani harus terjaga. Kapan pembagian air, kapan kita harus menahan diri. Semua tidak tertulis dibuku, tetapi dijalankan secara turun temurun. Peternak harus mau "siskamlong", sistem keamanan pengairan balong, modalnya lampu senter dan sebungkus rokok serta komunikasi.

Kalau air sudah masuk, harus di saring agar supaya ikan gabus, lele, kepiting, kodok budug, udang bisa masuk kedalam kolam kita. Biasanya dipipa pralon para petani memasang saringan (sosok) yang terbuat dari anyaman bambu. Air ditunggu sampai tingginya 60 cm, baru sisanya dialirkan ketempat lain atau ke parit pembuangan.

Secara teori, ikan gurami menyukai air dengan kadar keasaman 6,5 sampai 7.0 dan suhu air 24-28 derajat Celcius.

Di habitatnya, gurami hidup di rawa-rawa, ini bisa dilihat bahwa gerakan Gurami umumnya vertikal. Anggun dan hanya menimbulkan suara haluuuus sekali, kecuali kalau dia terkejut.

 

(Home Page) (Cerita Selanjutnya)