Site hosted by Angelfire.com: Build your free website today!
From: SMTP%"didi@student.unsw.edu.au" 9-APR-1999 09:38:29.76
To: kpii@isnet
CC:
Subj: Buletin Jumat 9 April 99

Buletin Pengajian No. 39/V/1999 09 April 1999
Diterbitkan oleh KPII UNSW
Sekretariat: http://kpii.cjb.net
1/124 Anzac Pde, Phone: 9313 8876 E-mail: kpii@isnet.org
Kensington - NSW 2033 Acc. No. 062303 10207131 Comm. Bank
====================================================================

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Hancurnya Bangunan Umat dan Tatanan Masyarakat Wahidan

Oleh : A. Taqiyullah

"Dan Allah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholeh bahwa DIA sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana DIA telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa dan sungguh DIA akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridloi-Nya untuk mereka dan DIA benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKU dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan AKU. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS.24:55)

Panas yang cukup menyengat dan kelelahan yang saya rasakan pada siang hari itu memaksa saya untuk mencari sebotol minuman segar di pusat perbelanjaan Coles Maroubra. Tiba-tiba seseorang yang sedang memegang sapu dan tempat sampah menyapa saya di depan pusat perbelanjaan tersebut. Hallo, what are you looking for, kamu sedang mencari apa? Nama saya Luke, begitu katanya sambil mengulurkan tangan mengajak berkenalan. Belum hilang "kebengongan" saya , orang itu langsung menjelaskan bahwa dia berasal dari Bandung -- rupanya orang tersebut melihat saya mengenakan kaos bertuliskan "ITB - Bandung" -- , tepatnya daerah Gegerkalong. Luke yang kemudian saya tahu awalnya bernama Lukman sudah 19 tahun hidup di Sydney. Tak lama kamipun asyik dalam perbincangan tentang Bandung dan Indonesia. Wajahnya begitu sedih ketika dia dia ingat perkataan boss-nya (keturunan China) bahwa banyak warga keturunan China di Indonesia yang diperkosa oleh orang-orang Islam dalam kerusuhan bulan Mei 1998 silam. Tentu saya menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi pada bulan Mei tahun lalu tersebut. Ketika saya tanya tentang anak-anak dan keluarganya, kembali raut mukanya menunjukkan kesedihan dan penyesalannya. Saya sudah berkeluarga, punya anak satu, tapi orangtua saya tidak menyetujuinya karena istri saya bule, dia kristen, ibu saya maunya yang seagama seperti saya, saya Islam. Begitu ceritanya. Entah mengapa sayapun tiba-tiba ikut merasakan kesedihannya. ***

Hancurnya Bangunan Umat

Dalam suatu simposium pemuda Islam di Riyadh tahun 1396, seorang aktivis dakwah, Dr. Kalim Siddiqui mengingatkan bahwa dengan mendekatnya manusia ke periode kedua krisis peradaban (Kapitalisme dan Komunisme Sentralistik), Umat Islam harus menentukan peranan strategis yang dapat mereka mainkan. Umat Islam harus keluar dari keadaan "semi tidak sadar" dan membangun kembali peradaban Islam. Kewajiban membangun ini bukanlah tugas ringan, proyek besar ini merupakan proyek Ilahi untuk menegakkan izzatul Islam wal muslimin.

Tidak bisa kita pungkiri posisi kaum muslimin pada saat ini pada titik terendah sepanjang sejarah peradaban Islam. Kemiskinan, keterbelakangan teknologi dan informasi, ketergantungan ekonomi dan politik begitu melekat pada dunia Islam. Penderitaan Palestina -- awalnya, ini adalah masalah umat Islam, sekarang Israel berhasil melokalisir masalah ini menjadi masalah antara PLO dan HAMAS--, Bosnia dan Kosovo, Pattani, Moro, Somalia, Kashmir, Rohingya dan negeri Muslim tertindas lainnya tak kunjung selesai. Dan yang paling konyol adalah kejadian di Ambon-Indonesia. Saya setuju bahwa itu adalah kekonyolan kita semua, mengapa kasus Ambon bisa terjadi di negeri yang penduduk muslimnya paling "GEDE" di seluruh dunia. Dan kita barangkali akan mendapatkan predikat "konyol kuadrat" jika masih menganggap bahwa kejadian-kejadian tersebut merupakan masalah lokal semata bukan merupakan masalah umat Islam secara keseluruhan. Bukankah Rasulallah SAW pernah menyatakan bahwa barangsiapa tidak memperhatikan urusan kaum muslimin maka merteka bukan dari golongannya. Sayangnya, sebagian besar dari kaum muslimin memang tidak menyadari hal ini, mungkin karena mereka sedang "tidur" atau "semi tidak sadar" seperti ungkapan Dr. Kalim siddiqui di atas. Bahkan pada lingkup individupun masih sering kita jumpai orang-orang seperti Luke di atas. Mencari pasangan hidup bukan dari mereka yang seaqidah. Kita masih sering menjumpai hal semacam ini bahkan di Indonesia sekalipun yang lebih dari 80 % berpenduduk muslim. Kita memang pantas merenung dan bahkan wajib merenungkan kejadian-kejadian tersebut untuk bisa mengambil pelajaran darinya. Tentu kita patut bertanya-tanya tentang apa yang sedang terjadi pada tubuh ummat ini, yang oleh Allah disebut sebagai umat terbaik (khairu ummatin, QS.3: 110).

Glad Stone, mantan Perdana Menteri Inggris, pernah dengan penuh semangat di Parlemen Inggris mengacung-acungkan Al-qur'an seraya berkata, "Selama kitab ini masih berada di bumi, jangan harap bisa menundukkan kaum Muslimin". Lebih tajam lagi, Louis IX, seorang panglima perang salib pernah berujar "Setelah melalui perjalanan panjang, segalanya telah menjadi jelas bagi kita bahwa kehancuran umat Muslimin dengan jalan peperangan adalah suatu hal yang mustahil. Karena mereka memiliki jalan yang tegas dan jelas di atas konsep jihad fi sabilillah. Dengan jalan ini mereka tidak akan pernah mengalami kekalahan militer. Karena itu, Barat harus menempuh jalan lain, yaitu dengan jalan ideologis dengan mencabut simpul jalan ini dan mengosongkannya dari keberanian, kekuatan dan kemarahan. Caranya tidak lain dengan menghancurkan konsep-konsep dasar Islam " (Hakekat Ghazwul Fikri : Anwar Jundi).

Sekarang kalau kita mau jujur, sekularisasi telah melanda hampir semua dunia Islam. Kalau tidak dihilangkan sama sekali, Islam hanya disempitkan hanya untuk ibadah-ibadah ritual yang hanya dibicarakan di pojok-pojok masjid dan mimbar-mimbar pengajian. Umat telah jauh dari Alqur'an dan Hadist. Pada saat yang bersamaan sebagian besar umat memahami sirah (sejarah) perjuangan rasul tak lebih dari kumpulan cerita masa lalu tanpa berusaha mengambil hikmah dan pelajaran setiap kejadian yang dialami oleh Rasul dan sahabatnya. Untuk sekedar kita renungkan bandingkanlah pengetahuan dan pemahaman kaum Muslimin pada umumnya tentang sistem ekonomi Islam, masalah ketatanegaraan, sosial dan budaya dalam konteks Islam dengan tentang demokrasi, hak asasi atau liberalisme ekonominya Adam Smith. Pengetahuan kita tentang demokrasi, liberalisme, kapitalisme dan lain sebagainya itu tidaklah haram bagi kita sepanjang pada saat yang bersamaan kita memahami juga manfaat dan mudharatnya. Pertanyaan selanjutnya adalah, bagaimana umat Islam akan bangkit kalau mereka sendiri jauh dari ajaran-ajaran Islam. Karena tidak ada jalan lain bagi umat Islam untuk bangkit kecuali dengan sistem dan cara Islam sebagaimana generasi sahabat yang mulia di bawah bimbingan Rasulallah SAW mempraktekkannya. Keadaan ini juga diperparah dengan perpecahan yang ada di tengah umat. Barat dengan politik imperalismenya telah mengerat-erat wilayah kaum Muslimin yang dulunya merupakan satu kesatuan (khilafah Islam) menjadi negara-negara kecil yang tak berdaya. Akibatnya, dengan mudah kekuatan umat dimandulkan. Bahkan yang lebih menyedihkan, tidak jarang antara sesama negeri Muslim saling baku hantam untuk kepentingan nasionalismenya masing-masing. Kondisi inilah yang meluluh-lantakkan masyarakat Iran dan Irak dalam perang 8 tahun. Bukti lain, bagaimana Arab saudi dengan ikhlas menyediakan daerahnya (dan tentu juga ikut menyediakan dana) untuk pangkalan militer AS dan dari sana pasukan sekutu pimpinan AS menyerang rakyat Muslim Irak. Kita juga sedih ketika melihat tentara Pakistan atas nama PBB menembaki rakyat Somalia yang juga mayoritas Islam.

Umat Tauhid atau Masyarakat Wahidan

Keadaan di atas tidak akan terjadi sekiranya kaum Muslimin memiliki kekuatan yang dilandasi Islam, memiliki kepemimpinan yang tunggal, suatu masyarakat tauhid yang melindungi umatnya. Masyarakat yang dibangun atas pandangan dunia tauhid atau dikenal dengan masyarakat wahidan. Pandangan ini kemudian memberikan identitas yang khas pada peradaban Islam, mengikatnya dalam kesatuan integral, unik dan organis. Sebagaimana yang dilakukan oleh seorang Khalifah Al-Mu'thasim yang mengerahkan pasukannya untuk melindungi seorang wanita yang dinodai kehormartannya oleh seorang pembesar Romawi. Bandingkanlah kejadian yang terjadi di Bosnia dan Ambon yang terkini. Dalam masyarakat tauhid, tidak saja mengakui keesaan Allah dalam dimensi hubungan antara hamba dan kholiknya, tapi juga mengakui dan memahami kesatuan penciptaan (unity of creation), kesatuan kemanusiaan (unity of mankind), kesatuan tuntunan hidup (unity of guidance) dan kesatuan tujuan hidup (unity of purpose of life) dalam dimensi yang lebih luas.

Dalam pandangan masyarakat tauhid, masyarakat tidak hanya merupakan kumpulan individu-individu yang menjadikan keimanan mereka sebatas "urusan masing-masing" tanpa pengaruh terhadap perubahan pada masyarakat. Akan tetapi keimanan merupakan kesatuan pola pikir (fikroh) dan aturan-aturan (nizhom) yang mengikatnya. Dalam prinsip tauhid hanya Allahlah Yang Maha Mutlak, Maha Tinggi, semua di mata Allah sama, hanya ketaqwaan yang kemudian membedakannya (QS.49:13). Penulis Islam dari Pakistan yang tinggal di Amerika, Ismail Raji' Alfaruqi mengungkapkan bahwa ummat bersifat translokal, tidak ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan geografis, wilayahnya bukan saja seluruh bumi, melainkan seluruh alam semesta. Karakteristik lain dari masyarakat wahidan ini adalah totalitas (kaffah). Prinsip tauhid mengajarkan tidak ada pemisahan antara kehidupan yang sekarang, sebelum atau sesudahnya, dunia atau akhirat, semuanya merupakan kesatuan, berkelit berkelindan, yang menuntut pertang-gungjawaban. Selain itu totalitas dalam Islam juga berarti Islam akan relevan dengan setiap bidang kehidupan manusia karena Allah memang menurunkannya untuk menjadi rahmat bagi alam semesta.

Kekuatan Masyarakat Wahidan

Prinsip tauhid yang pernah menjadikan umat Islam berkuasa di muka bumi (QS.24:55), yang menjadikan landasan utama umat, tidak hanya sekedar suatu ide-ide metafisik yang abstrak, doktrin dan filsafat yang khayali. Tapi dapat dirumuskan dalam hal-hal praktis dan operasional dalam segala aspek kehidupan. Sebagus apapun ide-ide tersebut apabila tidak bisa diterapkan dalam masyarakat nyata hanya akan menjadi barang rongsokan dan akan menjadi kepuasan intelektual semata. Ringkasnya, prinsip tauhid mampu memecahkan segala persoalan hidup dan kehidupan dalam masyarakat, mampu melindungi umat dan menjaga kepatuhan umat kepada kholiknya. Mungkinkah prinsip-prinsip tauhid ini diterapkan dalam kehidupan modern yang ditandai dengan begitu cepatnya perkembangan ilmu dan teknologi? Marilah kita merenung sejenak, bukankah mayoritas umat ini masih melakukan sholat? Bukankah mayoritas dari umat ini masih sering melakukan sholat jum'at ? Bukankah mayoritas umat ini masih menunaikan ibadah haji? Apa esensi dari semua ibadah yang dilakukan secara berjamaah tersebut? Bukankah pada saat sholat kita diwajibkan untuk mengikuti setiap gerakan imam? Kita menghadap qiblat yang sama, kita tujukan dan hadapkan wajah kita pada Rabb yang sama, Allah semata ? Bukankah dalam sholat juga kita diajarkan untuk meminta pertolongan kepada Allah secara bersama-sama dan hanya bergantung kepadaNya secara bersama-sama pula (Iyyaka na'budu wa iyya kanasta'in). Dengan menggunakan logika yang sangat sederhana sekalipun mestinya kita dapat menuju dari tauhidul aqidah menjadi tauhidul imamah (kepemimpinan), menjadi tauhidul ghoyah (tujuan hidup) dan tauhidul ummah (masyarakat yang satu).

Melihat kenyataan yang sedang dialami oleh umat saat ini dan idealnya suatu tatanan masyarakat wahidan seperti yang dijanjikan oleh Allah dalam Al-qur'an (QS.24:55) kita meski berpikir ulang dan kembali merenung, dari mana kita memulai semua ini? Ustadz Hussein Adham Jarror dalam bukunya "Pergilah ke Jalan Islam" menuliskan bahwa Islam akan jaya dan menjadi rahmatan lil alamin jika Islam telah tegak pada pribadi muslim (binaul syakhsiyyah Islamiyyah). Terbentuknya pribadi Islam yang kokoh pada setiap individu ini mesti dibarengi dengan pembinaan rumah tangga yang Islami (bianul usrah al muslimah). Suatu keluarga muslim yang selalu berpatokan pada nilai-nilai dan kandungan Qur'an dan sunnah pada setiap masalah yang dihadapinya. Suatu keluarga yang terbentuk dari individu-individu yang juga telah memahami Islam dengan baik. Keluarga-keluarga muslim ini pada tahap selanjutnya akan membentuk masyarakat yang Islami (bina al mustama' al muslim). Suatu masyarakat yang oleh Allah digambarkan dalam QS 3:103, 104 dan 110. Masyarakat yang selalu memikirkan nasib dakwah Islam, masyarakat yang menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar, masyarakat yang menjadikan Islam sebagai way of life. Pada tahap selanjutnya barulah kita boleh berharap bersatunya umat Islam (tauhidul ummah al Islamiyyah). Pada tahap ini insya Allah umat Islam akan menjadi umat teladan, menjadi wasit, menjadi umat pertengahan di tengah-tengah umat lain. Umat Islam akan menjadi umat yang satu dalam arti pandangan, keyakinan, pikiran, keterkaitan dan hubungan serta kesatuan jalan dan perilaku (QS 1:6-7, QS. 2:143).

Adalah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin, sehingga Islam menjadi ya'lu wala yu'la alaihi, sehingga Islam menjadi liyudlhirahu aladdiini kullihi (QS.48:28). Tugas yang cukup berat memang, apalagi kalau kita ingat tentang Luke (Lukman) yang menjadi cerita pembuka tulisan ini. Semoga Allah kuatkan iman dan Islam kita sekalian dalam meniti kehidupan ini. Allahu 'alam bisshowab.