Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
Bandung Institute of Technology
Renungan buat Pekerja Keras

Home
About Me
Interests
Publications
Cute Animals
Photo Gallery
About Life
Miscellaneous
Feedback

 

Renungan buat Pekerja Keras.       
Seperti biasa Ari, Senior Manager di sebuah perusahaan
Kantor Akuntan Publik terkemuka di Jakarta (The Big Five),
tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya,
Farah, putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang
membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.
"Kok, belum tidur?" sapa Ari sambil mencium anaknya.
Biasanya, Farah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru
terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil
membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Farah menjawab,
"Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji
Ayah?" "Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang
lagi, ya?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja."
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja
sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan
rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi, gaji Ayah dalam satu
bulan berapa, hayo?"
Farah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja
belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan
televisi. Ketika Ari beranjak menuju kamar untuk berganti
pakaian, Farah berlari mengikutinya.
"Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam,
berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya.
"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok,"
perintah Ari. Tetapi Farah tak beranjak. Sambil menyaksikan
ayahnya berganti pakaian, Farah kembali bertanya,
"Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?"
"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang
malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu.
Tidurlah."
"Tapi, Ayah..." Kesabaran Ari habis.
"Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Farah. Anak kecil
itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Ari nampak
menyesali hardikannya. Ia pun menengok Farah di kamar
tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Farah didapati
nya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000
di tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah
kecil itu, Ari berkata,
"Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Farah. Buat apa sih
minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok
kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah
kasih."
"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembali-
kan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu
ini."
"Iya,iya, tapi buat apa?" tanya Ari lembut.
"Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular
tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu
Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku
buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang
satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus
Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku
mau pinjam dari Ayah," kata Farah polos.
Ari terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu
erat-erat.

Home  | About Me  | Interests  | Publications  | Cute Animals  | Photo Gallery  | About Life  | Miscellaneous  | Feedback