A. Gambaran Umum Pasar Ethiopia.
Pemerintah Ethiopia terus berupaya membangun jaringan infrastruktur di Ethiopia, antara lain dengan perbaikan maupun peningkatan mutu jalan-jalan penting yang menghubungkan berbagai kota dengan ibukota Addis Ababa. Peningkatan mutu jalan juga dilakukan terhadap jalan yang vital bagi perekonomian yang menghubungkan Ethiopia dengan negara-negara lain seperti Djibouti, Somalia, Sudan, dan Kenya.
2. Sebagai negara daratan (land-locked country) yang tidak mempunyai pantai/pelabuhan laut sendiri, maka ketergantungan negara Ethiopia terhadap barang-barang impor sangat tinggi. Barang-barang impor tersebut pada umumnya didatangkan melalui pelabuhan laut di negara terdekat kemudian diangkut melalui jalan darat atau kereta api ke Ethiopia. Untuk barang-barang tertentu didatangkan pula melalui pelabuhan udara internasional (kargo udara) di ibukota Addis Ababa, Ethiopia.
3. Menurut data dari Kementerian Perdagangan dan Industri Ethiopia, rata-rata nilai impor Ethiopia setiap tahunnya (tahun 1991-1997) mencapai US$ 726,9 juta sedangkan rata-rata nilai ekspor Ethiopia setiap tahunnya adalah US$ 355,5 juta. Dengan demikian, rata-rata defisit perdagangan luar negeri Ethiopia mencapai US$ 351,4 juta setiap tahunnya. Untuk tahun 1997/1998, nilai impor Ethiopia mencapai US$ 1,451 juta, sedangkan nilai ekspornya US$ 600 juta. Dengan demikian terdapat defisit perdagangan sebesar US$ 851 juta.
|
|
1993 |
1994 |
1995 |
1996 |
1997 |
1998 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sedangkan kebutuhan impor utama Ethiopia adalah bahan makanan, ternak, minuman, tambakau, minyak mentah, produk minyak, bahan kimia, pupuk, produk farmasi/obat-obatan, sabun, produk karet, kertas/produk kertas, tekstil, pakaian, gelas/glassware, logam/produk logam, mesin-mesin dan pesawat terbang, kendaraan bermotor, barang-barang elektronik serta perlengkapan telekomunikasi.
5. Mitra dagang utama Ethiopia sampai saat ini adalah negara-negara Eropa (Jerman, Inggris, Italia), Asia (Jepang, Korea), Amerika Serikat, Arab Saudi, Yaman, Kenya dan Djibouti. Menurut data ekspor-impor dari Kementerian Perdagangan dan Industri Ethiopia, Ethiopia telah pula memiliki hubungan perdagangan secara intensif dan langsung dengan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, yaitu Malaysia, Singapura dan Thailand.
Mata uang Ethiopia (Birr) juga telah terdepresiasi sebesar 8,5% terhadap mata uang dollar selama setahun terakhir ini. Pada tanggal 1 Januari 1999, kurs mata uang Birr adalah Birr 7,50 untuk US$ 1, sedangkan pada tanggal 1 Januari 2000 kurs mata uang Birr adalah Birr 8,13 untuk US$ 1. Menurunnya nilai mata uang Birr terhadap dollar diperkirakan disebabkan oleh rendahnya pendapatan dari ekspor kopi dan kulit Ethiopia di pasaran dunia yang menyebabkan berkurangnya cadangan devisa Ethiopia.
Dalam rangka upaya mengatasi defisit neraca pendapatan dan belanja dan mengatasi memburuknya perekonomian negara, Pemerintah Ethiopia melakukan berbagai kebijakan sbb.:
Menurut kalangan pengusaha Ethiopia, PPN tsb diperkirakan akan mempersulit importir Ethiopia dalam mengimpor barang-barang konsumen. Keuntungan yang diperoleh para importir Ethiopia akan semakin kecil, mengingat mereka juga harus membayar pajak impor yang tinggi.
ii). Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri antara 15%-45% sejak tanggal 31 Desember 1999. Kenaikan BBM tsb tidak mencakup bahan bakar solar dan minyak tanah yang dinilai sangat diperlukan oleh rakyat.
iii). Sehubungan dengan berkurangnya persediaan cadangan devisa/mata uang asing/dolar di Ethiopia, maka NBE telah mengeluarkan peraturan baru pembukaan Letter of Credit (L/C) untuk para importir sejak tanggal 11 Pebruari 2000. Peraturan baru NBE tsb terutama bertujuan untuk mengurangi meningkatnya pembiayaan impor Ethiopia dengan menggunakan mata uang asing/dolar.
Menurut peraturan baru NBE FXD/12/2000 tgl 11 Pebruari 2000 tsb yang menggantikan peraturan lama FXD/07/1998, untuk pembukaan L/C para importir Ethiopia diwajibkan menyetorkan deposit sejumlah 100% dari nilai barang-barang yang akan diimpor. Menurut peraturan yang lama, kalangan bisnis/importir di Ethiopia hanya diwajibkan untuk menyetorkan deposit sebesar 25% sampai 40% dari nilai barangs yang akan diimpor.
Dalam peraturan baru NBE tsb, setiap transaksi impor hingga Birr 50.000 dapat membuka L/C di setiap cabang bank komersial swasta di Ethiopia. Pembukaan L/C untuk transaksi impor sampai dengan Birr 200.000 harus memperoleh persetujuan dari pimpinan bank ybs. Sedangkan pembukaan L/C untuk transaksi impor antara Birr 200.000 hingga Birr 500.000 harus memperoleh persetujuan dari Dewan Eksekutif dari bank tsb. Pembukaan L/C transaksi impor diatas Birr 500.000 harus memperoleh persetujuan dari NBE. Namun demikian peraturan baru NBE tsb tidak berlaku untuk beberapa jenis barang impor seperti bahan bakar, farmasi, kendaraan, pesawat terbang, dan kapal motor/perahu.
iv). Dalam surat edaran Penasihat Ekonomi/Wakil PM Ethiopia, Dr. Kassu Ilala tertanggal 23 Mei 2000 terdapat kebijakan/peraturan baru yang mewajibkan para importir Ethiopia, baik Pemerintah maupun swasta, untuk menggunakan jasa pengangkutan Ethiopia Shipping Lines (ESL) dalam pengiriman barang-barang impor masuk ke Ethiopia.
Dalam surat edaran tsb diperintahkan kepada National Bank of Ethiopia (NBE) agar sejak tanggal 30 Mei 2000 hanya menyetujui pembukaan Letters of Credit (L/C) bagi para importir yang menggunakan jasa ESL untuk mengimpor barang-barangnya.
Kebijakan baru tsb dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif, antrara lain adanya praktek monopoli dari ESL dan kekhawatiran akan kemampuan ESL dalam memenuhi kebutuhan pengangkutan barangs impor Ethiopia, sebab ESL hanya memiliki 11 kapal dan agen di 50 pelabuhan di 32 negara. Selain itu, harga pengangkutan dengan ESL lebih mahal 30% daripada jasa pengapalan internasional lainnya sehingga tidak ekonomis. Sebagai contoh biaya untuk pengangkutan barangs kargo ukuran 20 feet dari pelabuhan di Istambul, Turki ke pelabuhan Djibouti dengan menggunakan ESL adalah Birr 2.475,-, sedangkan apabila menggunakan jasa pengangkutan/pengapalan lainnya hanya dikenakan biaya sebesar Birr 1.900,-. Namun demikian, peraturan ini tidak berlaku untuk barangs yang diimpor dari negaras di mana ESL tidak beroperasi, atau tidak memiki agen/kantor cabang.
Saat ini Ethiopia juga telah mulai menggunakan pelabuhan laut Berbera di Somalia sebagai alternatif pelabuhan perdagangan/ekspor-impor setelah pelabuhan Djibouti, termasuk untuk pengiriman bantuan bahan pangan bagi Ethiopia. Pemerintah Ethiopia juga telah menyelesaikan perundingan dengan Pemerintah Sudan untuk memperoleh akses untuk menggunakan pelabuhan laut di Sudan. Pembangunan jalan raya yang menghubungkan Sudan dan Ethiopia sebagian telah selesai dan telah dibuka untuk lalu lintas umum.
Saat ini, Pemerintah Ethiopia (Ethiopian Road Authority/ERA) juga sedang menyelesaikan pembangunan jalan raya yang menghubungkan Ethiopia dengan dua pelabuhan laut lainnya di negara-negara sekitarnya, yaitu pelabuhan laut Berbera di Somalia, dan pelabuhan Mombassa di Kenya.
Pada PPE ke-14 (Resource Indonesia ’99) di Jakarta, tanggal 20-24 Oktober 1999, terdapat 41 orang pengusaha Ethiopia dari berbagai macam sektor usaha yang hadir. Jumlah pengusaha Ethiopia yang berkunjung ke PPE ke-14 tahun 1999 ini melonjak tajam, apabila dibandingkan dengan jumlah pengusaha Ethiopia yang berkunjung pada PPE ke-13 tahun 1998, yaitu 7 pengusaha Ethiopia, dan PPE ke-12 tahun 1997, yaitu 34 pengusaha Ethiopia. Di antara pengusaha Ethiopia yang hadir pada PPE-14 tsb telah beberapa kali datang ke Indonesia, baik dalam rangka mengunjungi PPE, maupun untuk bertemu dengan mitra dagangnya di Indonesia.
a). Saudi Airlines (SV), Jakarta- Jeddah-Addis Ababa.
c). Garuda Indonesia (GA), Jakarta-Jeddah (GA) dan Jeddah-Addis Ababa (dengan Saudi Airlines atau Ethiopian Airlines).
F. Prospek dan Strategi Akses Pasar