Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
 

Alam dan Rumput


Dikisahkan bahwa Alam merasa tidak begitu puas melihat pribadi si 
Rumput. Alam melihat beberapa bawahannya seperti Laut, mampu 
mengeluarkan suara-suara riak air dan gelombang. Gunung mampu 
menghadirkan pemandangan yang indah dan udara yang sejuk. Lalu Hutan 
mampu menumbuhkan beraneka macam pohon dan tanaman buah-buahan yang 
besar dan ranum. Hanya Rumput saja yang tumbuh memakan tempat yang 
luas, namun tidak ada sedikitpun kegunaan yang bisa ditunjukannya. 
Oleh sebab itu, Alam bermaksud untuk memusnahkan si Rumput. 
Pertama-tama Alam mengutus seorang pemusnah yang bernama Angin untuk 
melakukan tugasnya. Saat datangnya musim gugur, Angin mulai 
berhembus untuk merontokkan semua benda, terutama daun-daunan. 
Melihat angin bertiup semakin kencang, Rumput pun mulai gelisah. 
Lalu mereka menyatukan semua kekuatan diakarnya supaya tetap 
menancap kuat didalam tanah. Angin musim gugur semakin kencang 
bertiup hingga merontokkan semua daun-daunan, namun Rumput-rumput 
yang walaupun ikut bertiup kesana kemari tetap tidak bisa tercabut 
dari dalam tanah. Penasaran dibuatnya, Angin mulai murka dan ingin 
secepatnya mencabut si Rumput sampai ke akar-akarnya. Akan tetapi, 
walaupun seluruh tenaga yang dikerahkan, sampai semua pepohonan 
besar dan rumah-rumah rata dengan tanah, Rumput yang kecil tetap tak 
terlepas dari tempatnya. Mau tak mau, akhirnya angin harus kembali 
dengan membawa kelelahan dan kegagalan.
Berikutnya alam mengutus tim prajurit pemusnah kedua yaitu jenderal 
Shuang beserta pasukan embunnya. Penyerangan besar-besaran di mulai 
lagi dengan diawali gemuruh suara yang menakutkan. Semua binatang di 
daerah sekitarnya lari menyembunyikan diri di sarang masing-masing. 
Di pagi buta itu, Matahari belum terbit, saat itu juga tentara 
jenderal Shuang terjun dari langit hingga mengenai tubuh si Rumput. 
Semua Rumput menyatukan tubuhnya sampai mengeluarkan hawa panas dan 
Shuang yang jatuh ketubuhnya berubah menjadi air embun. Tetapi 
lama-kelaman, tenaga yang dikeluarkan Rumput telah banyak dan 
akhirnya ia juga tak kuat lagi bertahan. Tubuhnya sangat lemah dan 
menguning. Akan tetapi, meskipun tenaganya telah habis, Rumput masih 
berusaha untuk tidak akan melepaskan cengkramannya di dalam tanah. 
Dan untuk kesekian kalinya Rumput berhasil memaksa jenderal Shuang 
beserta pasukannya mundur.
Alam bertambah marah, terakhir diutuslah tim pembunuh nomor wahid 
yang paling ditakuti semua makhluk yaitu "Salju" untuk memusnahkan 
Rumput . Yang mendapat berita ini pertama kali adalah Burung beserta 
sejumlah besar teman2nya, mereka memutuskan untuk menghindari 
penyerangan ini, terbang migrasi ke arah selatan. Ikan-ikan pun 
membuat pembatas kaca di permukaan laut, lalu semuanya berenang 
terus ke lautan yang lebih dalam. Lalu salah seekor binatang berkaki 
empat berlari ke seluruh penjuru menyebarkan berita ini. Dan semua 
jenis binatang kemudian menutupi sarangnya, hanya menyisakan satu 
lubang kecil untuk keluar masuknya udara. Sementara pepohonan di 
hutan juga memutuskan untuk sementara waktu menyembunyikan 
daun-daunnya yang hijau dan segar, dan hanya menyisakan dahan pohon 
tanpa daun.
Tiba pada suatu malam yang sunyi dan dingin, diawali oleh desiran 
angin lalu ribuan kepingan salju berjatuhan dari langit langsung 
menimpa rumput yang tak memiliki tempat berteduh. Dibawah jatuhan 
kepingan salju yang dingin menggigit, Rumput masih tetap berusaha 
menyatukan tenaga dengan napas yang semakin lemah. Dan akhirnya dia 
bahkan tak mampu lagi mengangkat kepalanya hingga rumput-rumput 
membeku. Yang terlihat sekarang tinggallah salju putih yang menutupi 
rumput.
Rumput telah musnah, binatang-binatang di sekitarnya turut sedih 
melihat akibat peperangan yang menyedihkan itu. Dilain pihak, Alam 
merasa puas dan gembira menyambut kemenangan perang. Diatas daratan, 
hanya terlihat pohon cemara yang tetap berdiri kokoh ditengah salju 
dengan daunnya yang hijau memberikan penghormatan terakhir kepada 
Rumput. Bunga melati pun mempersembahkan karangan bunga putih 
kepadanya sebagai tanda turut bersedih.
Tidak lama setelah kejadian itu, Matahari perlahan-lahan terbit 
memancarkan sinarnya yang perkasa ke seluruh penjuru. Salju jadi 
terkejut, melihat tubuhnya perlahan-lahan meleleh menjadi air. Semua 
ini pertanda musim semi telah tiba. Rumput rupanya tidak mati, 
walaupun tubuhnya telah layu, namun akarnya masih tetap hidup di 
bawah tanah. Tibanya musim semi, mereka menumbuhkan kembali 
tunas-tunas baru dan menghijaukan seluruh bukit. Mereka bergembira 
menari-nari seperti gelombang ombak di daratan. Walaupun tubuh 
mereka kecil, tetapi mereka adalah sekelompok pahlawan yang pantang 
menyerah.

AdminCopyright© Sang Nabi 2003Admin

back