Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!

Mereka bertanya kepadamua tentang ruh, jawablah olehmu : "Ruh itu urusan Tuhanmu, dan Aku tidak akan memberikan ilmu tentang ruh itu kecuali ssedikit saja" (QS., Al Isra:85)

RUH DAN JIWA

Oleh: Dudi Muhammad Lutpy

 

Manusia telah diciptakan oleh Allah SWT tersusun dari dua unsur, unsur ardli dan unsur samawi. Unsur ardli membentuk jasad sebagai bentuk fisik manusia yang terbuat dari saripati tanah. Seandainya kita membuat penelitian dengan cara mengambil segenggam tanah kemudian diuraikan secara kimiawi, kemudian kitapunmengambil sepotong tubuh manusia yang diursaikan juga secara kimiawi, maka unsur-unsur yang ada adalah tubuh manusia tersusun dari unsur-unsur yang ada pada tanah.

Para sarjana kimiawi menyebutkan beberapa unsur yang ada pada tubuh manusia itu diantaranya : karbon yang cukup membuat 9000 buah tangkai pena, fosfor yang cukup membuat 2000 kepala tangkai korek api, serta zat-zat lain seperti, besi, kapur, posatium, garam, magnesium, gula dan belerang. Sedangkan pada unsur samawi. Allah SWT telah meniupkan ruh kepada jasad yang sudah dibentuk-Nya, Allah SWT berifirman ddalam Surat Sajdah ayat 9 : "Kemudian Dia menyempurnakan ciptaan-Nya , setelah ditupkannya ruh kedalamnya dan setelah itu Allah menjadikan pendengaran, penglihatan dan hati".

Dengan ruh inilah Allah SWT telah memuliakan manusia, karena dengan unsur inilah manusia dapat hidup, bisa mengerti, mengingat, berfikir, mengetahui, berkehendak, memilih, mencintai, dan sebagainya. Ayat diataspunmengisyaratkan kepada kita, telinga bisa berfungsi sebagai pendengaran, matra bisa berfungsi sebagai penglihatan dan hati bisa berfungsi sebagai alat untuk memahami apabila ruhitu telah ditiupkanoleh Allah.

Seandainya manusia mati,ruhnya dicabut oleh Allah SWT, maka mata, telinga dan hati tidak ada artinya, manusia tidak lagi dapat bergerak, merasakan sesuatu, berkehendak, berfikir, memililih, mencintai dan sebagainya.

Begitu pentingnya ruh bagi jasad kita, dan begitu berpengaruhnya terhadap sikap perbuatan kita, pantas saja kalau ada sebagaian dari manusia ingin mengunghkapkan misteri ruh ini. Tepatnya di tahun 1882 dibentuklah Persatuan PembahasanRuh di Inggris. Mereka bekerja keras dengan penuh ketelitian, ketekunan dan penuh kesungguhan mengatakan penelitian-penelitian untuk mengungkapkan misteri ini , akan tetapi berakhir dengan ketidakpuasan. Pantas saja dalamAl-Qur’an Surat Al-Isra ayat 85 Allah SWT menegaskan bahwa ruh itu urusan-Ku dan menuasia tidak diberikan ilmu tentangnya kecuali sedikit saja.

Ayat ini menurut riwayat Bukhari yang bersumber dari ibnu Mas’ud ternyata berkaitan dengan segolongan dari kaum Yahudi yang ingin tahu tentang ruh. Ketika itu Rasulullah sedang berjalan-jalan di Madinah beserta Ibnu Mas’ud, seorang dari mereka berkata: "Mari kita bertanya kepadanya". Setelah berjumpza , mereka bertanya : " Cobalah terangkan kepada kami tentang ruh", Rasulullah terdiam sejenak, terlihat beliau sedang mendapatkan wahyu dari Allah. Kemudian beliau bersabda: Ar-Ruh min amri Rabbi wamaa utitum minal ilmi illa qalila", ruh ituurusan Allah dan Dia hanya sedikit memberikan ilmunya kepada kita.

Berdasarkan penjelasan Al-Qur’an, ternyata ruh dan jiwa itu mempunyai pengertian yang sama. Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat Az Zumar ayat 42 : "Allah yang mengambil jiwa (ruh) manusia ketika wafatnya dan ketika tidurnya sebelum wafat, lalu ditahannya jiwa (ruh) yang sudah wafat, serta dikembalikan jiwa (ruh) yang lain ( yang sedang tidur) sampai waktu yang ditentukan". Dan Al Qur’an surat Al-An’am ayat93 : "Alangkah dasyatnya apabila engkau melihat orang-orang yang menganiaya itu sedang merasakan tekanan sakratul maut dan malaikat telah mengembangkan tangannya sambil berkata : Lepaskanlah jiwamu (ruhmu)".

Kata nafs yang bentuk jama’nya anfus menurut dua ayat diatas sama pengertiannya dengan ruh, jiwa, sukma atau nyawa. Al-Qur’an mengungkapkan lebih jauh lagi tentang sifat-sifat dari jiwa ini, ada yang disebut nafs amarah bissu’ ( jiwa yang selalu mengajak kepada keburuhkan), nafs lawwamah ( jiwa yang suka mencela dirinya sendiri) dan nafs muthmainnah ( Jiwa yang tenang). Nafs ini membentuk sifat dan tabiat manusia. Ada manusia yang tabiatnya buruk ( berakhlak tercela, berbudi kasar dll sb), hal ini disebabkan oleh nafsu yang telah mengalahkan kesucian yang murni dan masih asli tetapi ada juga orang yang berbudi luhur ( berakhlak mulia, berbuat kebenaran, keadilan, keindahan dan kesempurnaan perilaku dlsb), hal ini karena ia telahmampu mengekang syahwatnya serta mengatasi segala macam kekurangan dankerendahan jiwanya dan iapun sudah sampai pada tingkat yang luhur dalam persoalan penjagaan jiwanya, ia dapat memerangi hawa nafsunya dan bersih dari pengaruh itu.

Nafsu pada tabiat taslinya selalu mengajak kepada keburukan, Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'’n surat yusuf ayat 53 : "Sesungguhnya nafsu itu suka sekali menyuruh kepada keburukan".

Akan tetapi nafsu itupun dapat diarahkan untuk berbuat kebaikan dan mencegah keburukan apabila nafsu itu diberi pelajaran dan pengajaran yang baik serta dididik dengan keagamaan serta diajak untuk meneliti berbagai percontohan dan suri teladan yang baik yang ada di sekitarnya. Pantas saja kalau Allah SWT berfirman: " Dan jiwa dan apa yang oleh Allah dijadikan untuk menyempurnakannya. Maka Ia mengilhamkan kepadanya yang salah dan yang taqwa (benar), maka sungguh beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dan sungguh merugilah yang mengotori jiwanya". (QS.As-Syams : 7-10)

Ayat-ayat diatas menyatakan bahwa dalam penciptaannya (jiwa) itu Allah telah mengilhamkan jalan kefasikan dan ketaqwaan kepadanya. Beruntunglah bagi orang yang mau menjaga dan membina untuk kesucian jiwanya dan rugilah orang yang tidak mau menjaga dan membina jiwanya, membiarkan dan mengotorinya. Jalan untuk menjaga dan membina jiwa banyak tantangan dan godaan, sedangkan jalan untuk mengotorinyaq mudah dan tanpa perjuangan.

Menjaga dan membina jiwa hanya dapat dengan tunduk kepada semua aturan Allah, beribadah kepada-Nya, selalu ingat dan bertaqarrub kepada-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan itulah jiwa terbina membentuk pribadi yang teguh memegang kebenaran dan keadilan untuk mencapai kesempurnaan hidup, kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak, Insya Allah. Jiwa inilah yang akan mencapai ketenangan dan ketentraman dan jiwa inilah yang akan mendapatkan penghormatan yang tinggi dan agung mendapatkan panggilan yang penuh rindu dan kasih sayang-Nya :"Wahai jiwa yang penuh ketenangan, kembalilah kepada Tuhanmu dengan penuh kesenangan dankeridhlaan-Ku, masuklah menjadi hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku"