Alam dan Rumput
Dikisahkan bahwa Alam merasa tidak begitu puas melihat pribadi si
Rumput. Alam melihat beberapa bawahannya seperti Laut, mampu
mengeluarkan suara-suara riak air dan gelombang. Gunung mampu
menghadirkan pemandangan yang indah dan udara yang sejuk. Lalu Hutan
mampu menumbuhkan beraneka macam pohon dan tanaman buah-buahan yang
besar dan ranum. Hanya Rumput saja yang tumbuh memakan tempat yang
luas, namun tidak ada sedikitpun kegunaan yang bisa ditunjukannya.
Oleh sebab itu, Alam bermaksud untuk memusnahkan si Rumput.
Pertama-tama Alam mengutus seorang pemusnah yang bernama Angin untuk
melakukan tugasnya. Saat datangnya musim gugur, Angin mulai
berhembus untuk merontokkan semua benda, terutama daun-daunan.
Melihat angin bertiup semakin kencang, Rumput pun mulai gelisah.
Lalu mereka menyatukan semua kekuatan diakarnya supaya tetap
menancap kuat didalam tanah. Angin musim gugur semakin kencang
bertiup hingga merontokkan semua daun-daunan, namun Rumput-rumput
yang walaupun ikut bertiup kesana kemari tetap tidak bisa tercabut
dari dalam tanah. Penasaran dibuatnya, Angin mulai murka dan ingin
secepatnya mencabut si Rumput sampai ke akar-akarnya. Akan tetapi,
walaupun seluruh tenaga yang dikerahkan, sampai semua pepohonan
besar dan rumah-rumah rata dengan tanah, Rumput yang kecil tetap tak
terlepas dari tempatnya. Mau tak mau, akhirnya angin harus kembali
dengan membawa kelelahan dan kegagalan.
Berikutnya alam mengutus tim prajurit pemusnah kedua yaitu jenderal
Shuang beserta pasukan embunnya. Penyerangan besar-besaran di mulai
lagi dengan diawali gemuruh suara yang menakutkan. Semua binatang di
daerah sekitarnya lari menyembunyikan diri di sarang masing-masing.
Di pagi buta itu, Matahari belum terbit, saat itu juga tentara
jenderal Shuang terjun dari langit hingga mengenai tubuh si Rumput.
Semua Rumput menyatukan tubuhnya sampai mengeluarkan hawa panas dan
Shuang yang jatuh ketubuhnya berubah menjadi air embun. Tetapi
lama-kelaman, tenaga yang dikeluarkan Rumput telah banyak dan
akhirnya ia juga tak kuat lagi bertahan. Tubuhnya sangat lemah dan
menguning. Akan tetapi, meskipun tenaganya telah habis, Rumput masih
berusaha untuk tidak akan melepaskan cengkramannya di dalam tanah.
Dan untuk kesekian kalinya Rumput berhasil memaksa jenderal Shuang
beserta pasukannya mundur.
Alam bertambah marah, terakhir diutuslah tim pembunuh nomor wahid
yang paling ditakuti semua makhluk yaitu "Salju" untuk memusnahkan
Rumput . Yang mendapat berita ini pertama kali adalah Burung beserta
sejumlah besar teman2nya, mereka memutuskan untuk menghindari
penyerangan ini, terbang migrasi ke arah selatan. Ikan-ikan pun
membuat pembatas kaca di permukaan laut, lalu semuanya berenang
terus ke lautan yang lebih dalam. Lalu salah seekor binatang berkaki
empat berlari ke seluruh penjuru menyebarkan berita ini. Dan semua
jenis binatang kemudian menutupi sarangnya, hanya menyisakan satu
lubang kecil untuk keluar masuknya udara. Sementara pepohonan di
hutan juga memutuskan untuk sementara waktu menyembunyikan
daun-daunnya yang hijau dan segar, dan hanya menyisakan dahan pohon
tanpa daun.
Tiba pada suatu malam yang sunyi dan dingin, diawali oleh desiran
angin lalu ribuan kepingan salju berjatuhan dari langit langsung
menimpa rumput yang tak memiliki tempat berteduh. Dibawah jatuhan
kepingan salju yang dingin menggigit, Rumput masih tetap berusaha
menyatukan tenaga dengan napas yang semakin lemah. Dan akhirnya dia
bahkan tak mampu lagi mengangkat kepalanya hingga rumput-rumput
membeku. Yang terlihat sekarang tinggallah salju putih yang menutupi
rumput.
Rumput telah musnah, binatang-binatang di sekitarnya turut sedih
melihat akibat peperangan yang menyedihkan itu. Dilain pihak, Alam
merasa puas dan gembira menyambut kemenangan perang. Diatas daratan,
hanya terlihat pohon cemara yang tetap berdiri kokoh ditengah salju
dengan daunnya yang hijau memberikan penghormatan terakhir kepada
Rumput. Bunga melati pun mempersembahkan karangan bunga putih
kepadanya sebagai tanda turut bersedih.
Tidak lama setelah kejadian itu, Matahari perlahan-lahan terbit
memancarkan sinarnya yang perkasa ke seluruh penjuru. Salju jadi
terkejut, melihat tubuhnya perlahan-lahan meleleh menjadi air. Semua
ini pertanda musim semi telah tiba. Rumput rupanya tidak mati,
walaupun tubuhnya telah layu, namun akarnya masih tetap hidup di
bawah tanah. Tibanya musim semi, mereka menumbuhkan kembali
tunas-tunas baru dan menghijaukan seluruh bukit. Mereka bergembira
menari-nari seperti gelombang ombak di daratan. Walaupun tubuh
mereka kecil, tetapi mereka adalah sekelompok pahlawan yang pantang
menyerah.
AdminCopyright© Sang Nabi 2003Admin