Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
INFORMASI PASAR DALAM RANGKA UPAYA
PENINGKATAN HUBUNGAN EKONOMI & PERDAGANGAN
INDONESIA-ETHIOPIA

 

A. Gambaran Umum Pasar Ethiopia.

1. Dengan luas wilayah 1,14 juta m2, Ethiopia saat ini memiliki jumlah penduduk sekitar 61,7 juta orang (1998/1999). Pertanian merupakan tulang punggung perekonomian Ethiopia yang menyumbangkan 50% dari GDP Ethiopia, dan 65% dari total ekspor Ethiopia, serta menyerap lebih dari 85% tenaga kerja. Kopi adalah komoditi andalan sektor pertanian Ethiopia, dan merupakan 85% dari total ekspor hasil pertanian Ethiopia. Penyumbang GDP bagi Ethiopia lainnya berasal dari sektor manufaktur, pertambangan, perdagangan, pariwisata, konstruksi, dan jasa.

Pemerintah Ethiopia terus berupaya membangun jaringan infrastruktur di Ethiopia, antara lain dengan perbaikan maupun peningkatan mutu jalan-jalan penting yang menghubungkan berbagai kota dengan ibukota Addis Ababa. Peningkatan mutu jalan juga dilakukan terhadap jalan yang vital bagi perekonomian yang menghubungkan Ethiopia dengan negara-negara lain seperti Djibouti, Somalia, Sudan, dan Kenya.

2. Sebagai negara daratan (land-locked country) yang tidak mempunyai pantai/pelabuhan laut sendiri, maka ketergantungan negara Ethiopia terhadap barang-barang impor sangat tinggi. Barang-barang impor tersebut pada umumnya didatangkan melalui pelabuhan laut di negara terdekat kemudian diangkut melalui jalan darat atau kereta api ke Ethiopia. Untuk barang-barang tertentu didatangkan pula melalui pelabuhan udara internasional (kargo udara) di ibukota Addis Ababa, Ethiopia.

3. Menurut data dari Kementerian Perdagangan dan Industri Ethiopia, rata-rata nilai impor Ethiopia setiap tahunnya (tahun 1991-1997) mencapai US$ 726,9 juta sedangkan rata-rata nilai ekspor Ethiopia setiap tahunnya adalah US$ 355,5 juta. Dengan demikian, rata-rata defisit perdagangan luar negeri Ethiopia mencapai US$ 351,4 juta setiap tahunnya. Untuk tahun 1997/1998, nilai impor Ethiopia mencapai US$ 1,451 juta, sedangkan nilai ekspornya US$ 600 juta. Dengan demikian terdapat defisit perdagangan sebesar US$ 851 juta.

Neraca Perdagangan Ethiopia - Dunia (US$ Juta)
 
Tahun
1991/
1992
1992/

1993

1993/

1994

1994/

1995

1995/

1996

1996/

1997

1997/

1998

Ekspor
154,1
222,4
279,6
410.2
410.2
604.3
600
Impor
874,9
1051.8
914,6
1063,0
1412.9
1403.1
1451
  4. Hingga saat ini, ekspor utama Ethiopia adalah kopi, kulit dan produk kulit, oilseeds, kacang-kacangan (pulses), ternak, buah-buahan, sayuran, bahan pangan, gula, chat, daging beku dan daging kaleng, kapas, produk minyak bumi serta minyak lebah.

Sedangkan kebutuhan impor utama Ethiopia adalah bahan makanan, ternak, minuman, tambakau, minyak mentah, produk minyak, bahan kimia, pupuk, produk farmasi/obat-obatan, sabun, produk karet, kertas/produk kertas, tekstil, pakaian, gelas/glassware, logam/produk logam, mesin-mesin dan pesawat terbang, kendaraan bermotor, barang-barang elektronik serta perlengkapan telekomunikasi.

5. Mitra dagang utama Ethiopia sampai saat ini adalah negara-negara Eropa (Jerman, Inggris, Italia), Asia (Jepang, Korea), Amerika Serikat, Arab Saudi, Yaman, Kenya dan Djibouti. Menurut data ekspor-impor dari Kementerian Perdagangan dan Industri Ethiopia, Ethiopia telah pula memiliki hubungan perdagangan secara intensif dan langsung dengan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara, yaitu Malaysia, Singapura dan Thailand.

 

  1. Peraturan dan Kebijakan Perdagangan.
Keadaan perekonomian Ethiopia saat ini cenderung menurun. Hal ini terutama disebabkan adanya konflik perbatasan Ethiopia-Eritrea beberapa waktu yang lalu, menurunnya pendapatan dari ekspor kopi, defisit neraca perdagangan Ethiopia-Dunia yang semakin meningkatnya, berkurangnya persediaan devisa, dan naiknya harga minyak mentah di pasaran dunia. Kombinasi dari hal-hal tersebut telah menyebabkan terjadinya defisitnya anggaran pendapatan dan belanja Ethiopia.

Mata uang Ethiopia (Birr) juga telah terdepresiasi sebesar 8,5% terhadap mata uang dollar selama setahun terakhir ini. Pada tanggal 1 Januari 1999, kurs mata uang Birr adalah Birr 7,50 untuk US$ 1, sedangkan pada tanggal 1 Januari 2000 kurs mata uang Birr adalah Birr 8,13 untuk US$ 1. Menurunnya nilai mata uang Birr terhadap dollar diperkirakan disebabkan oleh rendahnya pendapatan dari ekspor kopi dan kulit Ethiopia di pasaran dunia yang menyebabkan berkurangnya cadangan devisa Ethiopia.

Dalam rangka upaya mengatasi defisit neraca pendapatan dan belanja dan mengatasi memburuknya perekonomian negara, Pemerintah Ethiopia melakukan berbagai kebijakan sbb.:

i). Menerapkan Pajak Pertambahan Nilai (sur tax/sur charge) sebesar 10% sejak tanggal 14 Desember 1999 untuk barang-barang impor/barang-barang konsumen, kecuali untuk pupuk, kendaraan transportasi umum dan suku-cadangnya, bahan bakar, serta barang-barang modal untuk investasi.

Menurut kalangan pengusaha Ethiopia, PPN tsb diperkirakan akan mempersulit importir Ethiopia dalam mengimpor barang-barang konsumen. Keuntungan yang diperoleh para importir Ethiopia akan semakin kecil, mengingat mereka juga harus membayar pajak impor yang tinggi.

ii). Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dalam negeri antara 15%-45% sejak tanggal 31 Desember 1999. Kenaikan BBM tsb tidak mencakup bahan bakar solar dan minyak tanah yang dinilai sangat diperlukan oleh rakyat.

iii). Sehubungan dengan berkurangnya persediaan cadangan devisa/mata uang asing/dolar di Ethiopia, maka NBE telah mengeluarkan peraturan baru pembukaan Letter of Credit (L/C) untuk para importir sejak tanggal 11 Pebruari 2000. Peraturan baru NBE tsb terutama bertujuan untuk mengurangi meningkatnya pembiayaan impor Ethiopia dengan menggunakan mata uang asing/dolar.

Menurut peraturan baru NBE FXD/12/2000 tgl 11 Pebruari 2000 tsb yang menggantikan peraturan lama FXD/07/1998, untuk pembukaan L/C para importir Ethiopia diwajibkan menyetorkan deposit sejumlah 100% dari nilai barang-barang yang akan diimpor. Menurut peraturan yang lama, kalangan bisnis/importir di Ethiopia hanya diwajibkan untuk menyetorkan deposit sebesar 25% sampai 40% dari nilai barangs yang akan diimpor.

Dalam peraturan baru NBE tsb, setiap transaksi impor hingga Birr 50.000 dapat membuka L/C di setiap cabang bank komersial swasta di Ethiopia. Pembukaan L/C untuk transaksi impor sampai dengan Birr 200.000 harus memperoleh persetujuan dari pimpinan bank ybs. Sedangkan pembukaan L/C untuk transaksi impor antara Birr 200.000 hingga Birr 500.000 harus memperoleh persetujuan dari Dewan Eksekutif dari bank tsb. Pembukaan L/C transaksi impor diatas Birr 500.000 harus memperoleh persetujuan dari NBE. Namun demikian peraturan baru NBE tsb tidak berlaku untuk beberapa jenis barang impor seperti bahan bakar, farmasi, kendaraan, pesawat terbang, dan kapal motor/perahu.

iv). Dalam surat edaran Penasihat Ekonomi/Wakil PM Ethiopia, Dr. Kassu Ilala tertanggal 23 Mei 2000 terdapat kebijakan/peraturan baru yang mewajibkan para importir Ethiopia, baik Pemerintah maupun swasta, untuk menggunakan jasa pengangkutan Ethiopia Shipping Lines (ESL) dalam pengiriman barang-barang impor masuk ke Ethiopia.

Dalam surat edaran tsb diperintahkan kepada National Bank of Ethiopia (NBE) agar sejak tanggal 30 Mei 2000 hanya menyetujui pembukaan Letters of Credit (L/C) bagi para importir yang menggunakan jasa ESL untuk mengimpor barang-barangnya.

Kebijakan baru tsb dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif, antrara lain adanya praktek monopoli dari ESL dan kekhawatiran akan kemampuan ESL dalam memenuhi kebutuhan pengangkutan barangs impor Ethiopia, sebab ESL hanya memiliki 11 kapal dan agen di 50 pelabuhan di 32 negara. Selain itu, harga pengangkutan dengan ESL lebih mahal 30% daripada jasa pengapalan internasional lainnya sehingga tidak ekonomis. Sebagai contoh biaya untuk pengangkutan barangs kargo ukuran 20 feet dari pelabuhan di Istambul, Turki ke pelabuhan Djibouti dengan menggunakan ESL adalah Birr 2.475,-, sedangkan apabila menggunakan jasa pengangkutan/pengapalan lainnya hanya dikenakan biaya sebesar Birr 1.900,-. Namun demikian, peraturan ini tidak berlaku untuk barangs yang diimpor dari negaras di mana ESL tidak beroperasi, atau tidak memiki agen/kantor cabang.

Penggunaan Pelabuhan Laut di negara lain. Setelah pecahnya konflik perbatasan antara Ethiopia-Eritrea sejak tahun 1998, Ethiopia tidak lagi menggunakan pelabuhan Assab dan Massawa di Eritrea, namun menggunakan pelabuhan laut di Djibouti sebagai pintu gerbang lalu-lintas perdagangan luar negeri Ethiopia. Akses penghubung Ethiopia ke pelabuhan Djibouti dapat dilakukan melalui jalan raya penghubung dan jaringan rel kereta api Ethiopia-Djibouti. Sebagai negara daratan (land-locked country), Ethiopia membutuhkan pelabuhan laut di negara lain untuk kegiatan perdagangan dan ekspor-impornya.

Saat ini Ethiopia juga telah mulai menggunakan pelabuhan laut Berbera di Somalia sebagai alternatif pelabuhan perdagangan/ekspor-impor setelah pelabuhan Djibouti, termasuk untuk pengiriman bantuan bahan pangan bagi Ethiopia. Pemerintah Ethiopia juga telah menyelesaikan perundingan dengan Pemerintah Sudan untuk memperoleh akses untuk menggunakan pelabuhan laut di Sudan. Pembangunan jalan raya yang menghubungkan Sudan dan Ethiopia sebagian telah selesai dan telah dibuka untuk lalu lintas umum.

Saat ini, Pemerintah Ethiopia (Ethiopian Road Authority/ERA) juga sedang menyelesaikan pembangunan jalan raya yang menghubungkan Ethiopia dengan dua pelabuhan laut lainnya di negara-negara sekitarnya, yaitu pelabuhan laut Berbera di Somalia, dan pelabuhan Mombassa di Kenya.

 

C. Neraca Perdagangan Indonesia-Ethiopia
    1. Sampai saat ini Indonesia dan Ethiopia belum memiliki suatu persetujuan kerjasama ekonomi dan perdagangan antara kedua negara. Intensitas hubungan perdagangan bilateral antara Ethiopia dan Indonesia sampai saat ini masih relatif kecil dan sebagian melalui pihak/negara ketiga, seperti Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, China, Singapura, dll. Dengan demikian, volume perdagangan maupun nilai ekspor/impor kedua negara belum tercatat secara resmi di Kementerian Perdagangan dan Industri Ethiopia sehingga data perdagangan yang tercatat diperkirakan lebih kecil daripada kenyataan yang sebenarnya.
2. Neraca perdagangan kedua negara hingga kini sangat positif bagi Indonesia. Nilai ekspor Indonesia ke Ethiopia mencapai US$ 12,4 juta (tahun 1997), sedangkan impor Indonesia dari Ethiopia hanya sekitar US$ 1,5 juta (defisit bagi Ethiopia). Impor utama Ethiopia dari Indonesia antara lain adalah sabun, benang, batu baterei (termasuk baterei kendaraan bermotor), tekstil, furniture, perlengkapan dapur, kertas tissue, dll. Sedangkan ekspor utama Ethiopia ke Indonesia adalah kulit dan produk kulit.

 

D. Peluang dan Hambatan Produk Non-Migas Indonesia di Ethiopia Peluang Upaya Peningkatan Ekspor Non-Migas Indonesia:
    1. Banyak produk-produk Indonesia yang telah beredar dan dikenal luas di pasaran Ethiopia karena harga dan mutu yang baik (mass cheap production), seperti garment, tekstil, batu baterai, kertas/produk kertas, bahan kimia, tissue, baterai kendaraan, sabun mandi, sabun cuci, glassware, benang, furniture, enamelware, barang-barang plastik, makanan (mie instant "mie duo", wafer, permen "Kopiko", energen), rak tv, dll. Namun, sebagian dari produk-produk Indonesia tsb diimpor oleh Ethiopia melalui negara ketiga, seperti Singapura, China, Uni Emirat Arab dan Saudi Arabia. Sehubungan dengan itu, kalangan swasta Ethiopia pada umumnya menginginkan adanya suatu peningkatan hubungan perdagangan bilateral secara langsung antara Indonesia dan Ethiopia, sehingga tidak perlu melalui negara ketiga guna menghemat waktu dan biaya.
    2. Minat para pengusaha Ethiopia untuk memperoleh informasi produk-produk andalan ekspor Indonesia dan keinginan bertemu langsung dengan para pengusaha/perusahaan Indonesia guna melakukan kontak bisnis semakin meningkat. Tingginya minat para pengusaha Ethiopia tersebut terbukti dengan semakin besarnya jumlah pengusaha Ethiopia yang hadir mengunjungi Pameran Produk Ekspor Indonesia (PPE) di Jakarta dari tahun ke tahun.
    3. Pada PPE ke-14 (Resource Indonesia ’99) di Jakarta, tanggal 20-24 Oktober 1999, terdapat 41 orang pengusaha Ethiopia dari berbagai macam sektor usaha yang hadir. Jumlah pengusaha Ethiopia yang berkunjung ke PPE ke-14 tahun 1999 ini melonjak tajam, apabila dibandingkan dengan jumlah pengusaha Ethiopia yang berkunjung pada PPE ke-13 tahun 1998, yaitu 7 pengusaha Ethiopia, dan PPE ke-12 tahun 1997, yaitu 34 pengusaha Ethiopia. Di antara pengusaha Ethiopia yang hadir pada PPE-14 tsb telah beberapa kali datang ke Indonesia, baik dalam rangka mengunjungi PPE, maupun untuk bertemu dengan mitra dagangnya di Indonesia.

    4. Selama bulan April 1998-Juli 2000 tercatat sekitar 220 orang pengusaha Ethiopia telah menghubungi KBRI Addis Ababa untuk memperoleh alamat pengusaha/perusahaan di Indonesia guna melakukan kontak bisnis/dagang. Hingga saat ini telah terdapat sekitar 150 pengusaha Ethiopia yang telah memperoleh Visa Kunjungan Usaha (VKU), baik untuk melakukan pertemuan dengan mitra dagangnya di Indonesia ataupun untuk menghadiri pameran di Indonesia.
    5. Prospek perdagangan di Ethiopia cukup cerah mengingat bahwa Ethiopia merupakan negara dengan wilayah terbesar ke-10 di Afrika dengan populasi terbesar ke-3 di Afrika setelah Nigeria dan Mesir, yaitu sekitar 61,7 juta orang (tahun 1998/1999). Ibukota Ethiopia sendiri, yaitu Addis Ababa memiliki jumlah penduduk sekitar 3 juta orang.
    6. Terdapat banyak warganegara asing di Ethiopia yang bekerja di berbagai Perwakilan Pemerintah/Swasta, antara lain pada markas besar/sekretariat 2 (dua) organisasi regional di Afrika, yaitu UNECA (the United Nations Economic Commission for Africa) dan OAU (Organization of African Unity), sekitar 100 perwakilan asing/Kedutaan Besar Asing di Ethiopia, berbagai NGO, perusahaan konstruksi jalan/bangunan dari Jepang, Republik Korea (Korea Selatan), Turki, dan China. Warga negara asing tsb pada umumnya lebih menyukai barang-barang impor daripada barang-barang produksi Ethiopia.
    7. Pasar regional di kawasan ini juga cukup potensial karena Ethiopia merupakan anggota Pasar Bersama Afrika Timur & Selatan (COMESA/Common Market for Eastern and Southern Africa) yang terdiri dari 23 negara di Afrika dengan total populasi mencapai 300 juta orang. Selain itu, letak geografis Ethiopia juga menguntungkan, karena terletak di persimpangan jalan antara Afrika, Timur-Tengah, Eropa, dan Asia.
7. Terdapat rute penerbangan yang mudah dan ekonomis untuk dipergunakan dari Jakarta menuju Addis Ababa, Ethiopia, yaitu.:

a). Saudi Airlines (SV), Jakarta- Jeddah-Addis Ababa.

b). Ethiopian Airlines (ET), Jakarta-Bangkok (dengan Thai Airways) dan Bangkok-Addis Ababa (Ethiopian Airlines).

c). Garuda Indonesia (GA), Jakarta-Jeddah (GA) dan Jeddah-Addis Ababa (dengan Saudi Airlines atau Ethiopian Airlines).

(Penerbangan dari Jeddah ke Addis Ababa adalah sekitar 2 (dua) jam)
Hambatan Upaya Peningkatan Ekspor Non-Migas Indonesia:
    1. Keengganan para pengusaha Indonesia untuk menjajaki dan mencoba peluang pasar baru non-tradisional seperti pasar Ethiopia di Afrika Timur dengan alasan jarak yang jauh, margin keuntungan yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan hasil ekspor ke negara-negara maju, resiko yang akan dihadapi, dll.
    2. Kurang tanggapnya para pengusaha Indonesia dalam meraih peluang pasar dan kesempatan ekspor di Ethiopia, antara lain, banyak pengusaha Indonesia yang tidak memberikan tanggapan/jawaban atas telepon ataupun surat/faks yang dikirimkan oleh para pengusaha Ethiopia yang meminta informasi produk/jasa, rincian harga, ataupun kemungkinan impor produk/jasa tsb dari Indonesia. Hal ini juga tampak dari kurangnya antusiasme para pengusaha Indonesia dalam menanggapi berbagai informasi peluang perdagangan yang sering dikirimkan oleh KBRI Addis Ababa kepada para pengusaha Indonesia, KADIN, ataupun BPEN.
    1. Kurang agresifnya para pengusaha Indonesia maupun BPEN untuk menjajaki peluang pasar di Ethiopia dengan mencoba mengadakan pameran dagang skala kecil ataupun temu bisnis bekerjasama dengan KBRI sebagai fasilitator (dalam penyediaan ruangan pameran mini dan pengaturan acara temu bisnis dengan pengusaha Ethiopia).
    2. Hal-hal tsb diatas telah membuat pelaku bisnis dari negara lain di Asia seperti Thailand, Singapura, Malaysia, dan China masuk ke pasar Ethiopia dengan cukup agresif. Hingga kini Thailand dan China merupakan pesaing Indonesia untuk beberapa komoditi ekspor seperti garment dan tekstil. Produk-produk garment dan tekstil dari Thailand dan China kini dijual dengan harga lebih murah dari produk sejenis dari Indonesias. Sedangkan Malaysia cukup agresif mengekspor produk-produk makanannya ke Ethiopia, hingga kini banyak produk makanan buatan Malaysia di Ethiopia, seperti saus tomat, sambal botol, mie instant, minuman, makanan/buah- buahan kaleng, dll. Tampak bahwa produk-produk dari Thailand, China, Malaysia, dan Singapura telah mulai meraih perhatian konsumen di Ethiopia dibandingkan produk-produk dari Indonesia
    3. Negara-negara tsb (Thailand, China, Malaysia, dan Singapura) cukup aktif menggunakan kesempatan dengan mengirimkan misi dagang ke Ethiopia, mengikuti pameran dagang di Ethiopia, melakukan pertemuan dengan para pejabat Ethiopia, KADIN Ethiopia, KADIN Addis Ababa, dan para pengusaha Ethiopia lainnya, serta mengundang pengusaha Ethiopia ke negara mereka untuk mengetahui potensi kerjasama perdagangan, dll.
    4. Sedikitnya informasi mengenai pameran-pameran dagang yang diadakan di Indonesia dan terlambatnya brosur-brosur pameran tsb diterima oleh KBRI Addis Ababa. Informasi pameran dagang yang teratur diterima oleh KBRI Addis Ababa hanyalah Pameran Produk Ekspor (PPE)/Resource Indonesia, sedangkan informasi mengenai pameran-pameran lainnya sering tidak diterima oleh KBRI.
    5. Masih kurangnya koordinasi dan pertukaran arus informasi antara instansi terkait di Indonesia (BPEN, KADIN, Depperindag, pengusaha) dengan KBRI Addis Ababa, sehingga sedikitnya informasi yang diterima oleh KBRI Addis Ababa.
 
  1. Produk Unggulan Indonesia yang diminati di Ethiopia
Produk Indonesia yang paling banyak diminati oleh pengusaha Ethiopia antara lain adalah:  

F. Prospek dan Strategi Akses Pasar

Prospek pasar di Ethiopia cukup baik untuk produk-produk Indonesia, dan hal tsb juga tergantung pada kemauan dan kemampuan Indonesia untuk dapat lebih memanfaatkan kesempatan dan peluang pasar Ethiopia tsb. Untuk lebih meningkatkan penetrasi produk/jasa Indonesia ke pasaran Ethiopia, maka terdapat beberapa strategi akses pasar yang dapat dilakukan, a.l.:
    1. Pengiriman misi dagang/investasi Indonesia ke Ethiopia guna lebih memahami peluang-peluang perdagangan dan investasi di Ethiopia dengan mengadakan pertemuan dengan para pengusaha setempat (temu-bisnis), pertemuan dengan KADIN Addis Ababa, KADIN Ethiopia, pejabat Kementerian Perdagangan dan Industri Ethiopia, pejabat Otoritas Investasi Ethiopia, serta pejabat Pemerintah/Swasta Ethiopia lainnya.
    2. Pengiriman misi dagang/investasi Indonesia untuk mengikuti pameran dagang yang diadakan di Ethiopia untuk promosi dan perluasan pasar produk-produk ekspor Indonesia, sekaligus memberikan informasi mengenai peluang-peluang kerjasama investasi antara kedua negara, baik di Indonesia maupun di Ethiopia.
    3. Pengiriman informasi kepada KBRI mengenai produk-produk unggulan ekspor pada suatu periode tertentu, termasuk brosur, harga, barang contoh (sampel), alamat lengkap produsen, dll, sebagai bahan promosi KBRI.
    4. Pengiriman informasi dan brosur pameran-pameran dagang yang diadakan di Indonesia jauh hari sebelum waktu pelaksanaannya tiba, sehingga masih banyak waktu bagi KBRI untuk melakukan promosi di media massa dan menyebarkan brosur-brosur pameran.
    5. Kegiatan promosi/publikasi dan harga produk yang terjangkau tetap merupakan strategi akses pasar yang baik. Kegiatan promosi/publikasi tentunya dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk bekerjasama dengan KBRI Addis Ababa.
    6. Peningkatan koordinasi secara intensif dengan instansi Pemerintah/Swasta di Indonesia, seperti Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI, KADIN, BPEN, dll dengan KBRI guna bekerjasama dalam meraih kesempatan dan peluang-peluang peningkatan serta perluasan produk-produk ekspor Indonesia di Ethiopia.
    7. Mengupayakan kembalinya terwujudnya suatu persetujuan umum kerjasama ekonomi dan teknik, yang kemudian diperluas dengan persetujuan mengenai perdagangan antara Indonesia-Ethiopia dalam rangka lebih meningkatkan hubungan kerjasama ekonomi dan perdagangan antara kedua negara.
Untuk tahun 2000 ini dapat diinformasikan bahwa pameran dagang "International Medical Equipment and Pharmaceutical Products" direncanakan akan diadakan di Addis Ababa, Ethiopia pada tanggal 15-18 Desember 2000. Kesempatan tsb dapat dimanfaatkan sebagai sarana promosi dalam upaya meningkatkan pasar ekspor dan perluasan komoditi ekspor Indonesia di Ethiopia pada khususnya, serta di Afrika Timur pada umumnya.

 

G. Perilaku Konsumen.
    1. Mengingat bahwa Ethiopia merupakan salah satu negara berkembang, maka penduduknya lebih tergantung pada informasi melalui media massa, baik cetak maupun elektronik. Untuk itu, publikasi/promosi produk/jasa secara baik akan dapat meningkatkan pasar ekspor produk/jasa dari Indonesia ke Ethiopia. Sebagai contoh, sabun B-26 (cream dan batangan) sangat populer di Ethiopia karena publikasi/promosi yang cukup baik dari importir Ethiopia bekerjasama dengan pihak eksportir Indonesia.
    2. Mengingat masih terbatasnya daya beli masyarakat Ethiopia, maka untuk saat ini konsumen Ethiopia lebih mementingkan harga yang murah daripada mutu yang tinggi. Sedangkan untuk warganegara asing di Ethiopia, harga tidak menjadi masalah ataupun ukuran selama suatu produk memiliki mutu yang cukup baik.
    3. Importir Ethiopia lebih menyukai untuk mengimpor langsung produk-produk Indonesia daripada harus melalui negara/pihak ketiga guna menghemat waktu, tenaga dan biaya. Selain itu, para pengusaha/importir Ethiopia sangat antusias untuk berhubungan secara langsung dengan para pengusaha/eksportir Indonesia, baik dalam temu bisnis maupun dalam pameran-pameran dagang.
    4. Pengusaha/importir Ethiopia sangat kritis terutama mengenai kepastian informasi harga dan spesifikasi produk Indonesia, barang-barang contoh (sampel), kecepatan dan ketepatan jadwal pengiriman barang ke Ethiopia, kemudahan komunikasi antara importir dan eksportir, kepercayaan antara importir dan eksportir, dll.
    5. Produk-produk Indonesia dinilai oleh konsumen Ethiopia sebagai produk bermutu tinggi dan memiliki harga yang terjangkau, apabila dibandingkan dengan produk-produk dari Eropa.
Addis Ababa, Agustus 2000
Sub-Bid Pensosbud/Ekon